Masyarakat adem ayem menjelang demo berlabel "Bela Islam Jilid III" meski isu makar mengemuka. Apalagi, kalangan elite saling bersilaturahmi hingga tidak mengusik rasa aman rakyat. Mereka tetap beraktivitas seperti biasa walau sebagian di antara pemilik akun di media sosial tampak terbelah: pro dan kontra terhadap rencana aksi tersebut.
Ada nuansa lain menjelang aksi pada tanggal 2 Desember 2016 (Demo 212) dengan suasana menjelang unjuk rasa pada tanggal 4 November 2016 (Demo 411). Demo sebelumnya belum ada tersangkanya. Namun, menjelang Demo 212 polisi menetapkan Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Buni Yani sebagai tersangka.
Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus penistaan agama, sedangkan Buni sebagai tersangka kasus terkait dengan unggahan video Ahok. Publik di media sosial pun terbelah lagi: pro dan kontra. Polemik ini turut mewarnai suasana menjelang Demo 212.
Demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Presiden RI Joko Widodo merangkul semua pihak. Jokowi bertemu lagi dengan rivalnya dalam Pemilihan Umum Presiden 2014, Prabowo Subianto. Namun, bukan di tempat yang sama (di kediaman Prabowo, Hambalang, Bogor, 31/10/2016), melainkan di Istana Negara, Jakarta, 17 November 2016.
Pada pertemuan pertama kedua tokoh bangsa itu setidaknya turut meredakan ketegangan menjelang Demo 411. Terbukti, demo Bela Islam Jilid II pada tanggal 4 November 2016 berjalan relatif tertib meski di tengah para pedemo terdapat "penyusup" yang mencoba mengeruhkan keadaan.
Namun, patut disayangkan Demo 411 yang semula tertib ujung-ujungnya seorang pedemo meninggal dunia (diduga terkena gas air mata sehingga penyakit asamnya kambuh) serta sejumlah polisi dan pedemo terluka.
Alangkah indahnya bila Presiden RI Joko Widodo tidak hanya bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Hj. Megawati Soekarnoputri, dan sejumlah elite lainnya, tetapi juga bertemu dengan presiden ke-6 RI H. Bambang Susilo Yudhoyono yang notabene Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Lebih indahnya lagi, ada pertemuan antara Mega dan SBY. Rakyat makin adem.
Ada nuansa lain menjelang aksi pada tanggal 2 Desember 2016 (Demo 212) dengan suasana menjelang unjuk rasa pada tanggal 4 November 2016 (Demo 411). Demo sebelumnya belum ada tersangkanya. Namun, menjelang Demo 212 polisi menetapkan Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Buni Yani sebagai tersangka.
Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus penistaan agama, sedangkan Buni sebagai tersangka kasus terkait dengan unggahan video Ahok. Publik di media sosial pun terbelah lagi: pro dan kontra. Polemik ini turut mewarnai suasana menjelang Demo 212.
Demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Presiden RI Joko Widodo merangkul semua pihak. Jokowi bertemu lagi dengan rivalnya dalam Pemilihan Umum Presiden 2014, Prabowo Subianto. Namun, bukan di tempat yang sama (di kediaman Prabowo, Hambalang, Bogor, 31/10/2016), melainkan di Istana Negara, Jakarta, 17 November 2016.
Pada pertemuan pertama kedua tokoh bangsa itu setidaknya turut meredakan ketegangan menjelang Demo 411. Terbukti, demo Bela Islam Jilid II pada tanggal 4 November 2016 berjalan relatif tertib meski di tengah para pedemo terdapat "penyusup" yang mencoba mengeruhkan keadaan.
Namun, patut disayangkan Demo 411 yang semula tertib ujung-ujungnya seorang pedemo meninggal dunia (diduga terkena gas air mata sehingga penyakit asamnya kambuh) serta sejumlah polisi dan pedemo terluka.
Alangkah indahnya bila Presiden RI Joko Widodo tidak hanya bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Hj. Megawati Soekarnoputri, dan sejumlah elite lainnya, tetapi juga bertemu dengan presiden ke-6 RI H. Bambang Susilo Yudhoyono yang notabene Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Lebih indahnya lagi, ada pertemuan antara Mega dan SBY. Rakyat makin adem.