Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus menyatakan kesiapan penuh mendukung program nasional swasembada gula konsumsi tahun 2027 yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dengan melakukan bongkar ratoon seluas 247 hektare serta penambahan luas lahan tanaman tebu.
"Kudus telah menyiapkan 247 hektare lahan tebu, ditambah 21 hektare perluasan tanaman baru, untuk mendukung peningkatan produksi tebu nasional," kata Bupati Kudus Sam'ani Intakoris ditemui usai penanaman tanaman tebu bersama Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Heru Tri Widiarto di Desa Honggosoco, Kecamatan Dawe, Kudus, Kamis.
Ia berharap dengan adanya bantuan bibit tanaman tebu serta biaya pengolahan tanah, para petani semakin bersemangat, pendapatan meningkat, dan kesejahteraan mereka makin baik. Target swasembada tercapai, petaninya pun sejahtera.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden melalui Kementerian Pertanian atas dukungan nyata kepada petani daerah.
Terkait produktivitas, Sam'ani menjelaskan perhitungan awal menunjukkan potensi panen yang signifikan. Dengan estimasi 70 ton per hektare, total produksi diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan tebu bagi pabrik pengolahan yang selama ini baru memenuhi 70–75 persen kebutuhan.
Agar produksinya meningkat, dia mendorong Kementerian Pertanian melakukan berbagai penelitian bersama universitas untuk menghasilkan varietas tebu unggul agar petani memiliki pilihan varietas terbaik dengan produksi maksimal.
"Kami juga mengajak masyarakat untuk bijak dalam mengonsumsi gula. Konsumsi gula yang tepat bukan untuk menghambat, tetapi demi kesehatan dan keberlanjutan produksi tebu nasional," ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI Heru Tri Widiarto menyampaikan kebutuhan gula konsumsi nasional mencapai 2,9 juta ton per tahun. Sementara prediksi produksi dalam negeri pada akhir tahun ini berada di angka 2,6 juta ton, sehingga masih terdapat kekurangan sekitar 300 ribu ton.
"Kita kejar kekurangan ini pada 2026 dan 2027. Tahun ini target tanam 100 ribu hektare, tahun depan 99 ribu hektare," ujarnya.
Untuk memastikan pendampingan petani berjalan optimal, pemerintah telah menyiapkan manajer tanaman yang akan turun langsung ke lapangan. Selain itu, tersedia aplikasi Ekosistem Perburuhan Rakyat (ETERA) yang memudahkan petani mengakses pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) cukup hanya melalui gawai.
"Pemerintah juga menegaskan gula rafinasi tidak boleh masuk ke pasar konsumsi, dan penegakan hukum telah dilakukan bersama pihak kepolisian. Selain itu, kebijakan penghentian impor etanol juga diberlakukan untuk mendorong pemanfaatan tetes tebu sebagai bahan baku etanol di dalam negeri," ujarnya.
Dalam rangka mendorong petani semakin produktif, kata Heru, pemerintah menggelontorkan bantuan pengolahan lahan yang diberikan kepada petani senilai Rp3,6 juta per hektare, mencakup seluruh proses mulai dari pengolahan tanah hingga penanaman.
"Skema pembayaran dilakukan melalui sistem HOK (hari orang kerja) untuk memastikan serapan tenaga kerja lokal," ujarnya.
Ia juga menjelaskan keuntungan budi daya tebu yang dapat dipanen hingga 4-5 kali hanya dengan sekali tanam, jauh lebih menguntungkan dibanding tanaman pangan lain seperti padi atau jagung yang harus ditanam ulang setiap masa panen.
Baca juga: APTRI: Audiensi di DPR pastikan Danantara beli gula petani

