Jakarta (ANTARA) - MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Sejarah Jawa Timur bekerjasama dengan Pendidikan.id menerbitkan buku-buku digital sejarah yang dikemas menarik dalam bentuk komik.
Salah satu judul komik digital yang telah diterbitkan adalah “Pejuang Emansipasi Perempuan” yang bercerita tentang R.A.Kartini.
Pembuatan komik sejarah ini melibatkan berbagai pakar, termasuk guru sejarah yang terlibat sebagai editor komik. Oleh karena itu, kredibilitas komik tetap terjamin meski sudah dimodifikasi, disingkat atau diilustrasikan dengan gambar.
Rendahnya budaya literasi di Indonesia menjadi salah satu pemicu dibuatnya komik sejarah ini.
“Orang Indonesia memang lebih terbiasa mendengar dan berbicara daripada berliterasi. Coba lihat saja, berapa waktu yang rata-rata orang habiskan untuk menonton televisi per hari? Berapa waktu yang digunakan untuk mengobrol? Bandingkan dengan sedikitnya waktu yang disisihkan untuk membaca," kata Ketua MGMP Sejarah Jawa Timur, Hermawan, dalam pernyataan pers, Minggu.
“Dengan adanya komik literasi ini diharapkan dapat mengubah karakter generasi muda khususnya untuk selalu membaca hal-hal yang positif serta bermanfaat.”
Selain Kartini, berbagai kisah pahlawan Indonesia lainnya dituangkan dalam komik. Cerita-ceritanya dituangkan dalam bahasa yang ringan agar lebih mudah dibaca. Komik tersebut ditujukan untuk pembaca dari usia SD hingga SMA.
Baca juga: Beredar prangko tokoh komik jagoan Indonesia
Baca juga: Cerita Hasmi "Gundala" dedikasikan hidup untuk komik
Salah satu judul komik digital yang telah diterbitkan adalah “Pejuang Emansipasi Perempuan” yang bercerita tentang R.A.Kartini.
Pembuatan komik sejarah ini melibatkan berbagai pakar, termasuk guru sejarah yang terlibat sebagai editor komik. Oleh karena itu, kredibilitas komik tetap terjamin meski sudah dimodifikasi, disingkat atau diilustrasikan dengan gambar.
Rendahnya budaya literasi di Indonesia menjadi salah satu pemicu dibuatnya komik sejarah ini.
Komik Kartini (HO/ist)
“Orang Indonesia memang lebih terbiasa mendengar dan berbicara daripada berliterasi. Coba lihat saja, berapa waktu yang rata-rata orang habiskan untuk menonton televisi per hari? Berapa waktu yang digunakan untuk mengobrol? Bandingkan dengan sedikitnya waktu yang disisihkan untuk membaca," kata Ketua MGMP Sejarah Jawa Timur, Hermawan, dalam pernyataan pers, Minggu.
“Dengan adanya komik literasi ini diharapkan dapat mengubah karakter generasi muda khususnya untuk selalu membaca hal-hal yang positif serta bermanfaat.”
Selain Kartini, berbagai kisah pahlawan Indonesia lainnya dituangkan dalam komik. Cerita-ceritanya dituangkan dalam bahasa yang ringan agar lebih mudah dibaca. Komik tersebut ditujukan untuk pembaca dari usia SD hingga SMA.
Baca juga: Beredar prangko tokoh komik jagoan Indonesia
Baca juga: Cerita Hasmi "Gundala" dedikasikan hidup untuk komik