Menggeliatnya investasi Kota Atlas di tengah ancaman banjir
Semarang (ANTARA) - "... Semarang kaline banjir. Jo sumelang ra dipikir. Jangkrik upa saba ning tangga. Malumpat ning tengah jogan... E ya-e yae e-yae ya-e ya-e ya-e," demikian penggalan lirik lagu berjudul "Jangkrik Genggong"
Lagu ciptaan Andjar Any yang dipopulerkan penyanyi legendaris, Waldjinah, itu memang kerap menjadi catatan pengingat mengenai betapa lekatnya Kota Semarang dengan fenomena banjir.
Terletak di pesisir Laut Jawa, Semarang dikenal sebagai kota metropolitan dengan segudang sejarah panjangnya, termasuk makanan khasnya bernama lunpia atau lumpia yang banyak dicari pelancong saat berwisata.
Namun, sebagaimana kota yang terletak di pesisir, Semarang pun tak luput dari banjir dan rob, yakni limpasan air laut ke darat, yang menjadi momok tahunan dan pekerjaan rumah (PR) besar.
Memasuki musim hujan, banjir kembali mengintai setelah sekian lamanya Kota Atlas seperti "terpanggang" akibat dampak fenomena El Nino yang membuat musim kemarau berkepanjangan..
Pemerintah Kota Semarang sebenarnya tidak tinggal diam, berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi banjir, seperti pengerukan sedimentasi sungai, normalisasi sungai, dan pengaturan sistem drainase.
Di bawah komando Wali Kota Hevearita Gunaryanti Rahayu, Pemkot Semarang memfokuskan upaya penanggulangan banjir melalui pembangunan infrastruktur yang dikebut selama musim kemarau.
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita itu sadar bahwa persoalan banjir berimplikasi terhadap pertumbuhan investasi yang akan membuat investor enggan menanamkan modal di Kota Lumpia ini.
"Perbaikan akses jalan dan pengendalian banjir. Dua masalah ini perlu diselesaikan untuk menggeliatkan industri dan memudahkan aktivitas masyarakat," kata perempuan pertama Wali Kota Semarang itu.
Alhasil, beberapa pembangunan infrastruktur terkait banjir dikebut, misalnya, peninggian jembatan Tol Kaligawe yang menjadi jalur utama Pantura ke arah Demak, Kudus, Rembang, dan sebaliknya.
Memang tidak semua didanai APBD Kota Semarang, peninggian jembatan Tol Kaligawe dibiayai APBN yang menjadi satu paket kontrak pengerjaan proyek Tol Semarang Demak Seksi 1.
Jalan Hasanudin yang selama ini belum tersentuh dan menjadi langganan banjir juga dibenahi dengan menggunakan APBN berdasar Instruksi Presiden Nomor 3/ 2023 tentang Percepatan Peningkatan Konektivitas Jalan Daerah.
Untuk APBD Kota Semarang, Dinas Pekerjaan Umum melakukan peningkatan Jalan Tambak Dalam Raya yang menjadi jalur alternatif masyarakat dengan anggaran Rp3,4 miliar dan sudah dirampungkan.
Akan tetapi, ada satu hal yang berbeda dari seluruh proyek peningkatan jalan di Kota Semarang itu, yakni pembangunan atau penataan kembali sistem drainase seiring pembangunan jalan.
"Perencanaan jalan dan saluran harus baik. Jadi, kalau hujan, airnya lari ke saluran, tidak ke jalan," kata Ita, berkali-kali mengingatkan bahwa drainase dan jalan harus padu.
Perizinan jadi kunci
Lagu ciptaan Andjar Any yang dipopulerkan penyanyi legendaris, Waldjinah, itu memang kerap menjadi catatan pengingat mengenai betapa lekatnya Kota Semarang dengan fenomena banjir.
Terletak di pesisir Laut Jawa, Semarang dikenal sebagai kota metropolitan dengan segudang sejarah panjangnya, termasuk makanan khasnya bernama lunpia atau lumpia yang banyak dicari pelancong saat berwisata.
Namun, sebagaimana kota yang terletak di pesisir, Semarang pun tak luput dari banjir dan rob, yakni limpasan air laut ke darat, yang menjadi momok tahunan dan pekerjaan rumah (PR) besar.
Memasuki musim hujan, banjir kembali mengintai setelah sekian lamanya Kota Atlas seperti "terpanggang" akibat dampak fenomena El Nino yang membuat musim kemarau berkepanjangan..
Pemerintah Kota Semarang sebenarnya tidak tinggal diam, berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi banjir, seperti pengerukan sedimentasi sungai, normalisasi sungai, dan pengaturan sistem drainase.
Di bawah komando Wali Kota Hevearita Gunaryanti Rahayu, Pemkot Semarang memfokuskan upaya penanggulangan banjir melalui pembangunan infrastruktur yang dikebut selama musim kemarau.
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita itu sadar bahwa persoalan banjir berimplikasi terhadap pertumbuhan investasi yang akan membuat investor enggan menanamkan modal di Kota Lumpia ini.
"Perbaikan akses jalan dan pengendalian banjir. Dua masalah ini perlu diselesaikan untuk menggeliatkan industri dan memudahkan aktivitas masyarakat," kata perempuan pertama Wali Kota Semarang itu.
Alhasil, beberapa pembangunan infrastruktur terkait banjir dikebut, misalnya, peninggian jembatan Tol Kaligawe yang menjadi jalur utama Pantura ke arah Demak, Kudus, Rembang, dan sebaliknya.
Memang tidak semua didanai APBD Kota Semarang, peninggian jembatan Tol Kaligawe dibiayai APBN yang menjadi satu paket kontrak pengerjaan proyek Tol Semarang Demak Seksi 1.
Jalan Hasanudin yang selama ini belum tersentuh dan menjadi langganan banjir juga dibenahi dengan menggunakan APBN berdasar Instruksi Presiden Nomor 3/ 2023 tentang Percepatan Peningkatan Konektivitas Jalan Daerah.
Untuk APBD Kota Semarang, Dinas Pekerjaan Umum melakukan peningkatan Jalan Tambak Dalam Raya yang menjadi jalur alternatif masyarakat dengan anggaran Rp3,4 miliar dan sudah dirampungkan.
Akan tetapi, ada satu hal yang berbeda dari seluruh proyek peningkatan jalan di Kota Semarang itu, yakni pembangunan atau penataan kembali sistem drainase seiring pembangunan jalan.
"Perencanaan jalan dan saluran harus baik. Jadi, kalau hujan, airnya lari ke saluran, tidak ke jalan," kata Ita, berkali-kali mengingatkan bahwa drainase dan jalan harus padu.
Perizinan jadi kunci