Jepara (ANTARA) - Sebanyak 507 perempuan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, secara serentak mengukir kayu sehingga kegiatan ini dicatat oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) sebagai perempuan terbanyak mengukir bersama, Sabtu (27/4).
Lomba mengukir yang diikuti ratusan kaum perempuan tersebut didukung oleh kader Partai NasDem Lestari Moerdijat yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Peringatan Hari Jadi ke-470 Kabupaten Jepara.
Kegiatan yang hanya diikuti kaum perempuan tersebut oleh pihak panitia kegiatan ini didaftarkan ke Muri sebagai rekor baru.
Ketua Panitia Kegiatan Maskur Zaenuri di Jepara, Sabtu (27/4) mengungkapkan seni ukir merupakan bagian dari budaya masyarakat Jepara.
"Keberadaannya juga sudah menjadi sebuah warisan budaya yang sangat berharga sehingga perlu ditingkatkan pengembangan seni ukir, sebagai heritage dan sekaligus kekayaan seni budaya di Jepara ini," ujarnya.
Selain itu, seni ukir juga merupakan bagian penting bagi urat nadi perekonomian Jepara.
Bahkan, lanjut dia, keberadaannya bisa disebut sebagai penopang kehidupan Jepara.
"Karena itulah, berbagai cara harus dilakukan untuk tetap membuat hidup seni ukir ini, termasuk kegiatan lomba ini diarahkan agar seni ukir tetap terus hidup di masyarakat," ujarnya.
Sementara itu, Assisten III Sekda Jepara Edy Sujatmiko menyatakan Pemkab Jepara menyambut baik kegiatan ini.
Ia menganggap hal ini merupakan bagian dari mempertahankan budaya lokal Jepara, budaya daerah dan nasional memang harus dijaga keberadaannya.
Apalagi, kata dia, ada beberapa budaya Indonesia yang sempat diklaim oleh negara lain, misalnya batik, reog dan lainnya.
Untuk ukir yang sudah beratus tahun menjadi bagian dari Jepara, bahkan bisa saja hilang jika tidak dijaga dengan baik.
"Di Italia saat ini sudah ada sekelompok masyarakat yang juga bisa mengukir. Jadi jangan sampai ukir ini hilang di Jepara dan pindah ke Italia. Jepara punya ukir, batik dan troso, harus dijaga agar tetap terus hidup," ujarnya.
Perwakilan Muri Ariani Seregar menyatakan kegiatan mengukir oleh perempuan dengan jumlah terbanyak telah memenuhi syarat.
Dari jumlah yang dihitung Muri, jumlah yang ikut dalam kegiatan ini mencapai 507 orang perempuan.
Rekor mengukir oleh perempuan terbanyak tersebut dicatat dalam Rekor Muri Nomor 8.985.
Sebelumnya, kata dia, Pemkab Jepara juga beberapa kali mencatatkan rekor di Muri.
Di antaranya, rekor mengamplas dan mengukir dengan jumlah peserta terbanyak. Rekor replika bus dan pembangunan pos kampling terbanyak.
Lomba mengukir yang diikuti ratusan kaum perempuan tersebut didukung oleh kader Partai NasDem Lestari Moerdijat yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Peringatan Hari Jadi ke-470 Kabupaten Jepara.
Kegiatan yang hanya diikuti kaum perempuan tersebut oleh pihak panitia kegiatan ini didaftarkan ke Muri sebagai rekor baru.
Ketua Panitia Kegiatan Maskur Zaenuri di Jepara, Sabtu (27/4) mengungkapkan seni ukir merupakan bagian dari budaya masyarakat Jepara.
"Keberadaannya juga sudah menjadi sebuah warisan budaya yang sangat berharga sehingga perlu ditingkatkan pengembangan seni ukir, sebagai heritage dan sekaligus kekayaan seni budaya di Jepara ini," ujarnya.
Selain itu, seni ukir juga merupakan bagian penting bagi urat nadi perekonomian Jepara.
Bahkan, lanjut dia, keberadaannya bisa disebut sebagai penopang kehidupan Jepara.
"Karena itulah, berbagai cara harus dilakukan untuk tetap membuat hidup seni ukir ini, termasuk kegiatan lomba ini diarahkan agar seni ukir tetap terus hidup di masyarakat," ujarnya.
Sementara itu, Assisten III Sekda Jepara Edy Sujatmiko menyatakan Pemkab Jepara menyambut baik kegiatan ini.
Ia menganggap hal ini merupakan bagian dari mempertahankan budaya lokal Jepara, budaya daerah dan nasional memang harus dijaga keberadaannya.
Apalagi, kata dia, ada beberapa budaya Indonesia yang sempat diklaim oleh negara lain, misalnya batik, reog dan lainnya.
Untuk ukir yang sudah beratus tahun menjadi bagian dari Jepara, bahkan bisa saja hilang jika tidak dijaga dengan baik.
"Di Italia saat ini sudah ada sekelompok masyarakat yang juga bisa mengukir. Jadi jangan sampai ukir ini hilang di Jepara dan pindah ke Italia. Jepara punya ukir, batik dan troso, harus dijaga agar tetap terus hidup," ujarnya.
Perwakilan Muri Ariani Seregar menyatakan kegiatan mengukir oleh perempuan dengan jumlah terbanyak telah memenuhi syarat.
Dari jumlah yang dihitung Muri, jumlah yang ikut dalam kegiatan ini mencapai 507 orang perempuan.
Rekor mengukir oleh perempuan terbanyak tersebut dicatat dalam Rekor Muri Nomor 8.985.
Sebelumnya, kata dia, Pemkab Jepara juga beberapa kali mencatatkan rekor di Muri.
Di antaranya, rekor mengamplas dan mengukir dengan jumlah peserta terbanyak. Rekor replika bus dan pembangunan pos kampling terbanyak.