Gubernur Jateng apresiasi tempat pengungsian warga Merapi
Magelang (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengapresiasi Pemkab Magelang yang telah menyiapkan tempat pengungsian warga kawasan Gunung Merapi dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Ganjar saat mengunjungi lokasi pengungsian di Magelang, Jumat, merasa senang karena tempat pengungsian yang dibuat di gedung pertemuan Desa Deyangan dan Desa Banyurojo Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang itu telah dibuat dengan standar protokol kesehatan ketat.
Di tempat pengungsian itu, ruangan luas disekat-sekat menggunakan triplek setinggi sekitar 1,5 meter dan lebar 2 meter persegi. Masing-masing ruang sekat, digunakan oleh pengungsi yang terdiri dari satu keluarga.
Di dua lokasi itu, ratusan warga lerang Merapi sudah mengungsi. Mereka yang mengungsi di Desa Deyangan adalah warga Desa Krinjing Kecamatan Dukun. Kemudian pengungsi di Desa Banyurojo adalah warga Desa Paten Kecamatan Dukun.
Mulai Jumat ini mereka sudah meninggalkan desanya untuk mengungsi. Mereka akan mengungsi sampai kondisi Merapi dinyatakan aman.
"Ini bagus ya, jadi antar keluarga bisa dibatasi. Dengan cara itu, meskipun Merapi aktif dan mereka mengungsi, tapi di posisi pengungsian mereka aman karena protokol kesehatan terjaga. Tadi ketika mereka masuk, semuanya juga dites cepat," kata Ganjar.
Menurut dia penerapan protokol kesehatan di tempat pengungsian sangat penting. Apalagi, banyak pengungsi yang masuk dalam kelompok rentan, karena sudah lanjut usia dan banyak anak-anak.
"Banyak di antara mereka para pengungsi ini yang masuk golongan rentan, maka cara ini yang paling bagus dan semoga menginspirasi daerah lainnya," katanya.
Ia menyampaikan daerah lain yang masuk zona rawan bencana, supaya segera menyiapkan tempat pengungsian seperti di Magelang ini.
Menurut Ganjar, jika memang tidak bisa pembatasan pakai triplek, maka pembatasan bisa dilakukan dengan cara digambar atau dikotaki pakai kardus.
"Kalau bisa seperti ini, sangat bagus sekali, tapi kalau tidak ya bisa pakai kardus atau digambar. Makanya, saya tadi ke sini, karena ini the best dan sampai sekarang belum ada yang buat seperti ini. Maka kalau ini dijadikan contoh, ini keren dan bisa mengantisipasi di saat pandemi," katanya.
Seorang pengungsi, Samini (50) mengatakan merasa nyaman dengan kondisi pengungsian yang disiapkan ini, karena masing-masing keluarga dipisahkan sekat.
Samini yang tahun 2010 juga pernah mengungsi menyatakan, pembatasan dengan sekat membuat dia dan keluarganya lebih nyaman.(LHP)
Ganjar saat mengunjungi lokasi pengungsian di Magelang, Jumat, merasa senang karena tempat pengungsian yang dibuat di gedung pertemuan Desa Deyangan dan Desa Banyurojo Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang itu telah dibuat dengan standar protokol kesehatan ketat.
Di tempat pengungsian itu, ruangan luas disekat-sekat menggunakan triplek setinggi sekitar 1,5 meter dan lebar 2 meter persegi. Masing-masing ruang sekat, digunakan oleh pengungsi yang terdiri dari satu keluarga.
Di dua lokasi itu, ratusan warga lerang Merapi sudah mengungsi. Mereka yang mengungsi di Desa Deyangan adalah warga Desa Krinjing Kecamatan Dukun. Kemudian pengungsi di Desa Banyurojo adalah warga Desa Paten Kecamatan Dukun.
Mulai Jumat ini mereka sudah meninggalkan desanya untuk mengungsi. Mereka akan mengungsi sampai kondisi Merapi dinyatakan aman.
"Ini bagus ya, jadi antar keluarga bisa dibatasi. Dengan cara itu, meskipun Merapi aktif dan mereka mengungsi, tapi di posisi pengungsian mereka aman karena protokol kesehatan terjaga. Tadi ketika mereka masuk, semuanya juga dites cepat," kata Ganjar.
Menurut dia penerapan protokol kesehatan di tempat pengungsian sangat penting. Apalagi, banyak pengungsi yang masuk dalam kelompok rentan, karena sudah lanjut usia dan banyak anak-anak.
"Banyak di antara mereka para pengungsi ini yang masuk golongan rentan, maka cara ini yang paling bagus dan semoga menginspirasi daerah lainnya," katanya.
Ia menyampaikan daerah lain yang masuk zona rawan bencana, supaya segera menyiapkan tempat pengungsian seperti di Magelang ini.
Menurut Ganjar, jika memang tidak bisa pembatasan pakai triplek, maka pembatasan bisa dilakukan dengan cara digambar atau dikotaki pakai kardus.
"Kalau bisa seperti ini, sangat bagus sekali, tapi kalau tidak ya bisa pakai kardus atau digambar. Makanya, saya tadi ke sini, karena ini the best dan sampai sekarang belum ada yang buat seperti ini. Maka kalau ini dijadikan contoh, ini keren dan bisa mengantisipasi di saat pandemi," katanya.
Seorang pengungsi, Samini (50) mengatakan merasa nyaman dengan kondisi pengungsian yang disiapkan ini, karena masing-masing keluarga dipisahkan sekat.
Samini yang tahun 2010 juga pernah mengungsi menyatakan, pembatasan dengan sekat membuat dia dan keluarganya lebih nyaman.(LHP)