Semarang (ANTARA) - Perkumpulan Underwriter Jiwa Indonesia (Peruji) menggelar Indonesia Underwriting Summit (IUS) ke-6 bertema "Digital Power, Customer First– Synergizing Digital Innovation and Customer-Centricity for Underwriting and Claims Transformation".
Ketua Peruji dr. Dessy Kusumayati, AAK., AAAIJ., UND., CRGP., AMRP, dalam pernyataan di Semarang, Jumat, menyatakan bahwa IUS 2025 menandai komitmen Peruji dalam memajukan profesi underwriting sekaligus sinergi inovasi digital dan sentralitas nasabah untuk transformasi penjaminan dan klaim di industri asuransi jiwa.
"'Summit' ini mencerminkan komitmen kami untuk memajukan profesi penjaminan asuransi jiwa sambil merangkul semangat kolaborasi dan inovasi di seluruh industri asuransi," kata sosok yang juga Director Life and Health Business PT Indoperkasa Suksesjaya Reasuransi (INARE) itu.
Menurut dia, IUS 2025 yang berlangsung pada 13-14 Agustus itu bertujuan untuk memanfaatkan solusi digital dengan pendekatan berorientasi nasabah untuk mentransformasi proses underwriting dan klaim.
"Kami berharap dapat membangun diskusi yang tidak hanya menginspirasi, tetapi juga menghasilkan solusi yang lebih fleksibel dan berpusat pada individu profesional asuransi demi kemajuan masa depan industri," katanya.
Ia menjelaskan pertemuan itu bertujuan memperkuat keterampilan underwriter, menyebarkan informasi terkini tentang dinamika bisnis dan ilmu underwriting, serta memajukan industri asuransi melalui pendekatan berbasis teknologi dan nasabah.
Agendanya, antara lain membahas Artificial Intelligence (AI) dalam asuransi kesehatan, tantangan pricing, dan inklusivitas underwriting, kemudian diskusi panel diisi dengan materi tentang pengelolaan biaya rumah sakit, deteksi kecurangan klaim dengan "machine learning", hingga implementasi regulasi dan putusan Mahkamah Konstitusi.
IUS 2025 menjadi platform untuk mendorong kolaborasi antara underwriter, pengelola klaim, tim produk dan aktuaris guna menciptakan proses bisnis yang lebih efisien dan portofolio yang berkelanjutan.
Kegiatan tersebut diharapkan bisa memfasilitasi diskusi mendalam dan memperkuat jaringan profesional untuk menavigasi masa depan industri asuransi Indonesia ke arah yang lebih baik.
"Harapan kami, forum ini tidak hanya menjadi tempat pembelajaran, namun juga ruang untuk membangun kolaborasi lintas profesi dan lintas perusahaan demi kemajuan bersama industri asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi umum di Indonesia," katanya.
"Dengan memanfaatkan teknologi seperti AI dan machine learning, kita dapat meningkatkan ketepatan seleksi risiko dan deteksi kecurangan klaim, sekaligus memastikan pengalaman nasabah yang lebih baik," tambahnya.
Deputi Komisioner Pengawas Perasuransian, Penjaminan & Dana Pensiun OJK Iwan Pasila menyampaikan bahwa OJK memandang industri asuransi sebagai ekosistem yang melibatkan perusahaan asuransi, reasuransi, dan intermediaries (agen dan broker).
Agen mewakili perusahaan, sementara broker mewakili tertanggung, dan OJK mendorong pemisahan peran yang jelas di antara keduanya.
"Untuk membantu kami dalam mengawasi, OJK mengarahkan agar underwriter dan profesi lainnya dapat fokus pada tiga aspek, yakni kecukupan premi, kewajaran kebutuhan cadangan premi, dan pengelolaan transaksi untuk bisa memenuhi kewajiban," katanya.
Sembari, mendorong penerapan best practices guna menghadapi risiko besar seperti bencana alam, kematian, siber, kesehatan, dan tabungan pensiun.
OJK saat ini juga sedang mengembangkan database polis untuk memberikan wawasan kepada industri dan memastikan pengelolaan kewajiban yang baik. Perilaku positif dari intermediaries sangat krusial, sehingga perusahaan diminta menerapkan best practices, melatih dan melisensikan agen dengan baik, serta memantau kinerja finansial mereka. OJK menekankan pentingnya peran underwriting dan pemantauan margin serta konsistensi produk untuk mendukung ekosistem asuransi yang sehat.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon menegaskan bahwa underwriter asuransi jiwa berperan penting dalam pertumbuhan, kualitas, dan daya tarik industri asuransi jiwa.
"Saya percaya para underwriter dapat menjawab tantangan ini bersama profesi lain untuk mewujudkan industri asuransi jiwa yang membanggakan," katanya.

