Semarang (ANTARA) - Pakar keamanan siber dari Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC Doktor Pratama Persadha memperkirakan kesalahan manusia (human error) yang menyebabkan Facebook, WhatsApp, dan Instagram mengalami down lagi.
"Ini adalah yang terparah sejak kejadian serupa pada tahun 2019 yang mengalami down lebih dari 24 jam. Kali ini layanan milik Mark Zuckerberg ini down selama 6 jam," kata Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC Pratama Persadha melalui percakapan WhatsApp kepada ANTARA di Semarang, Selasa petang.
Akibat sejumlah media sosial itu mengalami down, kata Pratama, banyak yang kebingungan, terutama yang menjadikan Facebook, WhatsApp, dan Instagram sebagai tools mata pencaharian.
Pratama menduga ada kesalahan pada DNS (domain name system). Namun, apa yang menyebabkan DNS bermasalah, tentu pihak Facebook yang lebih tahu.
Ia menjelaskan DNS (sebuah sistem yang bertugas menyimpan semua informasi data domain dalam jaringan) ini mengantarkan URL (uniform resource locator) tertentu dalam hal ini facebook.com ke IP (internet protocol) tertentu, tempat Facebook berada.
Dalam kasus ini, menurut dia, ada yang menarik keluar authoritative DNS route yang memungkinkan semua jaringan internet berkomunikasi dengan Facebook. Hal ini bisa juga terjadi karena human error.
Tidak menutup kemungkinan, lanjut Pratama, ada kesalahan sistem cukup serius, terbukti sistem untuk komunikasi di internal Facebook juga ikut down.
Dari keterangan internal Facebook, mereka juga akhirnya menggunakan Outlook untuk berkomunikasi sementara karena sistem komunikasi internal mereka juga ikut down. Bahkan, kata Pratama, sejumlah pegawai Facebook langsung diturunkan ke pusat data mereka untuk tangani masalah tersebut.
Menurut dia, kemungkinan hilangnya authoritative DNS route pada Facebook makin menguat dengan perbaikan di pusat data FB. Artinya, para engineer FB juga tidak bisa mengakses sistem FB dari luar pusat data karena ketiadaan DNS.
Pada tahun 2019, setidaknya empat kali Facebook, WhatsApp, dan Instagram mengalami gangguan secara bersamaan. Menurut pengakuan Facebook beberapa penyebab di antaranya karena ada update sistem baru pada layanan digital tersebut.
Namun, kata Pratama, kemungkinan peretasan itu juga ada. Jika akar permasalahanya di DNS, penyebabnya bisa miss configuration oleh kesalahan manusia atau karena peretasan.
"Hal ini mengingat sudah berkali-kali down. Kalau disebabkan kesalahan konfigurasi atau human error, sepertinya tidak mungkin bisa terulang terus," kata pria kelahiran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.
Pratama menekankan bahwa bangsa Indonesia tidak bisa terus-menerus bergantung pada layanan asing. Sebaiknya Pemerintah menjadikan kemandirian aplikasi siber sebagai salah satu program utama beberapa tahun mendatang.
Ditegaskan pula bahwa bangsa ini perlu aplikasi medsos lokal, email lokal, dan aplikasi chat lokal. Oleh sebab itu, perlu dibangun bertahap karena jangka panjang Indonesia sangat perlu pada era big data saat ini.
"Hal itu agar tidak semua potensi ekonomi digital dikuasai orang lain, belum lagi ini juga terkait pertahanan siber negara," kata Pratama yang juga dosen pascasarjana pada Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN).
Layanan Facebook, WhatsApp, dan Instagram ini, kata dia, pengaruhnya sudah sangat jauh, tidak hanya sebagai hiburan di dunia maya. Facebook, misalnya, sudah menjadi lebih kuat dari negara dengan lebih dari dua miliar pemakai. Bahkan, Facebook berencana mengeluarkan mata uang sendiri.