Warga Magelang upacara HUT RI dalam nuansa perdesaan
Magelang (ANTARA) - Warga Sudimoro, Desa Baleagung, Kabupaten Magelang, Jateng mengemas upacara HUT Ke-76 RI di permukiman dusunnya secara khidmat dalam nuansa perdesaan, selain untuk bersyukur atas kemerdekaan Indonesia juga merefleksikan semangat membebaskan kehidupan dari pandemi COVID-19, Selasa.
Mereka selain menempatkan beberapa tiang bambu dengan bendera Merah Putih yang berkibar, juga menghiasi tempat lapang di tengah kampung itu dengan berbagai tanda kehidupan sehari-hari warga, antara lain beberapa ekor kambing dan sapi, hasil bumi, alat-alat pertanian, wayang pakem dan wayang serangga yang masing-masing dipasang masker, aneka produk kerajinan dan makanan tradisional.
Penyelenggaraan upacara HUT Ke-76 RI yang digarap dan dipimpin Kepala Dusun Sudimoro Sih Agung Prasetyo dan sejumlah personel perlindungan masyarakat (linmas) setempat itu, juga didukung sejumlah mahasiswa Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di dusun tersebut.
Puluhan anak dusun setempat dengan mengenakan seragam SD, SMP, dan SMA, serta sejumlah anak-anak usia PAUD mengikuti upacara yang, antara lain ditandai dengan pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI, teks Pancasila, dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Warga lainnya berdiri dengan berjarak di antara simbol-simbol penghidupan sehari-hari, antara lain sebagai petani, peternak, perajin, dan pembuat makanan tradisional di dusun setempat. Jumlah warga setempat 74 keluarga atau sekitar 210 jiwa. Sih Agung Prasetyo yang juga dalang wayang di Komunitas Lima Gunung itu, akhir Juli lalu dilantik sebagai Kepala Dusun Sudimoro, Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.
Di sela upacara, mereka melakukan performa gerak, antara lain mencangkul tanah, mencari rumput, memberi makan ternak sapi dan kerbau, membuat anyaman tas, batu bata, dan tempe. Para peserta upacara dan warga lainnya yang menyaksikan kegiatan itu menerapkan protokol kesehatan, antara lain selain mengenakan masker juga menerapkan jaga jarak.
"Karena kegiatan sangat dibatasi, kita membikin upacara dalam skala kecil, tetap memenuhi protokol kesehatan. Kalau dari kapasitas lapangan ini, pesertanya 25-30 persen, sesuai anjuran pemerintah," kata Kadus Sih Agung.
Seorang mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta di dusun setempat, Yelly Ekaputri, membacakan narasi berjudul "Negeri Kami" antara lain berisi tentang kehidupan warga desa dengan berbagai mata pencaharian, aktivitas pelajar, dan kegiatan pekerja yang sedang menghadapi kesulitan, terutama karena pandemi.
Mereka dinarasikan tetap bersemangat menjalani kehidupan di negeri yang merdeka itu meskipun dalam situasi pandemi.
Rekaman tembang Jawa bersumber dari refrain guritan "Panyuwunan" dalam buku "Sraddha Jalan Mulia Dunia Sunyi Jawa Kuno", karya pakar Sastra Jawa Kuno Romo Ignatius Kuntara Wiryamartana S.J. (1946-2013), mengiringi pembacaan narasi "Negeri Kami" tersebut. Di kanal Youtube, tembang "Panyuwunan" dengan ragam musiknya viral sejak beberapa bulan terakhir, terutama karena dianggap tepat menempatkan manusia dalam situasi pandemi.
Selain untuk memperingati HUT Ke-76 RI, kata Sih Agung, kegiatan itu juga sebagai refleksi pentingnya membangun semangat kehidupan warga setempat yang optimistis di tengah pagebluk.
"Harapan kita bersama, kita saling bahu-membahu, terutama di tengah kondisi pandemi. Supaya kita 'luwar sengkala' (terbebas dari keburukan, bahaya, atau musibah, red.)," ujarnya.
Dalam kehidupan di tengah pandemi, kata dia, warga dengan berbagai mata pencaharian tetap optimistis menjalani kehidupan dengan harapan situasi sulit karena pagebluk selama lebih dari 1,5 tahun ini bisa segera diatasi secara bersama-sama dalam semangat persatuan dan kesatuan.
"Upacara peringatan kemerdekaan bukan sebatas seremonial pakai seragam, tetapi semua lapisan masyarakat menjadi peserta upacara. Peringatan Hari Kemerdekaan ini juga harus memengaruhi segala aspek kehidupan. Makanya di tengah pandemi ini, apakah kita merdeka secara sesungguhnya. Dalam situasi seperti ini semua harus tetap bersemangat menjalani kehidupannya, karena jalan kehidupan sehari-hari itu sebagai roh berbangsa dan bernegara," katanya.
