Kenaikan ugal-ugalan harga cabai kembali terjadi pada awal 2017. Harga cabai pedas yang dijuluki "lombok setan" itu kini menembus Rp120.000/kg. Ini adalah lonjakan harga cabai yang ke sekian kali. Meskipun sering terjadi, yang namanya kenaikan harga, tentu menjengkelkan.
Harga cabai yang gila-gilaan seperti sekarang ini memang bikin hawa dapur rumah tangga tambah gerah. Apalagi dalam waktu bersamaan tarif listrik 900 VA dan harga BBM nonsubsidi juga naik.
Harga cabai "setan" 1 kilogram saat ini setara dengan harga sekantong beras isi 10 kilogram atau 1 kg daging sapi. Sejauh ini pemerintah tidak menyiratkan akan menggelar operasi pasar cabai untuk menekan harga sayuran berasa pedas tersebut. Cabai memang bukan kelompok sembako.
Saking mahalnya, pedagang sayur kini memilih menjual cabai "setan" secara satuan.
Mungkin karena mahal pula, ada kecenderungan konsumsi cabai rawit penduduk negeri ini menurun. Data BPS menyebutkan konsumsi cabai per kapita pada 2007 tercatat 0,291 ons/pekan dan terus menurun. Pada 2013, konsumsi per kapita tinggal 0,244 ons/kapita/pekan.
Padahal, produksi cabai rawit segar pada 2014 naik 86,98 ribu ton menjadi 800 ribu ton dibanding 2013. Data itu belum termasuk jenis cabai lain.
Bagi penduduk yang hidup di iklim tropis, cabai menjadi "sesaji" setiap bersantap. Ia tak bisa dipisahkan dari nasi, sayur, dan lauk. Bahkan, dalam kondisi tertentu, sebagian orang memilih sambal daripada ada lauk tapi tak ada sambal.
Jadi, cabai memang bagian penting dalam ritus santap. Tidak hanya siang, pada santap pagi dan malam pun, cabai menjadi pelengkap penting. Mungkin rasa pedas cabai sudah mencandu setiap ritus santap, termasuk ketika makan buah yang dirujak.
Menyikapi sering melambungnya harga cabai, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengajak setiap keluarga menanam cabai di pekarangan rumah. Begitu pula saran Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Cabai termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan. Bahkan hanya di atas pot ukuran sedang, tanaman cabai tumbuh dan berbuah lebat. Perawatannya pun sederhana, cukup disiram dan dipupuk. Jadi, setiap rumah bisa membudidayakannya.
Persoalan menjadi rumit ketika harga cabai murah lalu lupa menanam cabai di pekarangan rumah sehingga ketika harga melonjak hanya bisa meluapkan jeritan.
Jadi, kalau tidak mau dipusingkan dengan harga cabai mahal, mulailah menanam cabai di pekarangan rumah. Sekarang juga.
Sesederhana itu, memang. ***
Berita Terkait
Gus Yusuf : Saatnya Jawa Tengah dipimpin santri
Sabtu, 2 November 2024 18:55 Wib
Arnaz: Saatnya atlet Semarang berprestasi di level nasional
Sabtu, 6 Juli 2024 14:25 Wib
Saatnya pemohon SKCK di Semarang terlindungi JKN
Rabu, 31 Januari 2024 16:44 Wib
Gerindra Jateng: Sudah saatnya buruh sejahtera dan petani makmur
Kamis, 9 November 2023 3:44 Wib
Saatnya terapkan manajemen air untuk hadapi perubahan iklim
Minggu, 1 Oktober 2023 17:02 Wib
Gubernur Jateng: saatnya percepatan teknologi pertanian ditingkatkan
Kamis, 20 Juli 2023 20:17 Wib
Pakar pertanian Unsoed : Saatnya bangun ketahanan pangan secara berkelanjutan
Kamis, 6 Oktober 2022 16:50 Wib
Pakar hukum Unsoed : Saatnya mereformasi peradilan di Indonesia
Kamis, 29 September 2022 15:45 Wib