Semarang (ANTARA) - Anggota DPD RI Muhdi mengingatkan pemerintah, terutama pemerintah daerah untuk menginventarisasi bangunan-bangunan sekolah untuk mencegah terulangnya kejadian bangunan ambruk.
"Pemerintah harus betul-betul menginventarisasi sekolah-sekolah mana yang memang harus segera dibantu," katanya di sela-sela peletakan batu pertama pembangunan SD Islam Supriyadi 2 Semarang, Sabtu.
Hal tersebut disampaikannya menanggapi kejadian sekolah ambruk belakangan ini, seperti di SMKN 1 Gunung Putri, Kabupaten Bogor dan SMPN 1 Pasundan Bandung, Jawa Barat.
"Pemerintah harus segera bertindak, apalagi kondisi cuaca sudah semakin (ekstrem, red.). Terlalu mahal kalau sampai harus ada anak yang jadi korban," katanya.
Karena itu, kata dia, upaya inventarisasi bangunan-bangunan sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta harus segera dilakukan.
Kalau memang ada sekolah yang kondisi bangunannya mengkhawatirkan dan perlu dibantu, ia mengatakan pemerintah harus mengucurkan bantuan dengan segera.
"Kan sekarang programnya juga ada bantuan untuk sekolah swasta. Yang dibutuhkan bantuannya, maka segera," kata Ketua PGRI Jawa Tengah itu.
Terkait dengan pembangunan SD Islam Supriyadi 2 yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Falah, Muhdi selaku ketua yayasan memastikan aspek keselamatannya.
Nantinya, kata dia, pagar seng yang digunakan untuk menutup lokasi pembangunan akan ditinggikan sehingga tidak bisa dimasuki oleh siswa.
"Kami betul-betul menjaga agar pembangunan di sekolah ini juga 'safety'-nya terjaga," katanya didampingi Kepala SD Islam Supriyadi 2 dan jajaran komite sekolah.
Sebelumnya, salah satu bangunan di SMKN 1 Gunung Putri, Kabupaten Bogor, roboh pada Senin (3/11) sore, mengakibatkan setidaknya 44 siswa mengalami luka-luka.
Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB itu terjadi saat hujan deras yang diduga diakibatkan oleh pohon tumbang yang menimpa bangunan sekolah.
Di lokasi lain, bangunan ambruk juga terjadi di SMP Negeri 1 Pasundan, Kota Bandung, Senin (3/11) sekitar pukul 11.00 WIB yang menyebabkan enam siswa mengalami luka-luka.
Ambruknya sebuah ruang kelas VII D di sekolah tersebut diduga karena faktor usia bangunan, mengingat bangunan tersebut sudah dalam pengusulan revitalisasi ke dinas terkait.

