Lomba nasi goreng Semarang, Puan ikut komentar
Semarang (ANTARA) - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani mengapresiasi pelaksanaan lomba masak nasi goreng yang digelar di Kota Semarang, Jawa Tengah karena secara tidak langsung membuat masyarakat guyub dan adem seiring dengan tahun politik.
"Ini acara yang menurut saya sangat baik. Saya apresiasi. Karena mengumpulkan ibu-ibu dari tingkat RT/RW untuk berpartisipasi. Bukan ibunya saja, ada bapak-bapak dan keluarga, suasananya gembira," katanya di Semarang, Sabtu.
Hal tersebut disampaikan Puan, saat "Final Lomba Nasi Goreng Khas Mbak Ita" yang berlangsung di Lapangan Simpang Lima Semarang, diikuti 177 finalis perwakilan dari masing-masing kelurahan.
Menurut Puan, nasi goreng merupakan masakan khas Indonesia sehingga banyak manfaat dari lomba yang digagas oleh Tim Penggerak PKK Kota Semarang itu, apalagi dengan memperhatikan kandungan gizi dan batasan harga.
"Satu hal yang sangat baik, saya apresiasi Semarang untuk bisa selalu melakukan hal seperti ini. Kalaupun ada kekurangan, ke depan bisa diperbaiki," katanya.
Bahkan, Puan juga mendorong kegiatan lain yang serupa untuk menjaga kekompakan dan keguyuban masyarakat menjelang perhelatan pesta demokrasi, yakni Pemilu dan Pilpres 2024.
"Mungkin ada kegiatan lain seperti ini, kegiatan bersama di Kota Semarang, kita guyub, kita adem, merasa bahagia. Ini kan tahun politik, kegiatannya terkait hal positif, kemudian membuat Kota Semarang tetap aman dan masyarakatnya berbahagia," pungkasnya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyampaikan bahwa lomba memasak nasi goreng itu juga membuat masyarakat, terutama ibu-ibu semakin guyub karena sering bertemu dan memasak bareng.
"Saya dengar tadi dari ibu-ibu yang tadinya enggak kenal, eh gara-gara nasi goreng mereka jadi guyub. Sampai sekarang. Walaupun kalah, mereka masih punya grup WA (WhatsApp)," kata Ita, sapaan akrabnya.
Menyikapi adanya komentar dari warganet bahwa lomba nasi goreng itu sebagai ajang kampanye, Ita menyampaikan bahwa lomba nasi goreng itu dimaksudkan untuk memberdayakan perempuan, terutama kalangan ibu-ibu.
"Enggak juga (kampanye), kalau bagi kami ya. Mungkin ada orang (beranggapan) seperti itu, silakan. Kami ini menggerakkan, saya kebetulan perempuan. Kami ingin perempuan bisa hebat, bisa berdaya," katanya.
Ita mengajak kalangan ibu-ibu di sela kesibukannya untuk bisa menyajikan masakan yang sehat dan bergizi bagi keluarga sehingga bisa membantu upaya pencegahan stunting dari keluarga.
"Sebagai upaya pencegahan stunting, hidup sehat, kemudian ibu-ibu ini nanti bisa usaha. Tidak harus nasi goreng, bisa masak yang lain. Nasi goreng ini kan sebagai pendobrak saja bagi ibu-ibu," katanya.
Terpilih sebagai juara pertama lomba nasi goreng, yakni tim dari Kelurahan Jangli, kemudian Kelurahan Sumurejo sebagai pemenang lomba yel-yel, sedangkan juara umum adalah Kelurahan Gisikdrono.
"Ini acara yang menurut saya sangat baik. Saya apresiasi. Karena mengumpulkan ibu-ibu dari tingkat RT/RW untuk berpartisipasi. Bukan ibunya saja, ada bapak-bapak dan keluarga, suasananya gembira," katanya di Semarang, Sabtu.
Hal tersebut disampaikan Puan, saat "Final Lomba Nasi Goreng Khas Mbak Ita" yang berlangsung di Lapangan Simpang Lima Semarang, diikuti 177 finalis perwakilan dari masing-masing kelurahan.
Menurut Puan, nasi goreng merupakan masakan khas Indonesia sehingga banyak manfaat dari lomba yang digagas oleh Tim Penggerak PKK Kota Semarang itu, apalagi dengan memperhatikan kandungan gizi dan batasan harga.
"Satu hal yang sangat baik, saya apresiasi Semarang untuk bisa selalu melakukan hal seperti ini. Kalaupun ada kekurangan, ke depan bisa diperbaiki," katanya.
Bahkan, Puan juga mendorong kegiatan lain yang serupa untuk menjaga kekompakan dan keguyuban masyarakat menjelang perhelatan pesta demokrasi, yakni Pemilu dan Pilpres 2024.
"Mungkin ada kegiatan lain seperti ini, kegiatan bersama di Kota Semarang, kita guyub, kita adem, merasa bahagia. Ini kan tahun politik, kegiatannya terkait hal positif, kemudian membuat Kota Semarang tetap aman dan masyarakatnya berbahagia," pungkasnya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyampaikan bahwa lomba memasak nasi goreng itu juga membuat masyarakat, terutama ibu-ibu semakin guyub karena sering bertemu dan memasak bareng.
"Saya dengar tadi dari ibu-ibu yang tadinya enggak kenal, eh gara-gara nasi goreng mereka jadi guyub. Sampai sekarang. Walaupun kalah, mereka masih punya grup WA (WhatsApp)," kata Ita, sapaan akrabnya.
Menyikapi adanya komentar dari warganet bahwa lomba nasi goreng itu sebagai ajang kampanye, Ita menyampaikan bahwa lomba nasi goreng itu dimaksudkan untuk memberdayakan perempuan, terutama kalangan ibu-ibu.
"Enggak juga (kampanye), kalau bagi kami ya. Mungkin ada orang (beranggapan) seperti itu, silakan. Kami ini menggerakkan, saya kebetulan perempuan. Kami ingin perempuan bisa hebat, bisa berdaya," katanya.
Ita mengajak kalangan ibu-ibu di sela kesibukannya untuk bisa menyajikan masakan yang sehat dan bergizi bagi keluarga sehingga bisa membantu upaya pencegahan stunting dari keluarga.
"Sebagai upaya pencegahan stunting, hidup sehat, kemudian ibu-ibu ini nanti bisa usaha. Tidak harus nasi goreng, bisa masak yang lain. Nasi goreng ini kan sebagai pendobrak saja bagi ibu-ibu," katanya.
Terpilih sebagai juara pertama lomba nasi goreng, yakni tim dari Kelurahan Jangli, kemudian Kelurahan Sumurejo sebagai pemenang lomba yel-yel, sedangkan juara umum adalah Kelurahan Gisikdrono.