"Di Jateng ada tanda-tanda masyarakat mulai senang punya banyak anak. Itu yang menjadi kekhawatiran kami, sehingga perlu dicegah seawal mungkin," kata Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah Sri Wahono di Purbalingga, Kamis.
Selain itu, kata dia, Jateng masih menghadapi tantangan yang cukup serius dalam pembangunan kependudukan dan keluarga berencana meskipun laju pertumbuhan penduduk (LPP) terendah di Indonesia, yakni sebesar 0,37 persen.
Oleh karena penduduk Jateng cukup besar, lanjut dia, penduduknya masih akan bertambah dengan cukup signifikan.
"Apalagi tingkat kelahiran menunjukkan kecenderungan meningkat cukup tajam, dengan Total Fertility Rate (TFR) 2,1 berdasarkan survei demografi kesehatan ibu (SDKI) tahun 2002-2003 yang meningkat menjadi 2,3 berdasarkan SDKI 2007 dan 2,5 berdasarkan SDKI 2012," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa menjelang tahun terakhir Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014, masih banyak rapor merah pembangunan program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
Menurut dia, pencapaian target "Millennium Development Goals (MDGs)" masih jauh dari harapan, padahal tenggat waktu yang disepakati hampir habis di tahun 2015.
"Target yang masih memerlukan perhatian adalah peningkatan kesertaan ber-KB (Contraseptive Prevalence Rate-CPR), penurunan PUS (Pasangan Usia Subur) tak terlayani KB, dan penurunan angka kelahiran di usia remaja," katanya.