Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang meluncurkan program Kempling Semar (Ketahanan Pangan Keliling Semarang) sebagai upaya konkret untuk menjaga harga pangan atau bahan pokok stabil di masyarakat.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti, di Semarang, Jumat, mengatakan bahwa program Kempling Semar merupakan hasil kolaborasi dengan Bank Indonesia.
"Ini merupakan hasil kolaborasi, kerja sama bersama Bank Indonesia, ini merupakan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)," katanya.
Program Kempling Semar menghadirkan delapan unit mobil keliling yang akan beroperasi setiap hari hingga akhir tahun 2025, menyasar empat titik RW per hari untuk merespons langsung gejolak harga dengan cepat dan efisien.
"Ada delapan mobil, nanti mereka akan berputar sampai dengan akhir tahun, setiap harinya itu empat titik, untuk menjaga stabilitas harga supaya enggak fluktuatif," katanya.
Ia menegaskan bahwa program Kempling Semar akan berbasis data dan pengawasan lapangan sehingga tim akan segera mendistribusikan bahan pokok ke titik-titik yang terpantau mengalami lonjakan harga signifikan.
"Malam itu ketahuan di sini ada harga sangat tinggi, datanglah ke situ besok paginya. Kalau di situ sudah stabil, malam lagi ada di mana paling tinggi, terus sehingga harganya juga stabil," katanya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa kehadiran mobil Kempling Semar juga sekaligus menjadi bentuk operasi pasar harian untuk menghadirkan kompetisi harga di tengah masyarakat.
"Kalau misalnya di titik tertentu itu jual beras sampai mahal banget, ya kita hadir di dekat harganya rendah. Mekanisme pasar ini akan langsung terintervensi," katanya.
Menurut dia, program tersebut dirancang untuk menyasar langsung titik RW, tidak hanya sebagai kegiatan simbolik atau seremonial, tetapi sebagai pengawasan aktif yang bergerak berdasarkan data harga riil di lapangan.
"Kebutuhannya sekarang adalah hari-hari memantau, karena inflasi di Kota Semarang ini masih di atas rata-rata inflasi nasional. Harus turun," katanya.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Andi Reina Sari mengapresiasi atas sinergi Pemkot Semarang bersama BI dan berbagai pemangku kepentingan dalam menjaga stabilitas harga pangan.
Ia menyebutkan inflasi tahunan Kota Semarang per Juni 2025 tercatat sebesar 2,18% (year on year), lebih rendah dari rata-rata Provinsi Jateng, namun masih di atas nasional. Kenaikan inflasi sebagian besar disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
"Kelompok ini sangat sensitif karena bobotnya besar dan mudah terpengaruh kondisi cuaca, distribusi, maupun isu-isu yang berkembang di masyarakat," katanya.
Sebagai langkah konkret, mobil Kempling Semar hadir untuk mendekatkan distribusi pangan ke wilayah-wilayah rentan inflasi.
"Mobil pangan keliling ini selain menjadi alat distribusi, juga menunjukkan bahwa pemerintah hadir menjaga kesejahteraan masyarakat melalui inflasi yang terjaga," pungkasnya.
Baca juga: Wali Kota Semarang minta maaf kasus bis feeder tabrak warga di Klipang

