Pemkot Semarang gandeng PHRI beri makanan tambahan cegah stunting
Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang bekerja sama dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dalam menyediakan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk penanganan dan pencegahan stunting di daerah itu.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Semarang, Selasa, menjelaskan bahwa PMT akan diperuntukkan bagi balita dengan berat badan kurang dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK) maupun anemia.
Ita, sapaan akrab Hevearita itu, menyampaikan bahwa Pemkot Semarang melakukan dua cara dalam intervensi penanganan stunting, yakni melalui Rumah Pelita (Penanganan Stunting Lintas Sektor Bagi Baduta) dan penyediaan TMT.
Kali ini, kata dia, PHRI turut membantu penanganan stunting dengan pemberian PMT, baik bagi balita dengan berat badan kurang maupun ibu hamil yang mengalami KEK atau anemia di "Kota Atlas" --sebutan Kota Semarang.
"Nanti, teman-teman puskesmas mengambil makanan ke hotel-hotel, didrop ke kelurahan. Ada dari teman-teman Disdalduk (Dinas Pengendalian Penduduk), tim pendamping keluarga. Mereka yang akan membagikan kepada anak maupun ibu," katanya.
Tim pendamping keluarga, kata dia, akan terus memonitor perkembangan kesehatan balita dan ibu hamil yang mendapatkan PMT, sebab pemberian PMT juga diupayakan mengejar tumbuh kembang,
Ia menyebutkan bahwa kasus stunting di ibu kota Provinsi Jawa Tengah saat ini tercatat ada 872 anak, sedangkan ibu hamil yang mengalami KEK atau anemia 774 orang.
Ke depan, Pemkot Semarang berencana memperluas kerja sama dalam penyediaan PMT, termasuk dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
"Aprindo punya standar buah sayur yang melebihi batas namun masih bagus bisa dimanfaatkan untuk masyarakat yang membutuhkan. Kemenkes nanti akan ikut memonitor perkembangannya seperti apa," katanya.
Sekretaris Jenderal BPD PHRI Provinsi Jateng Yantie Yulianti menyebutkan ada 40 hotel yang turut dalam program penyediaan PMT untuk penanganan stunting yang terbagi dalam sembilan kluster.
Mereka yang nantinya memberikan tujuh pak makanan dengan rincian lima pak untuk ibu hamil dan dua pak untuk balita dalam program yang berlangsung selama satu bulan.
"Kami berikan (PMT, red.) sekitar pukul 09.00-10.00 WIB. Jadi, tidak menggantikan makanan utama," katanya.
Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Simiwi mengapresiasi partisipasi PHRI dalam membantu penanganan stunting di Kota Semarang.
Apresiasi juga diberikannya terhadap menu yang disajikan karena memiliki efek kuat dalam penurunan stunting, yakni dengan pemberian dua protein hewani.
"Menunya kami lihat, dua macam protein. Menu yang memiliki satu jenis protein hewani bisa menurunkan stunting. Tapi, dua jenis protein hewani lebih cepat menurunkan stunting. Efek lebih kuat," katanya.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Semarang, Selasa, menjelaskan bahwa PMT akan diperuntukkan bagi balita dengan berat badan kurang dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK) maupun anemia.
Ita, sapaan akrab Hevearita itu, menyampaikan bahwa Pemkot Semarang melakukan dua cara dalam intervensi penanganan stunting, yakni melalui Rumah Pelita (Penanganan Stunting Lintas Sektor Bagi Baduta) dan penyediaan TMT.
Kali ini, kata dia, PHRI turut membantu penanganan stunting dengan pemberian PMT, baik bagi balita dengan berat badan kurang maupun ibu hamil yang mengalami KEK atau anemia di "Kota Atlas" --sebutan Kota Semarang.
"Nanti, teman-teman puskesmas mengambil makanan ke hotel-hotel, didrop ke kelurahan. Ada dari teman-teman Disdalduk (Dinas Pengendalian Penduduk), tim pendamping keluarga. Mereka yang akan membagikan kepada anak maupun ibu," katanya.
Tim pendamping keluarga, kata dia, akan terus memonitor perkembangan kesehatan balita dan ibu hamil yang mendapatkan PMT, sebab pemberian PMT juga diupayakan mengejar tumbuh kembang,
Ia menyebutkan bahwa kasus stunting di ibu kota Provinsi Jawa Tengah saat ini tercatat ada 872 anak, sedangkan ibu hamil yang mengalami KEK atau anemia 774 orang.
Ke depan, Pemkot Semarang berencana memperluas kerja sama dalam penyediaan PMT, termasuk dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
"Aprindo punya standar buah sayur yang melebihi batas namun masih bagus bisa dimanfaatkan untuk masyarakat yang membutuhkan. Kemenkes nanti akan ikut memonitor perkembangannya seperti apa," katanya.
Sekretaris Jenderal BPD PHRI Provinsi Jateng Yantie Yulianti menyebutkan ada 40 hotel yang turut dalam program penyediaan PMT untuk penanganan stunting yang terbagi dalam sembilan kluster.
Mereka yang nantinya memberikan tujuh pak makanan dengan rincian lima pak untuk ibu hamil dan dua pak untuk balita dalam program yang berlangsung selama satu bulan.
"Kami berikan (PMT, red.) sekitar pukul 09.00-10.00 WIB. Jadi, tidak menggantikan makanan utama," katanya.
Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Simiwi mengapresiasi partisipasi PHRI dalam membantu penanganan stunting di Kota Semarang.
Apresiasi juga diberikannya terhadap menu yang disajikan karena memiliki efek kuat dalam penurunan stunting, yakni dengan pemberian dua protein hewani.
"Menunya kami lihat, dua macam protein. Menu yang memiliki satu jenis protein hewani bisa menurunkan stunting. Tapi, dua jenis protein hewani lebih cepat menurunkan stunting. Efek lebih kuat," katanya.