Batang (ANTARA) - PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) melaksanakan diseminasi hasil pemantauan rumah ikan buatan (Artificial Fish Apartment-AFA) dan terumbu karang buatan berbahan limbah sisa pembakaran batubara (Fly Ash dan Bottom Ash) yang dihasilkan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Chief Operating Officer PT Bhimasena Power Indonesia Naofumi Yasuda di Batang, Senin, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan hasil kerja sama BPI dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.
"Kami menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Batang, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, dan Universitas Diponegoro atas dukungan dan kerja sama yang diberikan selama ini," katanya.
Menurut dia, program pembuatan dan pemasangan terumbu karang buatan dan rumah ikan berbahan limbah sisa pembakaran batubara PLTU Batang ini merupakan bentuk komitmen dan kepedulian perusahaan pada kondisi dan pengembangan ekonomi biru di wilayah pesisir daerah ini.
BPI berharap program ini dapat mendukung ekonomi biru, menjaga ketahanan pangan, serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar melalui peningkatan hasil tangkapan ikan dan pengembangan ekowisata.
"Kami percaya kesuksesan dari suatu program adalah hasil kerja sama yang solid dari berbagai pihak. Untuk itu, mari kita bersama-sama saling mendukung dan berkolaborasi bersama demi kemajuan Kabupaten Batang," katanya.
Kepala Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pulau Pulau Kecil Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah Lilik Harnadi menyampaikan bahwa kolaborasi antara Pemprov Jateng, BPI dan Undip Semarang merupakan upaya bersama untuk mengelola pesisir di Kabupaten Batang.
"Harapannya semua pihak dapat saling bekerjasama untuk menjaga wilayah pesisir yang dapat memberikan manfaat ekologis dan ekonomis bagi masyarakat di daerah ini," katanya.
Guru Besar Ilmu Lingkungan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Prof. Dr. Ir. Munasik memaparkan dari hasil pemantauan AFA dan APR secara umum sangat menggembirakan karena berdasarkan pemantauan yang dilakukan di Karang Sebapang dan Karang Ban setelah terpasang di tahun 2022 menunjukkan bahwa Kondisi fisik AFA dan APR masih dalam keadaan baik dan mampu membentuk mikro-ekosistem serta berfungsi sebagai perangkat pengumpul ikan.
"Kami merekomendasikan Karang Sebapang sebagai area Taman Bawah Laut untuk melindungi keanekaragaman hayati serta mengembangkan ekowisata dan edukasi lingkungan untuk mendukung masyarakat", ujar Prof. Dr. Ir. Munasik.

