Solo (ANTARA) - Tim program kreativitas mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil menciptakan detergen ramah lingkungan berbahan jambu biji dan daun sage.
Ketua tim Yulia Fitriyani di Solo, Jawa Tengah, Selasa mengatakan tim tersebut berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) pada tahun 2025 melalui program inovatif bertajuk Inovasi Laundry Stick Bioedible Film dari Saponin Daun Jambu Biji dan Ekstrak Daun Sage sebagai Antibakterial Pengendali Limbah Perairan.
Ia mengatakan ide inovasi ini berangkat dari keprihatinan terhadap dampak negatif penggunaan detergen konvensional yang banyak mengandung fosfat dan surfaktan sintetis. Limbah air cucian rumah tangga yang dialirkan langsung ke sungai dan saluran air sering kali menimbulkan pencemaran yang mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.
“Zat kimia dari detergen konvensional berisiko bagi kesehatan kulit dan lingkungan. Kami ingin menghadirkan alternatif pembersih alami yang efektif, aman, dan ramah lingkungan,” katanya.
Dalam risetnya, tim menemukan bahwa daun jambu biji (Psidium guajava L.) memiliki kandungan saponin yang berfungsi sebagai natural surfactant untuk mengangkat kotoran. Sedangkan ekstrak daun sage (Salvia officinalis) mengandung senyawa antibakteri, antijamur, dan antimikroba yang dapat mencegah bau apek pada pakaian. Kombinasi keduanya menghasilkan detergen yang efektif sekaligus lembut di kulit.
Produk yang diberi nama DEGSALTURE ini telah melalui proses formulasi dan pengemasan dengan desain ramah lingkungan. Detergen tersebut dikemas dalam bentuk bioedible film stick yang langsung larut dalam air tanpa meninggalkan limbah plastik.
“Keunggulan utama DEGSALTURE terletak pada kemasan bioedible film berbentuk stick yang praktis dan mudah digunakan. Setiap takaran sudah disesuaikan, sehingga konsumen tidak perlu khawatir akan pemborosan,” terangnya.
Stick berukuran 10 cm ini dikemas dalam wadah biodegradable cup berukuran 16 Oz, menjadikannya lebih higienis, ringan, dan mudah dibawa bepergian. Tim berharap produk ini dapat menjadi solusi praktis bagi konsumen dengan kulit sensitif sekaligus membantu mengurangi pencemaran air akibat limbah detergen.
Tim PKM-K yang diketuai Yulia Fitriyani ini beranggotakan Intan Mega Puspita, Raisya Najwatu Zahra, Hilda Putri Aulia, dan Agviolisa Kusuma Wardani. Mereka berasal dari lintas program studi, yaitu Pendidikan Biologi (FKIP), Teknik Kimia (Fakultas Teknik), dan Farmasi (Fakultas Farmasi), dengan dosen pembimbing Endang Setyaningsih, M.Si.
“Kami bekerja intensif dalam tim, saling melengkapi peran agar setiap aspek program dapat dijalankan secara maksimal,” tambah Yulia.
Dosen pembimbing Endang Setyaningsih menyampaikan pendampingan dilakukan sejak tahap perumusan ide hingga penyusunan proposal agar program ini layak mendapatkan pendanaan.
“Program ini dirancang sejak Desember 2024 lalu. Selama enam bulan, mahasiswa melakukan riset, menyusun konsep, hingga melakukan uji produk,” jelas Endang.
Saat ini, produk DEGSALTURE telah melalui serangkaian pengujian, di antaranya uji kadar air, uji organoleptik (kondisi fisik), dan uji pH di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Kota Surakarta.
“Inovasi ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa UMS tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga mampu menghasilkan gagasan kreatif berbasis sains dan kewirausahaan,” katanya.
Melalui karya ini, dikatakannya, tim PKM-K UMS berupaya menghadirkan solusi pembersih alami sekaligus menginspirasi masyarakat untuk menerapkan gaya hidup berkelanjutan demi menjaga kelestarian perairan Indonesia.

