17 hektare lahan hortikutura di Dieng diperkirakan terdampak embun upas
Banjarnegara (ANTARA) - Embun upas yang telah beberapa kali muncul pada Juni 2019 di Dieng, Jawa Tengah, diperkirakan berdampak terhadap 17 hektare lahan hortikultura, kata Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara Pawit Setianto.
"Laporan yang kami terima, 17 hektare lahan hortikultura yang diperkirakan terdampak embun upas itu ditanami kentang dan wortel. Tanaman hortikultura tersebut ditanam di lahan yang datar," katanya di Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa.
Ia mengatakan berdasarkan pantauan, embun upas atau embun beku (frozen) hanya muncul di sekitar kompleks Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, yang kondisi tanahnya datar.
Menurut dia, tanaman hortikultura yang ditanam lahan yang miring atau lereng bukit relatif aman dari embun upas.
"Tanaman yang ditanam di lahan dengan kemiringan lebih dari 5 derajat relatif aman karena embun upas hanya muncul di tanah yang datar," jelasnya.
Dalam kesempatan terpisah, salah seorang petani kentang, Alif Faozi mengakui jika dampak embun upas dirasakan oleh petani yang lahannya datar, sedangkan lahan miring relatif aman.
"Alhamdulillah, tanaman kentang saya pada tahun lalu tidak terdampak embun upas karena lahannya miring. Namun tanaman kentang milik ibu saya yang berada di sekitar kompleks candi, terdampak embun upas," kata dia yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa, Desa Dieng Kulon.
Baca juga: Fenomena embun upas menjadi destinasi wisata baru di Dieng
Ia mengatakan embun upas kembali muncul pada Selasa (25/6) pagi namun tidak setebal pada Senin (24/6).
Berdasarkan informasi, suhu udara di sekitar kompleks Candi pada Senin (24/6) pagi mencapai kisaran minus 8 hingga minus 9 derajat Celcius, sedangkan pada Selasa (25/6) pagi mencapai minus 7 derajat Celcius.
"Kalau suhu udara di dalam rumah saya pagi ini 15 derajat Celcius, kemarin mencapai 11 derajat Celcius. Kemarin saya melihat ada tanaman kentang yang agak layu karena terkena embun upas, kalau tanaman sayuran lainnya belum terlihat layu ," katanya.
Sebelumnya, Kepala Desa Dieng Kulon Slamet Budiono mengatakan dari 15 hektare tanaman kentang di sekitar kompleks Candi Arjuna, sekitar 5 hektare di antaranya sudah terdampak embun upas, sedangkan sisanya masih relatif aman.
"Embun upas mulai muncul sejak bulan Mei dan saat itu masih tipis, belum merambah ke lahan tanaman kentang. Namun sekarang, embun upas sudah sampai ke lahan kentang," katanya.
Ia mengatakan tanaman kentang yang terdampak embun upas rata-rata berusia 30-40 hari.
Jika tanaman kentang tersebut terkena embun upas pada pagi hari, kata dia, siang harinya akan layu dan selanjutnya mengering atau berwarna hitam hingga akhirnya mati.
Baca juga: Menikmati fenomena embun upas di Dieng
"Laporan yang kami terima, 17 hektare lahan hortikultura yang diperkirakan terdampak embun upas itu ditanami kentang dan wortel. Tanaman hortikultura tersebut ditanam di lahan yang datar," katanya di Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa.
Ia mengatakan berdasarkan pantauan, embun upas atau embun beku (frozen) hanya muncul di sekitar kompleks Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, yang kondisi tanahnya datar.
Menurut dia, tanaman hortikultura yang ditanam lahan yang miring atau lereng bukit relatif aman dari embun upas.
"Tanaman yang ditanam di lahan dengan kemiringan lebih dari 5 derajat relatif aman karena embun upas hanya muncul di tanah yang datar," jelasnya.
Dalam kesempatan terpisah, salah seorang petani kentang, Alif Faozi mengakui jika dampak embun upas dirasakan oleh petani yang lahannya datar, sedangkan lahan miring relatif aman.
"Alhamdulillah, tanaman kentang saya pada tahun lalu tidak terdampak embun upas karena lahannya miring. Namun tanaman kentang milik ibu saya yang berada di sekitar kompleks candi, terdampak embun upas," kata dia yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa, Desa Dieng Kulon.
Baca juga: Fenomena embun upas menjadi destinasi wisata baru di Dieng
Ia mengatakan embun upas kembali muncul pada Selasa (25/6) pagi namun tidak setebal pada Senin (24/6).
Berdasarkan informasi, suhu udara di sekitar kompleks Candi pada Senin (24/6) pagi mencapai kisaran minus 8 hingga minus 9 derajat Celcius, sedangkan pada Selasa (25/6) pagi mencapai minus 7 derajat Celcius.
"Kalau suhu udara di dalam rumah saya pagi ini 15 derajat Celcius, kemarin mencapai 11 derajat Celcius. Kemarin saya melihat ada tanaman kentang yang agak layu karena terkena embun upas, kalau tanaman sayuran lainnya belum terlihat layu ," katanya.
Sebelumnya, Kepala Desa Dieng Kulon Slamet Budiono mengatakan dari 15 hektare tanaman kentang di sekitar kompleks Candi Arjuna, sekitar 5 hektare di antaranya sudah terdampak embun upas, sedangkan sisanya masih relatif aman.
"Embun upas mulai muncul sejak bulan Mei dan saat itu masih tipis, belum merambah ke lahan tanaman kentang. Namun sekarang, embun upas sudah sampai ke lahan kentang," katanya.
Ia mengatakan tanaman kentang yang terdampak embun upas rata-rata berusia 30-40 hari.
Jika tanaman kentang tersebut terkena embun upas pada pagi hari, kata dia, siang harinya akan layu dan selanjutnya mengering atau berwarna hitam hingga akhirnya mati.
Baca juga: Menikmati fenomena embun upas di Dieng