Jakarta (Antaranews Jateng) - Eco Fashion Week Indonesia 2018 membuat sebuah gerakan "Save The Loom" untuk menyelamatkan para penenun Indonesia.
Eco Fashion Week Indonesia 2018 mengangkat tema "Rethinking the Fashion System" sebagai bentuk tantangan untuk mengubah pola produksi dan konsumsi industri fashion dengan memperhatikan nilai etika, keseimbangan lingkungan dan kesejahteraan sosial.
Konsep ini tidak semata tertuju kepada bagaimana menghasilkan produk fashion, namun juga kepada kesejahteraan pekerja dan kondisi lingkungan hidup.
Oleh karena itu, "Save The Loom" lahir dari pemikiran bahwa penenun adalah ujung tombak dalam menghasilkan kain cantik yang bernilai seni tinggi.
"Save The Loom" adalah gerakan aksi nyata di akar rumput yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan penenun, khususnya mereka yang tinggal di daerah miskin, dengan meningkatkan penggunaan bahan baku yang berasal dari kekayaan alam terbarukan, demikian keterangan yang diterima Antara, Senin.
Di Indonesia sendiri, pekerjaan penenun dianggap kurang bergengsi. Sementara itu, sebagian besar penenun tinggal di daerah miskin dan masih membutuhkan dukungan.
Gerakan ini akan membuktikan bahwa Sustainable Development Goals bukan sekadar wacana. Kampanye yang sederhana ini dapat menyadarkan masyarakat umum bahwa sehelai kain tenun dapat berperan sebagai pengendali perubahan iklim.
"Save The Loom" dirasa sangat mendesak, mengingat kejadian bencana alam yang terjadi secara berurutan mulai dari Lombok, serta Donggala dan Palu. Karena peristiwa tersebut, banyak penenun yang kehilangan pekerjaan, dan berapa keluarga yang tidak bisa melanjutkan kegiatan belajar untuk anak-anaknya.
Eco Fashion Week Indonesia mempunyai target untuk memberikan pelatihan kepada 2.000 penenun dalam tiga tahun kedepan. Pada tahun pertama, kegiatan akan difokuskan kepada upaya "Save The Loom".
Pada tahun kedua, upaya pelatihan penenun akan ditingkatkan dengan dengan memasukkan komponen Land and Ocean Conservation. Sedangkan pada tahun ketiga meningkatkan materi Education It is beyond fashion. (Editor : Alviansyah Pasaribu).
Eco Fashion Week Indonesia 2018 mengangkat tema "Rethinking the Fashion System" sebagai bentuk tantangan untuk mengubah pola produksi dan konsumsi industri fashion dengan memperhatikan nilai etika, keseimbangan lingkungan dan kesejahteraan sosial.
Konsep ini tidak semata tertuju kepada bagaimana menghasilkan produk fashion, namun juga kepada kesejahteraan pekerja dan kondisi lingkungan hidup.
Oleh karena itu, "Save The Loom" lahir dari pemikiran bahwa penenun adalah ujung tombak dalam menghasilkan kain cantik yang bernilai seni tinggi.
"Save The Loom" adalah gerakan aksi nyata di akar rumput yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan penenun, khususnya mereka yang tinggal di daerah miskin, dengan meningkatkan penggunaan bahan baku yang berasal dari kekayaan alam terbarukan, demikian keterangan yang diterima Antara, Senin.
Di Indonesia sendiri, pekerjaan penenun dianggap kurang bergengsi. Sementara itu, sebagian besar penenun tinggal di daerah miskin dan masih membutuhkan dukungan.
Gerakan ini akan membuktikan bahwa Sustainable Development Goals bukan sekadar wacana. Kampanye yang sederhana ini dapat menyadarkan masyarakat umum bahwa sehelai kain tenun dapat berperan sebagai pengendali perubahan iklim.
"Save The Loom" dirasa sangat mendesak, mengingat kejadian bencana alam yang terjadi secara berurutan mulai dari Lombok, serta Donggala dan Palu. Karena peristiwa tersebut, banyak penenun yang kehilangan pekerjaan, dan berapa keluarga yang tidak bisa melanjutkan kegiatan belajar untuk anak-anaknya.
Eco Fashion Week Indonesia mempunyai target untuk memberikan pelatihan kepada 2.000 penenun dalam tiga tahun kedepan. Pada tahun pertama, kegiatan akan difokuskan kepada upaya "Save The Loom".
Pada tahun kedua, upaya pelatihan penenun akan ditingkatkan dengan dengan memasukkan komponen Land and Ocean Conservation. Sedangkan pada tahun ketiga meningkatkan materi Education It is beyond fashion. (Editor : Alviansyah Pasaribu).