Apa yang Kau Cari Caleg?
Mereka tak pernah menyambangi rakyat. Sering bolos sidang. Dan, banyak yang terjerat korupsi. Kasus yang terakhir inilah yang kian membuat citra kaum politikus di negeri ini tersungkur.
Sindiran tajam yang dilontarkan oleh budayawan Profesor Eko Budihardjo mengenai politikus, bisa menggambarkan adanya kejengkelan bawah sadar masyarakat. "Satu politikus dibuang ke kali itu polusi, namun bila semua politikus dibuang ke sungai itu adalah solusi," katanya dalam orasi budaya di Semarang, Februari 2014.
Meskipun citra politikus saat ini tengah tenggelam di "dasar klasemen", itu tidak membuat ciut semangat banyak orang untuk terjun ke dunia politik. Kehadiran politikus di dalam negara demokrasi memang sebuah keniscayaan.
Namun, menjadi absurd bila alasan mereka menekuni dunia politik karena tidak memiliki pekerjaan lain atau ingin mendapatkan rente lebih besar ketika berada di parlemen. Kalau motif utama mencari pekerjaan maka mereka tak lebih dari kuli. Bila mereka tergiur bahwa kekuasaan besar berarti peluang besar pula memperoleh fulus di luar imbalan yang sah maka mereka termasuk kaum bandit.
Kita memang sudah terlalu sering dibodohi dan dibohongi. Sejumlah politikus yang tampak santun, jujur, bersih, dan peduli, belakangan ini masuk bui setelah tak berkutik menghadapi dakwaan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Begitu banyaknya politikus yang terjerat kasus korupsi sehingga bawah sadar kita memberi penilaian minus terhadap profesi politikus.
Padahal, tidak semua politikus brengsek. Akan tetapi, televisi, media cetak, situs berita, hingga media sosial terlalu banyak mengunggah sisi buruk para politikus. Masih ada politikus "nggenah". Jokowi Widodo (PDIP), Basuki T. Purnama (Gerindra), Arya Bima Sugiarta (PAN), dan Hajriyanto Thohari (Golkar) merupakan beberapa dari sejumlah nama politikus baik yang layak disebut.
Tentu kita tidak ingin bangsa ini kehilangan putra putri terbaiknya yang mau berhikmat di dunia politik. Sejarah Indonesia membuktikan sebagian besar tokoh bangsa ini yang berjibaku di dunia politik di masa silam adalah orang-orang pintar, berintegritas, dan berani memperjuangkan apa yang diyakininya sebagai kebenaran.
Hari-hari ini kita memang sulit melihat terulangnya masa keemasan kaum politikus di masa silam. Kenyataan yang menyedihkan ketika kita tahu bahwa sejumlah caleg Pemilu Legislatif 2014 ada yang terlibat perampokan, penipuan, berselingkuh, dan korupsi. Menyedihkan pula caleg yang beralasan mencalonkan diri karena saat ini tidak memiliki pekerjaan (penghasilan) tetap.
Oleh karena itu, sekali lagi, kita patut mempertanyakan apa sebenarnya yang dicari para caleg. Menurut Mahatma Gandhi, politik tanpa prinsip, kekayaan tanpa kerja, dan kesenangan tanpa nurani adalah dosa.
Jadi, kalau hanya mengejar kekayaan dan kesenangan tanpa prinsip, jangan jadi politikus. Apalagi sampai "nyaleg". ***