Kudus (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, membantu menurunkan angka kasus stunting atau tengkes dengan memberikan asupan gizi cukup terhadap anak yang diduga tengkes dengan menjadi orang tua asuh.
"Jumlah anak yang akan menjadi sasaran program gerakan orang tua asuh berjumlah 114 anak yang berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Kudus," kata Ketua IDI cabang Kudus Ahmad Syaifuddin ditemui usai peresmian gerakan orang tua asuh anak tengkes di Pendopo Kabupaten Kudus, Kamis.
Ia mengungkapkan jumlah anak yang terdata itu merupakan hasil verifikasi terhadap 746 anak diduga mengalami tengkes.
Hasilnya, kata dia, yang dinyatakan mengalami tengkes ada 114 anak dan perlu mendapatkan intervensi pemberian asupan gizi yang cukup agar tumbuh kembangnya bisa normal kembali.
Usia masing-masing anak yang menjadi sasaran, imbuh dia, bervariasi antara usia enam bulan hingga usia 2 tahun.
Nantinya akan ada tim yang bertugas melakukan kunjungan ke masing-masing kediaman anak tersebut untuk diberikan gizi seimbang serta melakukan pendataan soal kondisi awal didatangi hingga beberapa pekan berikutnya.
"Relawan yang menjadi orang tua asuh juga akan mendapatkan pelatihan khusus karena mereka tidak sekadar datang menyerahkan bantuan. Nantinya juga diminta mengisi formulir untuk mengetahui sejumlah indikator dari anak tersebut, setelah dilakukan intervensi pemberian gizi dan edukasi terhadap pola asuh terhadap orang tuanya apakah ada perkembangan atau tidak," ujarnya.
Idealnya, kata dia, dalam waktu tiga bulan perkembangan anak tersebut seharusnya sudah normal kembali.
Kalaupun belum normal, akan dievaluasi kembali apakah ada yang salah dari orang tua asuhnya atau perang orang tuanya sendiri yang kurang maksimal.
Bupati Kudus Hartopo menyambut positif adanya gerakan orang tua asuh untuk anak tengkes karena jumlah kasus di Kudus masih mencapai 2.463 kasus atau 4,2 persen.
"Kami menargetkan tahun ini angka tengkes bisa turun lagi, meskipun dibandingkan dengan angka nasional masih lebih rendah karena nasional mencapai 30-an persen," ujarnya.
Ia berharap program orang tua asuh tidak hanya menyasar 114 anak yang diduga tengkes, melainkan harus lebih banyak lagi dengan menyasar anak antara usia enam bulan hingga 2 tahun.
Khoirul Umam, warga Desa Dersalam, Kecamatan Bae, salah satu penerima bantuan program orang tua asuh mengakui anaknya yang baru berusia 2 tahun dua bulan memang mengalami tengkes setelah periksa kesehatan di Puskesmas setempat.
"Hanya saja, berat badannya memang tidak ideal karena hanya 10 kg. Saya berterima kasih karena nantinya dibantu pemenuhan gizi yang cukup terhadap anaknya," ujarnya.