Pati (ANTARA) - Produsen garam konsumsi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mulai memangkas produksinya menyusul melimpahnya stok di pasaran, sedangkan permintaan pasaran cenderung lesu.
Menurut pengelola UD Garamg Kerang Pati Eko di Pati, Senin, pasokan bahan baku garam lokal saat ini memang melimpah dan harganya juga sangat murah sekali.
Untuk harga garam di tingkat petani, kata dia, hanya berkisar Rp500 hingga Rp600 per kilogram, sedangkan siap distribusi dan sudah dalam bentuk kemasan berkisar Rp800-an per kilogram.
Akan tetapi, lanjut dia, permintaan garam di pasaran justru cenderung lesu, yang dimungkinkan terlalu banyaknya stok garam konsumsi di pasaran.
Pengalaman sebelumnya, setiap memasuki bulan dua hingga bulan empat, maka harga jual garam bisa melonjak karena bertepatan dengan musim panen yang sudah lewat.
"Kenyataan saat ini, justru harganya sangat murah dan untuk mendapatkannya dalam jumlah banyak tentu tidak kesulitan," ujarnya.
Kesulitan yang dihadapi produsen garam konsumsi, lanjut dia, justru menjualnya ke masyarakat sangat sulit terserap, menyusul masih melimpahnya stok di pasaran.
Hal itu, disebabkan karena musim kemarau pada musim panen garam sebelumya yang cukup panjang sehingga terjadi kelebihan produksi dan banyak yang menimbun untuk dijual pada musim hujan seperti sekarang.
Akan tetapi, keran impor garam sebelumnya terlanjur dibuka lebar-lebar sehingga di pasaran juga banyak ditemukan garam impor yang seharusnya digunakan untuk industri ternyata merembes ke pasar untuk konsumsi masyarakat.
"Karena bulan enam biasanya mulai produksi garam, maka penimbun harus secepatnya menghabiskan stok sebelum memasuki musim panen sehingga di pasaran juga tersedia garam dalam jumlah yang melimpah dan menekan harga jual di pasaran semakin murah," ujarnya.
Jika sebelumnya produksi membuat garam konsumsi setiap hari, kata dia, sejak beberapa bulan terakhir mengurangi produksinya dengan aktivitas produksi per pekan hanya berlangsung dua hingga tiga hari saja.
"Kami tidak mau merugi lebih banyak karena pembuatan garam konsumsi tetap disesuaikan dengan permintaan," ujarnya.
Darwoko, petani garam asal Rembang mengakui bahwa harga jual garam saat ini memang sangat rendah, karena hanya laku Rp925 per kilogram.
Harga jual tersebut, kata dia, tiga pekan sebelumnya, sedangkan saat ini justru lebih rendah lagi karena mencapai Rp800-an per kilogram.
Ia mengakui memiliki stok garam hasil produksi sebelumnya dengan harapan bisa dijual saat harga tinggi.
"Kenyataannya, justru sekarang harganya sangat murah dan di bawah Rp1.000/kg. Akhirnya setelah ada yang berani menawar Rp925/kg langsung saya jual karena khawatir akan turun lagi," ujarnya.
Terkait penyebab rendahnya harga jual garam, dia mengaku, tidak mengetahui secara persis.
Jika ada kaitannya dengan impor, dia berharap, pemerintah lebih selektif karena agar saat petani mulai memproduksi tetap bisa mendapatkan keuntungan seperti tahun sebelumnya.
Menurut pengelola UD Garamg Kerang Pati Eko di Pati, Senin, pasokan bahan baku garam lokal saat ini memang melimpah dan harganya juga sangat murah sekali.
Untuk harga garam di tingkat petani, kata dia, hanya berkisar Rp500 hingga Rp600 per kilogram, sedangkan siap distribusi dan sudah dalam bentuk kemasan berkisar Rp800-an per kilogram.
Akan tetapi, lanjut dia, permintaan garam di pasaran justru cenderung lesu, yang dimungkinkan terlalu banyaknya stok garam konsumsi di pasaran.
Pengalaman sebelumnya, setiap memasuki bulan dua hingga bulan empat, maka harga jual garam bisa melonjak karena bertepatan dengan musim panen yang sudah lewat.
"Kenyataan saat ini, justru harganya sangat murah dan untuk mendapatkannya dalam jumlah banyak tentu tidak kesulitan," ujarnya.
Kesulitan yang dihadapi produsen garam konsumsi, lanjut dia, justru menjualnya ke masyarakat sangat sulit terserap, menyusul masih melimpahnya stok di pasaran.
Hal itu, disebabkan karena musim kemarau pada musim panen garam sebelumya yang cukup panjang sehingga terjadi kelebihan produksi dan banyak yang menimbun untuk dijual pada musim hujan seperti sekarang.
Akan tetapi, keran impor garam sebelumnya terlanjur dibuka lebar-lebar sehingga di pasaran juga banyak ditemukan garam impor yang seharusnya digunakan untuk industri ternyata merembes ke pasar untuk konsumsi masyarakat.
"Karena bulan enam biasanya mulai produksi garam, maka penimbun harus secepatnya menghabiskan stok sebelum memasuki musim panen sehingga di pasaran juga tersedia garam dalam jumlah yang melimpah dan menekan harga jual di pasaran semakin murah," ujarnya.
Jika sebelumnya produksi membuat garam konsumsi setiap hari, kata dia, sejak beberapa bulan terakhir mengurangi produksinya dengan aktivitas produksi per pekan hanya berlangsung dua hingga tiga hari saja.
"Kami tidak mau merugi lebih banyak karena pembuatan garam konsumsi tetap disesuaikan dengan permintaan," ujarnya.
Darwoko, petani garam asal Rembang mengakui bahwa harga jual garam saat ini memang sangat rendah, karena hanya laku Rp925 per kilogram.
Harga jual tersebut, kata dia, tiga pekan sebelumnya, sedangkan saat ini justru lebih rendah lagi karena mencapai Rp800-an per kilogram.
Ia mengakui memiliki stok garam hasil produksi sebelumnya dengan harapan bisa dijual saat harga tinggi.
"Kenyataannya, justru sekarang harganya sangat murah dan di bawah Rp1.000/kg. Akhirnya setelah ada yang berani menawar Rp925/kg langsung saya jual karena khawatir akan turun lagi," ujarnya.
Terkait penyebab rendahnya harga jual garam, dia mengaku, tidak mengetahui secara persis.
Jika ada kaitannya dengan impor, dia berharap, pemerintah lebih selektif karena agar saat petani mulai memproduksi tetap bisa mendapatkan keuntungan seperti tahun sebelumnya.