Solo (ANTARA) - Konsep Sumitronomics atau Sumitro Economics diusung pada seminar internasional soal ekonomi yang diselenggarakan di Solo, Jawa Tengah, Rabu.
Ketua Program Studi Program Doktor Ilmu Ekonomi FEB UNS Prof Agung Nur Probohudono sebagai penyelenggara acara mengatakan ada tiga acara yang diselenggarakan kali ini, yakni The International Conference on Business, Accounting, Supply Chain, and Logistics (ICBASL), the International Conference on Sustainable Innovation and Environment (ICSIE), dan Asian Association of Business Incubation (AABI) atau Asosiasi Inkubator Bisnis Asia Pasifik.
"Di sini saya akan menjadi keynote speaker untuk seminar ICBASL yang membahas tema Smart and Resilient Supply Chain and Finance for Sustainable Growth. Intinya adalah kami menggunakan pendekatan ekonomi yang saat ini dijadikan landasan berpikir oleh pemerintah Presiden Prabowo Subianto, Sumitronomics," katanya.
Ia mengatakan istilah Sumitronomics merujuk pada kerangka pemikiran ekonomi yang dikembangkan oleh Prof Sumitro Djojohadikusumo.
"Konsep tersebut kita awali dari sekarang ini. Ada suatu ketidakpastian, setelah pandemi, geopolitik juga berubah, ada teknologi yang berkembang, AI, IoT, blockchain. Kami perlu menyikapi hal itu, dari sudut pandang akuntasi dan good governance," katanya.
Ia mengatakan pada konsep tersebut transparansi merupakan pondasi utama dalam ekonomi.
"Dari sisi itu, sebagai contoh supply chain ada momentum untuk kedaulatan ekonomi, walaupun ada kreativitas untuk menambah nilai manfaat harus menuju ke kedaulatan ekonomi, dengan tata kelola yang baik atau good governance, di situ ada value negara," katanya.
Ia mengatakan trilogi pembangun yang digagas oleh Prof Sumitro yang juga merupakan ayah Presiden Prabowo tersebut, yakni pertumbuhan ekonomi yang tinggi, distribusi manfaat yang merata, dan stabilitas nasional yang dinamis.
"Caranya dengan menggunakan efisiensi, berdasarkan tiga tadi perlu mengarah ke efisiensi. Tidak hanya itu, tapi juga perlu adanya tata kelola dan moral responsibility, ada etika yang baik dari seluruh aspek, baik itu pemerintah, baik itu dari sisi bisnis, dari sisi pemangku kepentingan lain yang kemudian mengarah ke ketahanan atau kedaulatan. Selanjutnya, harapannya ekonomi Indonesia ada pada tahap sustain atau berkelanjutan," katanya.
Ia juga berharap gagasan yang muncul pada seminar internasional tersebut dapat memberikan masukan bagi kebijakan pemerintah.
"Tadi Mas Respati Ardi (Wali Kota Surakarta) sempat memberikan sambutan pada pembukaan. Ia menyampaikan agar bagaimana bisa mendapatkan masukan yang membangun, khususnya untuk program prioritas pemerintah, salah satunya untuk program makan bergizi gratis, misalnya apa yang perlu ditambahi, apakah dari kebijakan publik, atau logistiknya," katanya.
Sementara itu, pada seminar tersebut ada lebih dari 100 artikel akademisi dari berbagai negara yang dipresentasikan.
"Dari Indonesia ada unsur mahasiswa, dosen. Banyak dari akademisi yang punya gagasan, arahnya mencari masukan dari para peneliti, akademisi yang datang ke sini cari masukan riset saya bagaimana. Setelah itu dikembangkan dan jadi penelitian yang dapat dipublish di jurnal internasional. Harapannya jangan hanya dipublish saja, tapi juga bagaimana terimplikasi di masyarakat," katanya.

