Kudus (ANTARA) - Badan Pengelola Kawasan Menara Kudus bersama Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) serta Perhimpunan Pemangku Punden dan Belik (P3B) Kasunan Kudus menggelar kegiatan "Menara Bermunajat untuk Indonesia Damai" di Tajug Menara Kudus, Selasa malam (2/9).
Ribuan jamaah dari berbagai lapisan masyarakat larut dalam doa, munajat, lantunan shalawat, dan dzikir. Kehadiran mereka mencerminkan Menara Kudus bukan hanya warisan sejarah, tetapi juga ruang pemersatu umat yang melampaui batas sosial, budaya, dan usia.
Menurut panitia penyelenggara H. M. Zainuri di Kudus, Rabu, munajat ini merupakan ikhtiar spiritual sekaligus pengingat moral untuk kita semua.
Dari Menara Kudus, dia ingin menyampaikan pesan bahwa Indonesia hanya akan kokoh apabila seluruh elemen bangsa menjunjung tinggi semangat moderasi, rukun, dan saling menghormati.
Menara Kudus yang didirikan Sunan Kudus pada abad ke-16, kata dia, sebagai simbol toleransi dan moderasi beragama. Bangunan dengan arsitektur Hindu-Jawa berpadu nuansa Islam menjadi saksi sejarah tumbuhnya Islam di Nusantara dengan pendekatan damai dan penuh penghormatan terhadap tradisi setempat.
Acara ini tidak sekadar ritual doa bersama, tetapi juga panggilan kebangsaan untuk menjaga Indonesia tetap utuh, tenteram, dan bermartabat.
Para tokoh agama, pemangku tradisi, hingga generasi muda duduk bersimpuh di kaki Menara, memanjatkan doa agar Indonesia senantiasa dalam harmoni sebagai Baldatun ayyibatun wa Rabbun Ghafr atau negeri yang baik dan penuh ampunan Tuhan.
"Momentum tersebut sekaligus menegaskan kembali fungsi Menara Kudus sebagai mercusuar perdamaian. Pesan Sunan Kudus tentang kasih sayang, penghormatan sesama, dan persaudaraan lintas iman terus relevan dalam merawat kebangsaan Indonesia," ujarnya.
Ia berharap kegiatan munajat bersama ini dapat menjadi ruh kebersamaan di tengah tantangan perbedaan. Jalan damai diyakini sebagai pilihan terbaik untuk menjaga persatuan bangsa.

