Solo (ANTARA) - Perayaan Hari Anak Nasional di SMP Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Surakarta diisi dengan sejumlah kegiatan, salah satunya deklarasi stop bullying atau perundungan.
Terkait dengan kegiatan yang dilakukan di Solo, Jawa Tengah, Rabu, Kepala SMP Muhammadiyah PK Muhdiyatmoko mengatakan sekolah tersebut berkomitmen menciptakan lingkungan belajar yang aman dan bebas dari perundungan.
“Bullying adalah satu dari tiga dosa besar dalam dunia pendidikan. Maka, kita sepakat tidak ada bullying di SMP Muhammadiyah PK,” katanya.
Narasumber workshop anti-bullying, Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik Lapas Kelas II A Sragen Putu Aryuni Damayanti mengungkapkan kebanggaannya saat bisa berbagi pengalaman bersama para siswa.
“Menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya bisa mengisi di sini dengan sharing pengalaman bersama anak-anak kelas 8 yang luar biasa antusias euforianya pada pagi hari ini,” katanya.
Ia berharap tidak ada lagi kasus bullying di lingkungan sekolah.
“Anak-anak hari ini telah teredukasi dan sepakat bahwa perundungan adalah sesuatu yang sangat merugikan, bukan hanya bagi korban tetapi juga bagi pelaku dan institusi sekolah secara umum,” katanya.
Kepala Urusan Kesiswaan Heru Hadiyono mengatakan rangkaian kegiatan disesuaikan dengan imbauan dari Menteri Pendidikan.
“Hari ini di SMP Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, kami melaksanakan senam Anak Hebat Indonesia, menyanyikan lagu Indonesia Raya, doa bersama, serta deklarasi anti-bullying,” katanya.
Ia mengatakan kegiatan dilanjutkan dengan workshop anti-bullying untuk kelas 8, lomba permainan tradisional untuk kelas 7, serta aksi berbagi dan kegiatan bersih lingkungan oleh siswa kelas 9. Aksi berbagi berupa pengumpulan barang-barang bermanfaat yang akan disalurkan ke panti asuhan.
Sementara itu, kegiatan tersebut diikuti oleh sebanyak 404 siswa SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta. Beragam kegiatan edukatif, inspiratif, dan menyenangkan mewarnai peringatan tersebut, mulai dari senam Anak Hebat Indonesia, deklarasi anti-bullying, hingga workshop dan aksi sosial.
Suasana makin meriah dengan kehadiran permainan tradisional seperti lompat tali, engklek, dan dakon. Dua siswi Adina Zahra Brisbenia Nugroho dan Jazzy Marchellia Saverine mengungkapkan rasa senangnya mengikuti kegiatan tersebut.
“Hari ini sangat seru dan berkesan. Kami senang bisa bermain permainan tradisional. Permainan ini membuat kami tahu bahwa permainan zaman dulu itu menyenangkan,” katanya.
Mereka juga berharap sekolah tetap menjadi tempat yang aman dan nyaman.
“Kami berharap tidak ada perundungan di sekolah. Kalau tidak ada bullying, kami bisa belajar dengan aman, nyaman, dan tenang,” katanya.

