Semarang (ANTARA) - Pakar bambu dari Instiper Yogyakarta Jajang Agus Sonjaya menyebut pemahaman terhadap teknik pemasangan dan pengawetan tiang bambu rumpon menjadi salah satu kunci meningkatkan produktivitas budi daya kerang hijau di kawasan pesisir utara Jawa Tengah
"Memperbaiki hal-hal kecil dalam proses budi daya kerang hijau ini akan dapat meningkatkan produktivitasnya," kata dia di sela pelatihan dan uji coba struktur bambu yang diikuti kelompok pembudidaya kerang hijau asal pesisir Semarang dan Demak di Semarang, Sabtu.
Ia menyebut pemilihan bambu berkualitas dengan usia pakai yang lebih lama akan mampu meningkatkan produktivitas.
Saat ini, kata dia, para pembudidaya kerang hijau di pesisir Semarang dan Demak banyak yang menggunakan bambu dengan potongan dari bagian tengah ke ujung yang harganya relatif murah.
Padahal, menurut dia, bambu berkualitas bagus yang digunakan yakni pada bagian pangkal hingga tengah.
Selain itu, kata dia, bambu yang bisa digunakan sebagai rumpon kerang hijau yakni jenis bambu Apus.
"Ada beberapa jenis bambu yang bisa juga digunakan, seperti Petung atau Ampel. Namun untuk rumpon yang ditancapkan di laut, bambu Apus lebih cocok," kata dosen Agro Teknologi Instiper Yogyakarta itu.
Meski dari segi harga lebih tinggi, kata dia, bambu berkualitas bagus bisa lebih tahan lama dalam penggunaannya.
"Bambu yang biasa digunakan saat ini hanya mampu bertahan untuk sekali masa panen. Kalau dengan bambu berkualitas bagus bisa digunakan sampai tiga tahun," katanya.
Ia juga menyebut pentingnya teknik konstruksi pemasangan bambu yang digunakan sebagai rumpon karena tantangan yang dihadapi gelombang laut
Ia menyarankan pemasangan bambu dengan cara menyilang tiap dua batang bambu agar bisa lebih kuat menahan gelombang laut.
Teknik lain yang sedang diuji coba untuk meningkatkan kualitas bambu yang tertancap di air asin, ujar dia, mengawetkan bambu dengan bahan kimia maupun alami.
"Bambu diawetkan dengan bahan kimia sebelum ditancapkan. Bahan kimia yang digunakan dipastikan aman secara logis bagi lingkungan laut," katanya dalam kegiatan yang diprakarsai Rujak Center for Urban Studies, Unissula Semarang, LBH Semarang, serta Walhi Jawa Tengah itu.
Para pembudidaya kerang hijau di kawasan pesisir Semarang dan Demak membutuhkan waktu sekitar tujuh bulan untuk memanen komoditas hasil laut tersebut.
Jajang menambahkan para pembudidaya kerang sering tidak memasukkan ongkos pasang rumpon bambu dalam biaya produksi sehingga sering merasa sudah memperoleh keuntungan dari usaha yang dijalaninya.
Baca juga: Lima mahasiswa Palestina dapat beasiswa di Unissula

Pakar: Pemahaman teknik penggunaan bambu jadi kunci budi daya kerang

Pelatihan pemanfaatan bambu sebagai rumpon kerang hijau di kampung nelayan Tambakrejo, Kota Semarang, Sabtu (19/7/2025). ANTARA/HO-Rujak Center for Urban Studies
