Sel T dari infeksi COVID-19 merespons varian baru corona
Chicago (ANTARA) - Komponen penting dalam sistem imunitas yang dikenal sebagai sel T, yang merespons untuk melawan infeksi versi asli virus corona, tampaknya juga melindungi orang dari tiga dari varian COVID-19 yang paling mengkhawatirkan.
Kesimpulan itu dihasilkan dari sebuah penelitian oleh laboratorium Amerika Serikat yang dirilis pada Selasa (30/3).
Sejumlah riset baru-baru ini menunjukkan bahwa varian COVID-19 tertentu dapat mengacaukan perlindungan imunitas seseorang dari antibodi dan vaksin.
Tetapi antibodi --yang menghalangi virus corona agar tidak menempel pada sel manusia-- bisa saja tidak mengenali seluruh riwayat, menurut riset yang dilakukan oleh peneliti di Insititut Nasional Penyakit Alergi dan Penyakit Menular (NIAID).
Sel T tampaknya memainkan peran perlindungan tambahan yang penting.
"Data kami, serta hasil dari kelompok lain, menunjukkan bahwa respons sel T terhadap COVID-19 pada mereka yang terinfeksi dengan virus versi asli sepertinya mengenali secara keseluruhan varian baru utama yang teridentifikasi di Inggris, Afrika Selatan dan Brazil," kata Andrew Redd dari NIAID dan Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins yang memimpin riset tersebut.
Para peneliti menganalisis darah dari 30 penyintas COVID-19 sebelum muncul varian-varian COVID baru yang lebih menular.
Dari sampel itu, mereka menemukan bentuk spesifik dari sel T yang aktif melawan virus. Mereka juga melihat bagaimana sel T tersebut mampu melawan varian mengkhawatirkan yang berasal dari Afrika Selatan, Inggris, dan Brazil.
Peneliti menemukan bahwa respons sel T sebagian besar masih utuh dan dapat mengenali hampir semua mutasi pada varian virus.
Temuan-temuan itu menambah hasil riset sebelumnya yang juga menunjukkan bahwa perlindungan sel T sepertinya masih utuh melawan varian virus corona.
Para peneliti NIAID mengatakan riset berskala besar diperlukan untuk memastikan temuan tersebut. Pemantauan yang terus-menerus untuk varian yang lolos dari antibodi dan perlindungan sel T perlu dilakukan, kata Redd.
Dokumen itu telah diterima untuk dipublikasi di Open Forum Infectious Diseases, tetapi belum dilakukan tinjauan oleh rekan sejawat.
Sumber: Reuters
Kesimpulan itu dihasilkan dari sebuah penelitian oleh laboratorium Amerika Serikat yang dirilis pada Selasa (30/3).
Sejumlah riset baru-baru ini menunjukkan bahwa varian COVID-19 tertentu dapat mengacaukan perlindungan imunitas seseorang dari antibodi dan vaksin.
Tetapi antibodi --yang menghalangi virus corona agar tidak menempel pada sel manusia-- bisa saja tidak mengenali seluruh riwayat, menurut riset yang dilakukan oleh peneliti di Insititut Nasional Penyakit Alergi dan Penyakit Menular (NIAID).
Sel T tampaknya memainkan peran perlindungan tambahan yang penting.
"Data kami, serta hasil dari kelompok lain, menunjukkan bahwa respons sel T terhadap COVID-19 pada mereka yang terinfeksi dengan virus versi asli sepertinya mengenali secara keseluruhan varian baru utama yang teridentifikasi di Inggris, Afrika Selatan dan Brazil," kata Andrew Redd dari NIAID dan Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins yang memimpin riset tersebut.
Para peneliti menganalisis darah dari 30 penyintas COVID-19 sebelum muncul varian-varian COVID baru yang lebih menular.
Dari sampel itu, mereka menemukan bentuk spesifik dari sel T yang aktif melawan virus. Mereka juga melihat bagaimana sel T tersebut mampu melawan varian mengkhawatirkan yang berasal dari Afrika Selatan, Inggris, dan Brazil.
Peneliti menemukan bahwa respons sel T sebagian besar masih utuh dan dapat mengenali hampir semua mutasi pada varian virus.
Temuan-temuan itu menambah hasil riset sebelumnya yang juga menunjukkan bahwa perlindungan sel T sepertinya masih utuh melawan varian virus corona.
Para peneliti NIAID mengatakan riset berskala besar diperlukan untuk memastikan temuan tersebut. Pemantauan yang terus-menerus untuk varian yang lolos dari antibodi dan perlindungan sel T perlu dilakukan, kata Redd.
Dokumen itu telah diterima untuk dipublikasi di Open Forum Infectious Diseases, tetapi belum dilakukan tinjauan oleh rekan sejawat.
Sumber: Reuters