Performa "Lelakuning Urip" hidupkan kegiatan seni-budaya Borobudur
Candi Borobudur adalah perpustakaan kehidupan.
Magelang (ANTARA) - Sekitar 12 seniman kawasan Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menggelar performa seni bertema "Lelakuning Urip" guna menghidupkan kegiatan seni-budaya di sekitar candi itu, dalam rangkaian adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi COVID-19, Sabtu.
Performa seni selama setengah jam di Zona II Taman Wisata Candi Borobudur itu digagas oleh Koordinator Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15 Umar Chusaeni, pendiri Yayasan Brayat Panangkaran Borobudur yang bergerak di pelestarian warisan budaya, Sucoro, dan pengelola Kampoeng Dolanan Nusantara Borobudur Abbet Nugroho.
Dengan masing-masing mengenakan masker sebagai tanda antisipasi dari penyebaran virus corona jenis baru, mereka melakukan arak-arakan sekitar 100 meter sambil membawa bendera Merah Putih dan menabuh kentongan dari kayu serta bunyi-bunyian lain di arena performa.
Abbet yang juga Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Kabupaten Magelang memainkan performa bunyi dari berbagai properti musik, sedangkan Umar yang juga pelukis dan pengelola Limanjawi Art House Borobudur membuat karya di atas kanvas 2x1,5 meter berupa lukisan Candi Borobudur dengan peta wilayah Nusantara, sedangkan Sucoro melakukan ritual doa kejawen ditandai dengan tembang dan menyiram air dari dalam gentong menggunakan siwur.
Baca juga: Zona I Candi Borobudur dibuka untuk wisatawan
Para seniman lainnya dari kawasan candi di antara Kali Elo dan Progo memainkan komposisi bunyi-bunyian dengan kentongan sambil mengelilingi Umar, Abbet, dan Sucoro yang memainkan performa "Lelakuning Urip" (Perjalanan Hidup).
Hadir dalam kegiatan mereka, antara lain General Manager (GM) PT TWCB I Gusti Putu Ngurah Sedana, Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Borobudur Yudi Suhartono, dan sejumlah pegiat Pesona Magelang (Pesma) --organisasi para pelaku kepariwisataan di Magelang.
Umar menjelaskan tentang performa seni mereka yang sebagai wujud para seniman kawasan Candi Borobudur menyikapi berbagai situasi kehidupan dengan semangat kebersamaan, gotong royong, dan kegembiraan.
"Kita sebagai generasi penerus (seniman Borobudur) tentunya juga dengan kondisi apapun tetap ada geliat berkesenian. Ini salah satu kegiatan kami untuk mengingatkan kepada diri kita semua pada masyarakat dunia, tentunya bahwa hidup itu harus dibuat sesuai dengan apa yang kita disenangi, salah satu kita berkesenian adalah sesuatu yang menyenangkan dan ini bagian kita untuk hidup harus tetap berjalan," kata Umar.
Ia mengharapkan situasi ke depan terkait dengan dampak pandemi virus akan lebih baik sehingga tidak ada lagi perasaan khawatir dan gelisah ketika berbagai aktivitas masyarakat dilakukan dengan menerapkan secara disiplin protokol kesehatan.
Sucoro menyebut ide kreatif untuk menghidupkan dan melestarikan warisan budaya bangsa, sebagaimana terwujud dalam nilai-nilai budaya Candi Borobudur, terus lahir meskipun di tengah pandemi virus.
"Sudah cukup lama seniman-seniman Borobudur, tentunya bukan vakum (karena pandemi, red.), tapi merumahkan diri, kita di rumah sehingga ada karya-karya, ide-ide kreatif yang mestinya muncul jadi tersimpan dalam pikiran," ucapnya.
Baca juga: Candi Borobudur lakukan uji coba operasional selama dua pekan
Baca juga: Balai Konservasi tunggu rekomendasi pembukaan zona I Candi Borobudur
Abbet mengajak para seniman untuk terus menerus menggali kekayaan nilai-nilai seni budaya Candi Borobudur sebagai warisan nenek moyang bangsa.