Mereka selain menempatkan beberapa tiang bambu dengan bendera Merah Putih yang berkibar, juga menghiasi tempat lapang di tengah kampung itu dengan berbagai tanda kehidupan sehari-hari warga, antara lain beberapa ekor kambing dan sapi, hasil bumi, alat-alat pertanian, wayang pakem dan wayang serangga yang masing-masing dipasang masker, aneka produk kerajinan dan makanan tradisional.
Penyelenggaraan upacara HUT Ke-76 RI yang digarap dan dipimpin Kepala Dusun Sudimoro Sih Agung Prasetyo dan sejumlah personel perlindungan masyarakat (linmas) setempat itu, juga didukung sejumlah mahasiswa Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di dusun tersebut.
Puluhan anak dusun setempat dengan mengenakan seragam SD, SMP, dan SMA, serta sejumlah anak-anak usia PAUD mengikuti upacara yang, antara lain ditandai dengan pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI, teks Pancasila, dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Warga lainnya berdiri dengan berjarak di antara simbol-simbol penghidupan sehari-hari, antara lain sebagai petani, peternak, perajin, dan pembuat makanan tradisional di dusun setempat. Jumlah warga setempat 74 keluarga atau sekitar 210 jiwa. Sih Agung Prasetyo yang juga dalang wayang di Komunitas Lima Gunung itu, akhir Juli lalu dilantik sebagai Kepala Dusun Sudimoro, Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.
Di sela upacara, mereka melakukan performa gerak, antara lain mencangkul tanah, mencari rumput, memberi makan ternak sapi dan kerbau, membuat anyaman tas, batu bata, dan tempe. Para peserta upacara dan warga lainnya yang menyaksikan kegiatan itu menerapkan protokol kesehatan, antara lain selain mengenakan masker juga menerapkan jaga jarak.
"Karena kegiatan sangat dibatasi, kita membikin upacara dalam skala kecil, tetap memenuhi protokol kesehatan. Kalau dari kapasitas lapangan ini, pesertanya 25-30 persen, sesuai anjuran pemerintah," kata Kadus Sih Agung.
Seorang mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta di dusun setempat, Yelly Ekaputri, membacakan narasi berjudul "Negeri Kami" antara lain berisi tentang kehidupan warga desa dengan berbagai mata pencaharian, aktivitas pelajar, dan kegiatan pekerja yang sedang menghadapi kesulitan, terutama karena pandemi.
Mereka dinarasikan tetap bersemangat menjalani kehidupan di negeri yang merdeka itu meskipun dalam situasi pandemi.
Rekaman tembang Jawa bersumber dari refrain guritan "Panyuwunan" dalam buku "Sraddha Jalan Mulia Dunia Sunyi Jawa Kuno", karya pakar Sastra Jawa Kuno Romo Ignatius Kuntara Wiryamartana S.J. (1946-2013), mengiringi pembacaan narasi "Negeri Kami" tersebut. Di kanal Youtube, tembang "Panyuwunan" dengan ragam musiknya viral sejak beberapa bulan terakhir, terutama karena dianggap tepat menempatkan manusia dalam situasi pandemi.
Selain untuk memperingati HUT Ke-76 RI, kata Sih Agung, kegiatan itu juga sebagai refleksi pentingnya membangun semangat kehidupan warga setempat yang optimistis di tengah pagebluk.
"Harapan kita bersama, kita saling bahu-membahu, terutama di tengah kondisi pandemi. Supaya kita 'luwar sengkala' (terbebas dari keburukan, bahaya, atau musibah, red.)," ujarnya.
Dalam kehidupan di tengah pandemi, kata dia, warga dengan berbagai mata pencaharian tetap optimistis menjalani kehidupan dengan harapan situasi sulit karena pagebluk selama lebih dari 1,5 tahun ini bisa segera diatasi secara bersama-sama dalam semangat persatuan dan kesatuan.
"Upacara peringatan kemerdekaan bukan sebatas seremonial pakai seragam, tetapi semua lapisan masyarakat menjadi peserta upacara. Peringatan Hari Kemerdekaan ini juga harus memengaruhi segala aspek kehidupan. Makanya di tengah pandemi ini, apakah kita merdeka secara sesungguhnya. Dalam situasi seperti ini semua harus tetap bersemangat menjalani kehidupannya, karena jalan kehidupan sehari-hari itu sebagai roh berbangsa dan bernegara," katanya.