Solo (ANTARA) - Pejuang sampah dari Kota Solo, Jawa Tengah, Denok Marty Astuti hingga saat ini terus gigih menyadarkan masyarakat hingga pemerintah untuk membereskan sampah sejak dari hulu.
"Masalah sampah itu paling banyak di hulu," katanya di Solo, Jawa Tengah, Jumat.
Oleh karena itu, sejak memutuskan berhenti dari pekerjaan sebagai karyawan perusahaan swasta di Jakarta pada tahun 2014, ia terus aktif masuk ke instansi pemerintah untuk ikut mengelola sampah.
Meski demikian, niat wanita kelahiran 6 April 1978 itu, awalnya kurang disambut baik karena saat itu sampah belum menjadi isu besar seperti saat ini.
"Ada satu kelurahan yang langsung mau, yakni Kelurahan Pucangsawit. Di sana sampai sekarang bank sampah berjalan dengan baik dan beberapa kegiatan lain juga," katanya.
Di sisi lain, ia juga aktif membuat bank sampah dengan menggunakan dana pribadi. Hingga saat ini ada sebanyak 150 bank sampah yang didanainya secara pribadi. Dengan bank sampah dari pemerintah, hingga saat ini ada sebanyak 180 bank sampah yang dikelolanya.
Melalui bank sampah tersebut, masyarakat diajarinya membuat pupuk kompos hingga kerajinan tangan dari sampah anorganik.
Bahkan, sejak tahun lalu ia resmi menjadi Direktur Bank Sampah Induk Kota Solo. Sejak dikukuhkan sebagai direktur pada bulan November 2022, Solo berhasil meraih sertifikat Adipura 2022 pada Maret 2023.
Dengan usaha yang terus dilakukan, diharapkan pada tahun ini Kota Solo berhasil meraih piala Adipura setelah delapan tahun tidak memperoleh penghargaan tersebut.
Sementara itu, saat ini ia masih terus aktif menghidupkan pengelolaan sampah di sekolah, perkantoran, rumah sakit, dan ruang publik lain.
"Yang penting terkelola, kalau perkantoran harapannya jadi green building, kalau sekolah, ya, sekolah Adiwiyata," kata kata ibu dua anak ini.