Kudus (ANTARA) - Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Kudus, Jawa Tengah segera merealisasikan pembentukan sekolah dasar (SD) negeri unggulan di tingkat kecamatan agar bisa bersaing dengan sekolah swasta, menyusul selesainya pemetaan SD yang nantinya didorong menjadi sekolah unggulan.
"Jika di Kecamatan Kota Kudus sudah ada SD unggulan, yakni SD Barongan 1, maka selanjutnya yang akan menjadi skala prioritas di Kecamatan Undaan," kata Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kudus Joko Susilo di Kudus, Jumat.
Ia mengungkapkan di Kecamatan Undaan memang terdapat SD yang memiliki lahan yang cukup luas dan layak menjadi sekolah unggulan di kecamatan setempat.
Harapannya, kata dia, direalisasikannya sekolah unggulan, bisa meningkatkan efisiensi anggaran untuk rehabilitasi bangunan sekolah.
Dengan adanya sekolah unggulan, maka sarana dan prasarananya juga akan dibuatkan yang baru, semisal gedung sekolahnya juga akan dibuat lebih representatif seperti di SD Barongan 1 dibuat bertingkat.
Manfaat lainnya, kata dia, bisa memaksimalkan ketersediaan tenaga pendidik yang ada karena dengan banyaknya sekolah dasar di sejumlah tempat dan kualitasnya juga masih kalah bersaing dengan swasta, akhirnya banyak yang harus digabung karena kekurangan murid.
Untuk mendukung ketersediaan sarana bangunan SD unggulan, kata dia, dibutuhkan anggaran hingga belasan miliar lebih, namun sudah bisa memiliki bangunan sekolah berlantai.
Hasil pemetaan sebelumnya, di Kecamatan Jekulo terdapat SD 1 Jekulo, Kecamatan Dawe terdapat dua SD, yakni SD 1 dan 6, Kecamatan Bae hanya SD 1 Bae, dan Kecamatan Mejobo meliputi SD 5, 4 dan 2.
Untuk Kecamatan Gebog meliputi SD 1 dan 7 Gondosari, Kecamatan Jati terdapat SD 1 dan 2 Jati Kulon, Kecamatan Kaliwungu meliputi SD 1 dan 2, dan Kecamatan Undaan meliputi SD 2 dan 3 Undaan Lor.
DPRD Kudus juga mendorong pembentuk SD unggulan di tingkat wilayah terkecil, dalam bentuk penganggaran.
Pembentukan SD unggulan juga dianggap menjadi salah satu solusi rehabilitasi bangunan sekolah secara tuntas karena selama ini anggaran rehabilitasi cukup besar namun belum efisien karena masih ada yang belum tepat sasaran sehingga masih banyak ruang kelas yang rusak.
Bahkan, ruang kelas di SD 2 Mlatinorowito, Kecamatan Kota, sudah lebih dahulu roboh sebelum sempat dilakukan perbaikan karena masih kalah prioritas dengan sekolah lain.