Borobudur (Antaranews Jateng) - Tujuh perupa muda sekaligus mahasiswa Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta menggelar pameran bersama bertajuk "Ingredients" di Limanjawi Art House, kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Pembukaan pameran yang dihadiri para seniman, penikmat seni, mahasiswa ISI Yogyakarta, dan warga di Borobudur, Jumat (11/5) malam itu, oleh perupa terkenal Yogyakarta Heri Dono yang ditandai pentas kesenian tradisional "Warok Bocah" dari anak-anak Desa Kembanglinmus, Kecamatan Borobudur.
Mereka yang berpameran selama satu bulan atau hingga 11 Juni 2018 itu adalah Andi Waskito, Diana Puspita Putri, Jaka Utama, Muhammad Yakin, Utami Atasia Ishii, Widi Pangestu Soegiono, dan Yogi Septifano.
"Pameran ini mewarnai kepariwisataan kawasan Candi Borobudur, karena wisatawan ke Borobudur juga untuk mengetahui perkembangan seni rupa Indonesia," ujar pemilik Limanjawi Art House Borobudur Umar Chusaeni.
Para seniman muda itu, ujarnya, menyuguhkan sekitar 32 karya untuk diapresiasi publik, termasuk para wisatawan Candi Borobudur. Saat ini, wisatawan Borobudur tidak hanya berkunjung ke candi itu, akan tetapi juga menikmati suasana kawasannya, termasuk pameran seni rupa.
"Mereka yang datang ke Borobudur ingin tahu tentang apa yang dibuat oleh anak cucu. Seniman muda menghadirkan karya yang terbaik dengan kekuatan semangat dan ide-ide cemerlang yang menjadi kebutuhan dunia," katanya.
Seorang peserta pameran, Jaka Utama, mengatakan persiapan pameran bersama itu selama empat bulan melalui berbagai proses berkarya, termasuk diskusi di antara mereka dan dengan pihak lainnya, untuk menghasilkan karya terbaik.
"Pameran ini idenya membahas masalah proses berkarya, tentang bagaimana melihat proses berkarya yang memengaruhi karya kami masing-masing. Bukan melulu hasil, tetapi lebih memahami proses dan menggali lagi kebaruan cara berkarya dan menyampaikan gagasan masing-masing," ujar dia.
Seniman Heri Dono saat membuka pameran tersebut, mengatakan bahwa Candi Borobudur kaya akan inspirasi.
"Candi Borobudur juga memberi inspirasi. Ada kamadatu tentang dunia material, arupadatu tentang eksistensial, dan arupadatu tentang esensial, itu juga acuan tentang proses," katanya.
Ia menyebut para perupa muda itu melakukan suatu proses untuk menghasilkan karya masing-masing, seperti riset dan verifikasi tentang apa yang dibangun menjadi karya mereka.
Pada kesempatan itu, ia mengatakan bahwa dunia seni rupa juga menjadi bagian dari infrastruktur atas kepariwisataan di kawasan Candi Borobudur.
Berbagai karya yang mereka pamerkan antara lain berjudul "O Flober" (Jaka Utama), "After Midnight" (Diana Puspita Putri), "Hand Shaking" (Yogi Septifano), "You Said Okay" (Utami Atasia Ishii), "Faded in Blue" (Andi Waskito), "Muddy" (Widi Pangestu Soegiono), dan "Untitled" (Muhammad Yakin).
Pembukaan pameran yang dihadiri para seniman, penikmat seni, mahasiswa ISI Yogyakarta, dan warga di Borobudur, Jumat (11/5) malam itu, oleh perupa terkenal Yogyakarta Heri Dono yang ditandai pentas kesenian tradisional "Warok Bocah" dari anak-anak Desa Kembanglinmus, Kecamatan Borobudur.
Mereka yang berpameran selama satu bulan atau hingga 11 Juni 2018 itu adalah Andi Waskito, Diana Puspita Putri, Jaka Utama, Muhammad Yakin, Utami Atasia Ishii, Widi Pangestu Soegiono, dan Yogi Septifano.
"Pameran ini mewarnai kepariwisataan kawasan Candi Borobudur, karena wisatawan ke Borobudur juga untuk mengetahui perkembangan seni rupa Indonesia," ujar pemilik Limanjawi Art House Borobudur Umar Chusaeni.
Para seniman muda itu, ujarnya, menyuguhkan sekitar 32 karya untuk diapresiasi publik, termasuk para wisatawan Candi Borobudur. Saat ini, wisatawan Borobudur tidak hanya berkunjung ke candi itu, akan tetapi juga menikmati suasana kawasannya, termasuk pameran seni rupa.
"Mereka yang datang ke Borobudur ingin tahu tentang apa yang dibuat oleh anak cucu. Seniman muda menghadirkan karya yang terbaik dengan kekuatan semangat dan ide-ide cemerlang yang menjadi kebutuhan dunia," katanya.
Seorang peserta pameran, Jaka Utama, mengatakan persiapan pameran bersama itu selama empat bulan melalui berbagai proses berkarya, termasuk diskusi di antara mereka dan dengan pihak lainnya, untuk menghasilkan karya terbaik.
"Pameran ini idenya membahas masalah proses berkarya, tentang bagaimana melihat proses berkarya yang memengaruhi karya kami masing-masing. Bukan melulu hasil, tetapi lebih memahami proses dan menggali lagi kebaruan cara berkarya dan menyampaikan gagasan masing-masing," ujar dia.
Seniman Heri Dono saat membuka pameran tersebut, mengatakan bahwa Candi Borobudur kaya akan inspirasi.
"Candi Borobudur juga memberi inspirasi. Ada kamadatu tentang dunia material, arupadatu tentang eksistensial, dan arupadatu tentang esensial, itu juga acuan tentang proses," katanya.
Ia menyebut para perupa muda itu melakukan suatu proses untuk menghasilkan karya masing-masing, seperti riset dan verifikasi tentang apa yang dibangun menjadi karya mereka.
Pada kesempatan itu, ia mengatakan bahwa dunia seni rupa juga menjadi bagian dari infrastruktur atas kepariwisataan di kawasan Candi Borobudur.
Berbagai karya yang mereka pamerkan antara lain berjudul "O Flober" (Jaka Utama), "After Midnight" (Diana Puspita Putri), "Hand Shaking" (Yogi Septifano), "You Said Okay" (Utami Atasia Ishii), "Faded in Blue" (Andi Waskito), "Muddy" (Widi Pangestu Soegiono), dan "Untitled" (Muhammad Yakin).