Sebelum petugas datang di lokasi, warga sudah berkerumun menunggu dan antusias membawa berkas berharga dalam map plastik, bertempat di rumah warga milik Jainu Rekso Giri sekaligus Kepala Urusan Perencanaan Desa Balerante, Kemalang.
Kepala Bidang Kearsipan Dinas Arsip dan Perpustakaan Klaten Rinto Patmanto mengatakan arsiparis Klaten secara berkala melakukan jemput bola melalui program Titip Bandaku untuk menyelamatkan arsip warga Merapi.
“Sudah ada 200 keluarga yang mengikuti program ini. Kami terjunkan tujuh petugas ke Balerante. Alhamdulillah sambutan warga sangat antusias. Yang pasti dengan mengikuti program ini arsip warga sudah ada arsip digitalnya. Warga cukup membawa surat pengantar kepala desa untuk memperoleh arsip digital miliknya yang sudah autentikasi. Apalagi saat ini Merapi dalam status siaga. Minmal pemerintah sudah antisipasi. Mitigasi itu tidak saja korban jiwa, ternak atau harta benda, tapi dokumen penting warga Merapi juga perlu diselamatkan," kata Rinto saat dikonfirmasi tim pemberitaan Dinas Kominfo Klaten, Rabu.
Baca juga: Pemkab Klaten siapkan lokasi pengungsian warga Gunung Merapi
Baca juga: Gandeng Komunitas Sungai, Program Gemari sukses di Jogoiten Klaten
Susanti (27) warga Ngipik Sari, Balerante mengaku waktu erupsi 2010 beberapa dokumen milik mertuanya nyaris musnah sebab awan panas.
“Waktu erupsi warga panik yang penting nyawa selamat. Tidak terpikir harus mengemas dokumen penting. Sertifikat milik mertua termasuk dokumen yang rusak. Untung ditaruh di bawah tikar, tapi kondisinya sudah pripil-pripil (nyaris kertasnya terpisah). Maka kami warga merasa sangat terbantu dengan program Titip Bandaku,” jelasnya di saat menanti selesainya arsipnya discan.
Susanti mengaku masih sangat trauma dengan erupsi Merapi 2010, sehingga arsip penting milik keluarga dibawanya untuk dialih-mediakan melalui Program Titip Bandaku.
Dia mengaku ada 10 berkas asli seperti sertifikat, ijazah, BPKB, surat nikah dibawanya untuk diselamatkan.
Baca juga: Menhub bakal resmikan "soft launching" KRL Yogyakarta-Klaten
Tanggapan positif juga ditunjukan Jainu Rekso Giri yang tidak saja menyediakan gazebo rumahnya untuk pelayanan, tokoh masyarakat sekaligus Kaur Perencanaan Desa Balerante itu ikut mengumpulkan warga agar menyiapkan arsip untuk dialih mediakan.
“Warga Balerante itu masyarakat petani dan peternak. Maka kalau siang yang ada di rumah adalah kaum ibu. Karena jaraknya hanya 5 km dari puncak Merapi, ancaman erupsi itu pernah merusak rumah dan ternak warga. Dulu saat erupsi 2010 ada 98 rumah warga yang rusak dan 300 sapi warga yang mati. Belum lagi dokumennya. Dengan Program Titip Bandaku ini, minimal warga di daerah rawan bencana bisa tenang, karena dokumen berharga miliknya dilindungi negara," tutupnya.
Baca juga: Pandemi COVID-19 tak pengaruhi aktivitas pertanian di Klaten