Revitalisasi Pasar Johar, Membangkitkan ekonomi dan menjaga cagar budaya
Semarang (ANTARA) - Pada hari Rabu, 5 Januari 2022, Pasar Johar yang merupakan landmark Kota Semarang diresmikan Presiden RI Joko Widodo sebagai tanda seluruh tahapan revitalisasi bangunan akibat kebakaran telah selesai.
Pasar Johar yang menjadi salah satu denyut nadi perekonomian masyarakat di Kota Semarang, Jawa Tengah ini terbakar pada tahun 2015 dan revitalisasi dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
"Kembalinya" Pasar Johar tersebut tentu menjadi "angin segar" karena ada ribuan pedagang yang selama ini menyandarkan ekonomi keluarganya dapat berjualan kembali. Setidaknya ada 1.133 pedagang dengan102 kios, 503 los kering, dan 109 los basah di Pasar Johar Tengah; ada 704 pedagang di Pasar Johar Selatan (terdiri atas 126 kios, 542 los kering, dan 36 los basah); dan ada 519 pedagang di Pasar Johar Utara (terdiri atas 51 kios dan 368 los kering).
"Kembalinya" Pasar Johar bukan hal biasa. Selain mengembalikan perekonomian masyarakat dengan adanya transaksi dan aktivitas jual beli yang menggerakkan rantai ekonomi rakyat, apalagi di tengah pandemi COVID-19 saat ini juga sekaligus melestarikan cagar budaya.
Revitalisasi Pasar Johar dilaksanakan dengan kaidah-kaidah renovasi bangunan cagar budaya. Pasar Johar adalah bangunan cagar budaya, dibangun pada tahun 1930-an oleh arsitek Belanda Herman Thomas Karsten.
Dari revitalisasi dengan anggaran Rp22,3 miliar bangunan cagar budaya tersebut konsep revitalisasi pasar disesuaikan dengan fungsi kota sebagai kota tujuan wisata dengan keselarasan lingkungan dan mempertahankan kearifan lokal mulai dari tahap perencanaan hingga pembangunan dengan melibatkan pemerintah daerah.
Mengacu dari prinsip-prinsip pelestarian bangunan gedung cagar budaya, tiang-tiang penyangga atap bangunan hingga kios dibuat sesuai bentuk aslinya. Kelengkapan lain yang ditambah, seperti genset, sistem drainase, alat pemadam kebakaran ringan (APAR), dan dilengkapi CCTV di setiap sudut bangunan.
Upaya mempertahankan cagar budaya dengan revitalisasi tersebut tentu harus diimbangi kesadaran yang tinggi dari semua stakeholder baik itu pedagang juga masyarakat agar pasar yang telah dibangun dengan biaya APBN tersebut dapat terus terjaga kebersihan, keamanannya, hingga terjaga sebagai bangunan cagar budaya.
"Saya titip, jaga kebersihan, jaga keamanannya sehingga pasar ini betul-betul menjadi pasar yang bersih, rapi, tertata, dan tidak jadi pasar yang kotor dan bau. Saya harap pasar yang sudah bagus dan rapi ini akan menjadi pasar yang ramai, sehingga dapat mengembalikan kejayaan Pasar Johar yang lalu dan menjadi landmark Kota Semarang," kata Presiden Jokowi.
Amanat tersebut sangat tepat dan semoga semua pihak terkait bisa menerima serta menjalankan titipan tersebut.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan Pasar Johar Semarang
Baca juga: Pemkot Semarang diminta patuhi putusan soal lahan Pasar Kanjengan
Pasar Johar yang menjadi salah satu denyut nadi perekonomian masyarakat di Kota Semarang, Jawa Tengah ini terbakar pada tahun 2015 dan revitalisasi dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
"Kembalinya" Pasar Johar tersebut tentu menjadi "angin segar" karena ada ribuan pedagang yang selama ini menyandarkan ekonomi keluarganya dapat berjualan kembali. Setidaknya ada 1.133 pedagang dengan102 kios, 503 los kering, dan 109 los basah di Pasar Johar Tengah; ada 704 pedagang di Pasar Johar Selatan (terdiri atas 126 kios, 542 los kering, dan 36 los basah); dan ada 519 pedagang di Pasar Johar Utara (terdiri atas 51 kios dan 368 los kering).
"Kembalinya" Pasar Johar bukan hal biasa. Selain mengembalikan perekonomian masyarakat dengan adanya transaksi dan aktivitas jual beli yang menggerakkan rantai ekonomi rakyat, apalagi di tengah pandemi COVID-19 saat ini juga sekaligus melestarikan cagar budaya.
Revitalisasi Pasar Johar dilaksanakan dengan kaidah-kaidah renovasi bangunan cagar budaya. Pasar Johar adalah bangunan cagar budaya, dibangun pada tahun 1930-an oleh arsitek Belanda Herman Thomas Karsten.
Dari revitalisasi dengan anggaran Rp22,3 miliar bangunan cagar budaya tersebut konsep revitalisasi pasar disesuaikan dengan fungsi kota sebagai kota tujuan wisata dengan keselarasan lingkungan dan mempertahankan kearifan lokal mulai dari tahap perencanaan hingga pembangunan dengan melibatkan pemerintah daerah.
Mengacu dari prinsip-prinsip pelestarian bangunan gedung cagar budaya, tiang-tiang penyangga atap bangunan hingga kios dibuat sesuai bentuk aslinya. Kelengkapan lain yang ditambah, seperti genset, sistem drainase, alat pemadam kebakaran ringan (APAR), dan dilengkapi CCTV di setiap sudut bangunan.
Upaya mempertahankan cagar budaya dengan revitalisasi tersebut tentu harus diimbangi kesadaran yang tinggi dari semua stakeholder baik itu pedagang juga masyarakat agar pasar yang telah dibangun dengan biaya APBN tersebut dapat terus terjaga kebersihan, keamanannya, hingga terjaga sebagai bangunan cagar budaya.
"Saya titip, jaga kebersihan, jaga keamanannya sehingga pasar ini betul-betul menjadi pasar yang bersih, rapi, tertata, dan tidak jadi pasar yang kotor dan bau. Saya harap pasar yang sudah bagus dan rapi ini akan menjadi pasar yang ramai, sehingga dapat mengembalikan kejayaan Pasar Johar yang lalu dan menjadi landmark Kota Semarang," kata Presiden Jokowi.
Amanat tersebut sangat tepat dan semoga semua pihak terkait bisa menerima serta menjalankan titipan tersebut.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan Pasar Johar Semarang
Baca juga: Pemkot Semarang diminta patuhi putusan soal lahan Pasar Kanjengan