Semarang (ANTARA) - Pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno menilai perlintasan pada sebidang Jalan Madukoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, yang menjadi lokasi kecelakaan antara KA Brantas dengan truk beberapa waktu lalu belum perlu membutuhkan pembangunan jalan layang.
"Jalan Madukoro ini jalan kota. Apakah anggaran Pemkot Semarang mampu membiayai pembangunan jalan layang di perlintasan sebidang ini," kata Djoko di Semarang, Jumat
Djoko justru menyarankan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang agar memasang rambu larangan melintas untuk truk di jalan tersebut.
Selain itu, dia juga meminta ketinggian rel di perlintasan sebidang di Jalan Madukoro ini agar dipangkas.
"Jalan Madukoro ibi bukan jalur untuk truk. Selain itu, elevasi rel tidak boleh tinggi," katanya.
Jalan Madukoro, Kota Semarang, kata dia, menjadi jalur favorit bagi masyarakat yang akan menuju Bandara Semarang, sehingga memicu kepadatan lalu lintas.
Sementara, menurut dia, intensitas kereta yang melintas serta kecepatan juga meningkat dengan dukungan jalur ganda kereta.
Djoko memperoleh informasi bahwa setidaknya tiga kali peristiwa truk trailer tersangkut saat melintas di perlintasan sebidang jalan tersebut.
Sebelumnya, Kereta Api Brantas tujuan Jakarta-Blitar terlibat kecelakaan dengan sebuah truk di perlintasan sebidang Jalan Madukoro, Semarang Barat, Selasa malam (18/7)
KA menabrak bagian kepala truk trailer yang melintas dari arah utara ke selaran
Sempat terjadi ledakan saat lokomotif kereta menabrak kepala truk. Bagian kepala dan ekor gandengan truk terjepit di mulut jembatan rel jembatan Kanal Banjir Barat Semarang.
Baca juga: Kereta alami kecelakaan di Semarang
Baca juga: Kronologis KA Brantas hantam truk di perlintasan Madukoro Semarang