Kudus (ANTARA) - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia menyelenggarakan diseminasi program diplomasi kebahasaan dan kesastraan sebagai upaya memperkuat diplomasi lunak Indonesia di kancah global.
Kegiatan tersebut menggandeng Anggota Komisi X DPR RI Lestari Moerdijat dan berlangsung di Hotel Griptha Kudus, Rabu.
Kepala Pusat Pemberdayaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikdasmen Iwa Lukmana di Kudus, Rabu, mengatakan kegiatan kebahasaan yang dilaksanakan tahun ini berfokus pada penguatan diplomasi bahasa dan sastra.
Program yang dijalankan, kata dia, mencakup pengembangan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) serta penguatan bidang penerjemahan, yang dinilai memiliki kontribusi strategis dalam mendukung diplomasi lunak Indonesia di tingkat internasional.
"Penguatan diplomasi kebahasaan menjadi semakin mendesak dilakukan karena program tersebut merupakan bagian dari pertanggungjawaban publik atas penggunaan dana APBN yang dikelola Badan Bahasa," ujarnya.
Iwa menambahkan transparansi sekaligus dukungan publik sangat diperlukan, sebab pelaksanaan program kebahasaan dilakukan secara kolaboratif dengan pengajar dan penyelenggara BIPA, pegiat bahasa, serta para penerjemah.
Ia mengungkapkan optimismenya terhadap meningkatnya keterlibatan generasi muda dalam kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Banyak mahasiswa yang tercatat sebagai penulis buku melalui berbagai program yang diselenggarakan unit teknis Badan Bahasa di berbagai provinsi.
Dengan berbagai upaya tersebut, dia berharap diplomasi kebahasaan dapat semakin kuat, sekaligus memastikan bahasa daerah dan bahasa Indonesia tetap hidup dan berkembang di tengah derasnya arus globalisasi.
Anggota Komisi X DPR RI Lestari Moerdijat menegaskan pentingnya penguatan diplomasi kebahasaan melalui perluasan jejaring dan pengembangan Program BIPA. Karena bahasa memiliki posisi strategis sebagai alat diplomasi budaya di tengah dinamika global yang semakin kompleks.
Ia menyebutkan kemampuan Indonesia dalam mengembangkan program BIPA akan menjadi kekuatan diplomasi berdaya jangkau luas, terutama di kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik. Keberadaan mahasiswa asing yang belajar di berbagai daerah menjadi bukti meningkatnya kebutuhan belajar bahasa Indonesia.
"Bahasa Indonesia harus ditempatkan sebagai bahasa akademik yang penting. Apalagi, bahasa Melayu sebagai akar dari Bahasa Indonesia telah lama digunakan di kawasan Asia Tenggara dan secara historis menjadi lingua franca," ujarnya.
Di dalam negeri, Lestari juga menyoroti ancaman kepunahan bahasa daerah yang hampir terjadi setiap hari. Sehingga pelestarian dan pengembangan bahasa membutuhkan kolaborasi lintas institusi, termasuk Kementerian Pendidikan.
Selain itu, generasi muda juga berperan penting dalam menjaga keberlanjutan bahasa Indonesia, tidak hanya sebagai agen penyebaran, tetapi juga sebagai penutur aktif yang mampu menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
"Generasi muda harus bisa menulis dan menggunakan bahasa Indonesia secara tepat. Ini bukan sekadar menyebarkan, tetapi memastikan kemampuan berbahasa yang baik dan benar tertanam kuat," ujarnya.
Lestari optimistis dengan penguatan program BIPA, diplomasi bahasa yang kolaboratif, dan peran aktif generasi muda, bahasa Indonesia akan terus berkembang sebagai kekuatan budaya yang berpengaruh di tingkat regional maupun global.

