Solo (ANTARA) - Semangat edukasi mewarnai perayaan Iduladha 1446 H di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Ketua Takmir Masjid UMS Dr Muchamad Iksan di Solo, Jawa Tengah, Minggu mengatakan kurban tahun ini bukan sekadar ibadah rutin tetapi juga sarana internalisasi nilai ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Ia mengatakan UMS memberikan subsidi 50 persen untuk dosen, karyawan, dan pensiunan yang ingin berkurban.
“Ini ditujukan khususnya bagi mereka yang belum sempat berkurban di lingkungan masing-masing,” katanya.
Ia berharap program ini dapat meningkatkan partisipasi civitas academica dalam berkurban dan menghidupkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan kampus.
Pada perayaan Iduladha di UMS ada sebanyak tujuh sapi yang disembelih di lapangan depan Masjid Hj Sudalmiyah Rais, Kampus 2 UMS, Sabtu.
Daging kurban diprioritaskan untuk karyawan UMS, terutama mereka yang berstatus kontrak seperti cleaning service dan penjaga sepeda. Distribusi dilakukan dengan sistematis dan merata, dengan target lebih dari dua ton daging dibagikan kepada penerima.
Penanggung jawab pelaksanaan penyembelihan Hartono mengatakan tujuh ekor sapi berasal dari berbagai kelompok, yakni empat sapi merupakan hasil subsidi UMS, dua dari Bank Jateng Syariah, dan satu dari Bank Syariah Indonesia.
“Hewan kurban kami datangkan dari mitra Muhammadiyah di Boyolali. Prosesnya melibatkan tim khusus dari pengadaan, penyembelihan, hingga pengemasan,” katanya.
Ia mengatakan daging dibagikan dalam ukuran 1 kg/bungkus.
Kegiatan ini turut melibatkan relawan dari mahasiswa UMS, termasuk dari komunitas Pejuang Masjid serta mahasiswa umum yang mendaftar secara sukarela.
“Mereka aktif sejak persiapan salat Iduladha hingga pelaksanaan penyembelihan,” katanya.
Sementara itu, kegiatan ini juga diikuti oleh sepuluh mahasiswa asing UMS. Mereka tidak hanya menyaksikan tetapi turut membantu dalam proses penyembelihan dan pengemasan daging, sebagai bagian dari edukasi lintas budaya dan agama.
Salah satunya mahasiswa asing asal Zimbabwe Panashe Ndlovu mengatakan kegiatan tersebut merupakan pengalaman pertamanya mengikuti langsung penyembelihan kurban.
“Saya melihat ada nilai spiritual dan budaya Islam yang kuat di sini,” katanya.
Panashe mengatakan di negaranya juga ada tradisi penyembelihan, namun tidak berkaitan dengan Iduladha. Ia menyebut pengalaman ini memperkaya pemahamannya tentang Islam dan semangat berbagi yang menjadi inti dari kurban.
Mahasiswa internasional lainnya, Pa Modou Khan dari Gambia juga menyatakan hal serupa. Ia merasa mendapat keluarga baru dalam kegiatan ini.
“Saya membantu memisahkan daging dan tulang. Ini seperti di rumah saya,” katanya.
Menurut Pa Modou, tradisi kurban di Indonesia lebih meriah karena melibatkan banyak orang. Ia mengaku sangat senang bisa berkontribusi langsung bersama masyarakat dan mahasiswa Indonesia.

