Solo (ANTARA) - Guru Besar ke-61 Prof. Ir. Mochamad Solikin, M.T., Ph.D. Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengupayakan konstruksi berkelanjutan.
Pada pengukuhannya sebagai Guru Besar ke-61 Bidang Teknologi Bahan Konstruksi di Solo, Jawa Tengah, Kamis, Solikin menyampaikan pembangunan berkelanjutan tidak cukup hanya mengandalkan kekuatan struktur tapi juga menuntut terobosan yang ramah lingkungan.
Dalam pidato ilmiahnya yang berjudul Beton High Volume Fly Ash dengan Pemadatan Mandiri, Upaya Mewujudkan Pembangunan yang Lestari, Solikin menyoroti besarnya jejak karbon dari industri beton.
Beton sendiri menyumbang sekitar tujuh persen emisi karbon global, terutama dari produksi semen yang menjadi bahan pengikat utama. Sebagai solusi, dirinya menawarkan penggunaan fly ash sebagai material substitusi sebagian semen dalam campuran beton.
"Fly ash merupakan limbah hasil pembakaran batu bara yang kaya silika dan kini tidak lagi dikategorikan sebagai limbah B3," katanya.
Berdasarkan pemaparan Solikin, Indonesia memproduksi sekitar 13 juta ton fly ash/tahun. Angka tersebut setara dengan potensi pengurangan kebutuhan semen nasional hingga 21 persen.
Teknologi High Volume Fly Ash Concrete (HVFA) yang dosen Teknik Sipil UMS itu kembangkan menggantikan hingga 50 persen komposisi semen.
"Jadi, penerapan teknologi ini mampu menekan emisi sekaligus meningkatkan workability beton melalui bentuk partikel fly ash yang bulat dan halus," katanya.
Beton berbasis fly ash sangat cocok untuk Self Compacting Concrete (SCC) yang tidak memerlukan alat getar saat dituangkan. Teknologi ini dinilai efisien, hemat energi, dan unggul dalam hal daya tahan jangka panjang.
Bersama tim di Pusat Studi Rekayasa Struktur UMS, Solikin telah menerapkan formulasi SCC ini ke dalam berbagai inovasi, mulai dari genteng beton ringan berbasis styrofoam, plat lantai half slab, hingga dinding panel beton berongga dengan panjang maksimal 3,2 meter.
Rancangan tersebut telah diajukan sebagai paten dan dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi. Uji slump flow, kekuatan tekan, dan daya tahan beton juga menunjukkan hasil yang memuaskan secara teknis dan ekologis.
Solikin juga menegaskan teknologi beton tidak boleh lepas dari isu lingkungan.
"Insinyur masa kini harus membangun tanpa merusak, mencipta tanpa mencemari," katanya.
Prosesi pengukuhan guru besar dipimpin oleh Rektor UMS sekaligus Ketua Senat Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum. Acara turut dihadiri jajaran senat, pimpinan universitas, mahasiswa, kerabat, serta tamu undangan dari berbagai institusi.
Dengan bertambahnya dua guru besar ini, UMS kini telah memiliki 61 profesor. Torehan ini memperkuat komitmen kampus dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang berdampak nyata bagi kemanusiaan, lingkungan, dan pembangunan bangsa.
Sementara itu, pengukuhan dua guru besar ini digelar dalam Sidang Terbuka Senat UMS di Auditorium Moh. Djazman. UMS mengukuhkan Prof. Eny Purwandari, S.Psi., M.Psi sebagai guru besar di bidang Psikologi Kesehatan Mental dan Prof. Ir. Mochamad Solikin, M.T., Ph.D di bidang Teknologi Bahan Konstruksi.