Semarang naik ke peringkat lima indeks kota toleran
Semarang (ANTARA) - Kota Semarang kembali melanjutkan tren positif dalam keberlangsungan toleransi dengan menempati peringkat kelima dalam Indeks Kota Toleran (IKT) 2023 atau naik dari tahun lalu di peringkat tujuh.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono di Semarang, Selasa menyampaikan bahwa Kota Semarang meraih skor 6,23 dengan menempati peringkat lima.
Capaian tersebut meningkat dibanding IKT 2022 dengan raihan skor 5,783 yang menempati posisi ketujuh, dan sangat progresif karena pada 2021 masih di peringkat 12 dari 91 kota di seluruh Indonesia.
Penyerahan penghargaan IKT 2023 berlangsung di Jakarta, Selasa, diserahkan oleh Direktur Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Elfrida Herawati Siregar kepada Kepala Kesbangpol Kota Semarang mewakili Wali Kota Semarang.
Menurut dia, Setara Institue selaku pemrakarsa IKT selama ini terus memacu Kota Semarang dalam menggelorakan semangat sebagai kota toleran dengan keberagaman budaya yang dimilikinya.
Penilaiannya, kata dia, merujuk sinergi seluruh elemen kota dalam menata dan membangun toleransi di Kota Semarang, serta mengakselerasi implementasi misi pemerintah dalam menjamin kemerdekaan masyarakat.
Baik dalam menjalankan ibadah, pemenuhan hak, dan perlindungan kesejahteraan sosial, serta hak asasi manusia (HAM) masyarakat secara berkeadilan.
"Kami masuk 10 besar baru tahun kemarin, dari peringkat 12 ke tujuh, dan Alhamdulillah sudah masuk peringkat kelima. Bukan paling baik, tetapi memang kami berusaha mewujudkan satu kota yang betul-betul nyaman untuk ditinggali," katanya.
Ia mengatakan bahwa jaminan kemerdekaan menjalani ibadah diterjemahkan melalui berbagai upaya, seperti pembangunan Semarang Religion Center berupa fasilitas publik untuk kegiatan seluruh agama di setiap kecamatan.
Termasuk, kata dia, penetapan rumah ibadah dari berbagai agama sebagai cagar budaya untuk memajukan hak-hak kelompok minoritas.
"Terutama kami dibantu oleh teman-teman dari FKUB, dan semua komponen masyarakat untuk berupaya menjadi kota yang inklusif. Ini juga meningkatkan kami dalam mendorong kerukunan di antara warga Kota Semarang," katanya.
Sementara itu, Ketua Badan Pengurus Setara Institute Ismail Hasani mengatakan bahwa indeks kota toleran adalah satu studi pengukuran terhadap kinerja 94 kota di Indonesia.
"Yang dinilai bukan kinerja wali kota saja, memang kinerja wali kota menentukan, tetapi kinerja masyarakat, kinerja tokoh-tokoh ulama, agama, sosial, elemen masyarakat sipil dan seterusnya," katanya.
Berikut 10 besar Indeks Kota Toleran 2023 yang dirilis Setara Institute:
1. Kota Singkawang menyabet skor 6,500
2. Kota Bekasi meraih skor 6,460
3. Kota Salatiga mendapatkan skor 6,450
4. Kota Manado dengan skor 6,400
5. Kota Semarang meraih skor 6,230
6. Kota Magelang mendapat 6,220
7. Kota Kediri dengan skor 6,073
8. Kota Sukabumi meraih skor 5,997
9. Kota Kupang mendapatkan skor 5,953
10. Kota Surakarta dengan skor 5,800.
Baca juga: Kota Magelang 10 besar "Kota Toleran"
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono di Semarang, Selasa menyampaikan bahwa Kota Semarang meraih skor 6,23 dengan menempati peringkat lima.
Capaian tersebut meningkat dibanding IKT 2022 dengan raihan skor 5,783 yang menempati posisi ketujuh, dan sangat progresif karena pada 2021 masih di peringkat 12 dari 91 kota di seluruh Indonesia.
Penyerahan penghargaan IKT 2023 berlangsung di Jakarta, Selasa, diserahkan oleh Direktur Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Elfrida Herawati Siregar kepada Kepala Kesbangpol Kota Semarang mewakili Wali Kota Semarang.
Menurut dia, Setara Institue selaku pemrakarsa IKT selama ini terus memacu Kota Semarang dalam menggelorakan semangat sebagai kota toleran dengan keberagaman budaya yang dimilikinya.
Penilaiannya, kata dia, merujuk sinergi seluruh elemen kota dalam menata dan membangun toleransi di Kota Semarang, serta mengakselerasi implementasi misi pemerintah dalam menjamin kemerdekaan masyarakat.
Baik dalam menjalankan ibadah, pemenuhan hak, dan perlindungan kesejahteraan sosial, serta hak asasi manusia (HAM) masyarakat secara berkeadilan.
"Kami masuk 10 besar baru tahun kemarin, dari peringkat 12 ke tujuh, dan Alhamdulillah sudah masuk peringkat kelima. Bukan paling baik, tetapi memang kami berusaha mewujudkan satu kota yang betul-betul nyaman untuk ditinggali," katanya.
Ia mengatakan bahwa jaminan kemerdekaan menjalani ibadah diterjemahkan melalui berbagai upaya, seperti pembangunan Semarang Religion Center berupa fasilitas publik untuk kegiatan seluruh agama di setiap kecamatan.
Termasuk, kata dia, penetapan rumah ibadah dari berbagai agama sebagai cagar budaya untuk memajukan hak-hak kelompok minoritas.
"Terutama kami dibantu oleh teman-teman dari FKUB, dan semua komponen masyarakat untuk berupaya menjadi kota yang inklusif. Ini juga meningkatkan kami dalam mendorong kerukunan di antara warga Kota Semarang," katanya.
Sementara itu, Ketua Badan Pengurus Setara Institute Ismail Hasani mengatakan bahwa indeks kota toleran adalah satu studi pengukuran terhadap kinerja 94 kota di Indonesia.
"Yang dinilai bukan kinerja wali kota saja, memang kinerja wali kota menentukan, tetapi kinerja masyarakat, kinerja tokoh-tokoh ulama, agama, sosial, elemen masyarakat sipil dan seterusnya," katanya.
Berikut 10 besar Indeks Kota Toleran 2023 yang dirilis Setara Institute:
1. Kota Singkawang menyabet skor 6,500
2. Kota Bekasi meraih skor 6,460
3. Kota Salatiga mendapatkan skor 6,450
4. Kota Manado dengan skor 6,400
5. Kota Semarang meraih skor 6,230
6. Kota Magelang mendapat 6,220
7. Kota Kediri dengan skor 6,073
8. Kota Sukabumi meraih skor 5,997
9. Kota Kupang mendapatkan skor 5,953
10. Kota Surakarta dengan skor 5,800.
Baca juga: Kota Magelang 10 besar "Kota Toleran"