Cilacap (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat di wilayah Jawa Tengah (Jateng) bagian selatan, khususnya Kabupaten Cilacap dan Banyumas, untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi menyusul curah hujan yang masih cukup tinggi pada Agustus 2025.
Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Kamis, mengatakan secara klimatologis pada bulan Agustus biasanya merupakan periode puncak musim kemarau di wilayah setempat, namun pantauan menunjukkan hujan masih sering turun hingga pertengahan bulan.
"Sejak tanggal 1 Agustus hingga 14 Agustus 2025 sudah tercatat tujuh hari hujan dengan intensitas ringan hingga sedang," katanya.
Bahkan, kata dia, data curah hujan yang tercatat di Bendung Ketenger, Baturraden, Kabupaten Banyumas, pada hari Kamis (14/8) pukul 07.00 WIB mencapai 103 milimeter, sehingga masuk kategori sangat lebat (101-150 milimeter per hari).
Menurut dia, hujan yang terjadi di wilayah Cilacap dan Banyumas umumnya turun pada malam hingga pagi hari.
"Kondisi ini dipengaruhi oleh adanya gangguan cuaca, yakni Dipole Mode Index (DMI) yang bernilai negatif, suhu muka laut yang masih cukup hangat, dan kelembapan udara yang relatif tinggi," katanya.
Ia mengatakan Dipole Mode merupakan fenomena interaksi antara laut dan atmosfer di Samudra Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan suhu permukaan laut antara pantai timur Afrika dan pantai barat Sumatera. Dalam hal ini, kata dia, perbedaan nilai anomali suhu permukaan laut tersebut disebut sebagai DMI.
"Jika DMI positif umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, sedangkan DMI negatif berdampak pada meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat," katanya.
Ia mengatakan DMI dianggap normal ketika nilainya 0,4 namun saat ini tercatat negatif 0,84, sehingga berdampak pada meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.
Menurut dia, gangguan cuaca seperti ini dapat memicu hujan terjadi selama lebih dari tujuh hari berturut-turut sejak awal kemunculannya.
Kendati potensi curah hujan yang terjadi pada sebagian besar wilayah Cilacap dan Banyumas berkategori ringan hingga sedang, dia mengatakan kondisi tersebut perlu diwaspadai karena hujan dengan durasi panjang atau hujan dengan intensitas tinggi berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi.
“Banjir, banjir bandang, dan tanah longsor bisa terjadi, terutama di daerah-daerah rawan yang memiliki topografi curam, cekungan, atau berada di sekitar bantaran sungai," katanya.
Berdasarkan data, lanjutnya, wilayah Cilacap yang rawan banjir dan longsor antara lain Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, Majenang, Sidareja, Wanareja, Kroya, serta Nusawungu, sedangkan wilayah Banyumas yang rawan longsor dan banjir di antaranya Kedungbanteng, Cilongok, Somagede, Gumelar, Kemranjen, Sumpiuh, dan Tambak.
Menurut dia, BMKG memprakirakan hujan di wilayah Cilacap dan Banyumas masih berpotensi terjadi dalam sepekan ke depan dengan intensitas sedang.
Ia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, menjaga lingkungan sekitar agar saluran air tidak tersumbat, dan memantau informasi cuaca resmi dari BMKG.
Selain itu, kata dia, masyarakat di lereng perbukitan juga perlu menghindari aktivitas di area rawan longsor saat hujan deras.
"Perubahan cuaca yang tidak sesuai pola musim perlu diantisipasi bersama, termasuk oleh pemerintah daerah, dengan menyiapkan langkah mitigasi dan kesiapsiagaan bencana," kata Teguh.
Baca juga: Prakiraan cuaca Semarang hari ini

