Tren sarung kembali digaungkan setelah macet selama pandemi
Semarang (ANTARA) - Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC) Semarang Ina Priyono tren mode kain sarung kembali digaungkan setelah sempat macet selama tiga tahun pandemi COVID-19.
"Sarung akan diulik lagi, dikampanyekan lagi setelah sempat 'stuck' saat pandemi," kata Ina saat kampanye "Sarung Movement" dalam rangka memeringati Hari Sarung di Semarang, Minggu.
Menurut dia, Hari Sarung dicanangkan pada 3 Maret 2019 oleh Presiden Joko Widodo.
Pada peringatan usai pandemi COVID-19 ini, kata dia, kain sarung didorong untuk menjadi tren mode busana yang bisa dipakai setiap hari.
"Gayanya macam-macam, ada yang untuk pesta, untuk bekerja, namun lebih baiknya yang bisa dipakai jalan-jalan, yang bisa dipakai setiap saat," katanya.
Kampanye "Sarung Movement" ini sendiri, kata dia, mengusung tema Sarung Sebagai Gaya Hidup Baru.
Sarung yang didefinisikan sebagai kain yang melilit pinggang ini, lanjut dia, selama ini lebih diidentikkan sebagai busana ibadah serta hanya dipakai kaum laki-laki.
Menurut dia, pemakaian kain tradisional Indonesia ini tidak terbatas pada gender tertentu.
"Sarung akan diulik lagi, dikampanyekan lagi setelah sempat 'stuck' saat pandemi," kata Ina saat kampanye "Sarung Movement" dalam rangka memeringati Hari Sarung di Semarang, Minggu.
Menurut dia, Hari Sarung dicanangkan pada 3 Maret 2019 oleh Presiden Joko Widodo.
Pada peringatan usai pandemi COVID-19 ini, kata dia, kain sarung didorong untuk menjadi tren mode busana yang bisa dipakai setiap hari.
"Gayanya macam-macam, ada yang untuk pesta, untuk bekerja, namun lebih baiknya yang bisa dipakai jalan-jalan, yang bisa dipakai setiap saat," katanya.
Kampanye "Sarung Movement" ini sendiri, kata dia, mengusung tema Sarung Sebagai Gaya Hidup Baru.
Sarung yang didefinisikan sebagai kain yang melilit pinggang ini, lanjut dia, selama ini lebih diidentikkan sebagai busana ibadah serta hanya dipakai kaum laki-laki.
Menurut dia, pemakaian kain tradisional Indonesia ini tidak terbatas pada gender tertentu.