"Borobudur ini adalah perpustakaan kehidupan. Dia adalah kitab kehidupan, mari kita kembali lagi, ada apa dengan keadaan saat ini. Maka saya mengajak, mengambil satu hal saja dalam Candi Borobudur, Abhayamudra, salah satu sikap Buddha, jangan takut menghadapi semuanya ini. Kita bisa melewati semua ini (pandemi, red.)," kata dia.
Performa seni selama setengah jam di Zona II Taman Wisata Candi Borobudur itu digagas oleh Koordinator Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) 15 Umar Chusaeni, pendiri Yayasan Brayat Panangkaran Borobudur yang bergerak di pelestarian warisan budaya, Sucoro, dan pengelola Kampoeng Dolanan Nusantara Borobudur Abbet Nugroho.
Dengan masing-masing mengenakan masker sebagai tanda antisipasi dari penyebaran virus corona jenis baru, mereka melakukan arak-arakan sekitar 100 meter sambil membawa bendera Merah Putih dan menabuh kentongan dari kayu serta bunyi-bunyian lain di arena performa.
Abbet yang juga Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Kabupaten Magelang memainkan performa bunyi dari berbagai properti musik, sedangkan Umar yang juga pelukis dan pengelola Limanjawi Art House Borobudur membuat karya di atas kanvas 2x1,5 meter berupa lukisan Candi Borobudur dengan peta wilayah Nusantara, sedangkan Sucoro melakukan ritual doa kejawen ditandai dengan tembang dan menyiram air dari dalam gentong menggunakan siwur.
Baca juga: Zona I Candi Borobudur dibuka untuk wisatawan
Para seniman lainnya dari kawasan candi di antara Kali Elo dan Progo memainkan komposisi bunyi-bunyian dengan kentongan sambil mengelilingi Umar, Abbet, dan Sucoro yang memainkan performa "Lelakuning Urip" (Perjalanan Hidup).
Hadir dalam kegiatan mereka, antara lain General Manager (GM) PT TWCB I Gusti Putu Ngurah Sedana, Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Borobudur Yudi Suhartono, dan sejumlah pegiat Pesona Magelang (Pesma) --organisasi para pelaku kepariwisataan di Magelang.
Umar menjelaskan tentang performa seni mereka yang sebagai wujud para seniman kawasan Candi Borobudur menyikapi berbagai situasi kehidupan dengan semangat kebersamaan, gotong royong, dan kegembiraan.
"Kita sebagai generasi penerus (seniman Borobudur) tentunya juga dengan kondisi apapun tetap ada geliat berkesenian. Ini salah satu kegiatan kami untuk mengingatkan kepada diri kita semua pada masyarakat dunia, tentunya bahwa hidup itu harus dibuat sesuai dengan apa yang kita disenangi, salah satu kita berkesenian adalah sesuatu yang menyenangkan dan ini bagian kita untuk hidup harus tetap berjalan," kata Umar.
Ia mengharapkan situasi ke depan terkait dengan dampak pandemi virus akan lebih baik sehingga tidak ada lagi perasaan khawatir dan gelisah ketika berbagai aktivitas masyarakat dilakukan dengan menerapkan secara disiplin protokol kesehatan.
Sucoro menyebut ide kreatif untuk menghidupkan dan melestarikan warisan budaya bangsa, sebagaimana terwujud dalam nilai-nilai budaya Candi Borobudur, terus lahir meskipun di tengah pandemi virus.
"Sudah cukup lama seniman-seniman Borobudur, tentunya bukan vakum (karena pandemi, red.), tapi merumahkan diri, kita di rumah sehingga ada karya-karya, ide-ide kreatif yang mestinya muncul jadi tersimpan dalam pikiran," ucapnya.
Baca juga: Candi Borobudur lakukan uji coba operasional selama dua pekan
Baca juga: Balai Konservasi tunggu rekomendasi pembukaan zona I Candi Borobudur
Abbet mengajak para seniman untuk terus menerus menggali kekayaan nilai-nilai seni budaya Candi Borobudur sebagai warisan nenek moyang bangsa.
"Borobudur ini adalah perpustakaan kehidupan. Dia adalah kitab kehidupan, mari kita kembali lagi, ada apa dengan keadaan saat ini. Maka saya mengajak, mengambil satu hal saja dalam Candi Borobudur, Abhayamudra, salah satu sikap Buddha, jangan takut menghadapi semuanya ini. Kita bisa melewati semua ini (pandemi, red.)," kata dia.