Menata batu lancarkan usaha tani dan akses wisata Gunung Sindoro
Ibu-ibu saja ada yang kerja, mereka bekerja lahir dari kesadaran, mereka senang dengan program ini
Temanggung (ANTARA) - Seorang pria mengenakan seragam doreng warna hijau memecah batu besar menggunakan palu di antara kerumunan orang yang tengah bergotong-royong di lereng Gunung Sindoro di Desa Tlahab, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Batu-batu yang sudah menjadi kecil itu kemudian diusung kaum perempuan menggunakan ember dibawa ke kelompok yang lain untuk ditata satu per satu dengan rapi dan rata sesuai ketinggian benang yang menjadi patokan.
Demikian salah satu kegiatan pembuatan jalan tembus dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler Ke-104 Tahun Anggaran 2019 di Desa Tlahab, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung.
Pembuatan jalan batu atau trasahan menjadi pilihan masyarakat di lereng Gunung Sindoro tersebut, dari pada dilakukan pengecoran, karena jalan batu merupakan salah satu kearifan lokal, tentang keramahan terhadap lingkungan.
Setiap hari ratusan prajurit dan masyarakat bersama-sama melakukan kerja bakti, membuat jalan usaha tani yang juga bermanfaat untuk akses ke kawasan wisata alam Posong tersebut.
Kepala Desa Tlahab Irwan menuturkan pembuatan jalan tembus ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ekonomi masyarakat.
Sebelum ada pembuatan jalan tembus, setiap kali wisatawan akan berkunjung ke Posong jika berpapasan dengan mobil pengangkut pupuk atau hasil panen petani maka mengalami kesulitan untuk lewat.
Jika terjadi papasan maka salah satu mobil harus berhenti di salah satu tempat yang ruas jalannya cukup lebar agar kedua kendaraan roda empat bisa lewat.
Ia mengatakan dengan dibangunnya jalan tembus atau jalan lingkar ini maka arus mobil dibuat satu arah sehingga tidak akan berpapasan dan kendaraan wisatawan maupun kendaraan petani. Semua kendaraan bisa berjalan dengan lancar.
"Sebelum dibangun jalan lingkar menuju wisata Posong, di satu sisi memang benar ada tambahan pendapatan kontribusi masuk ke desa, tetapi di sisi lain kami selaku kepala desa selalu berbenturan dengan masyarakat, khususnya petani soal pemanfatan jalan tersebut," katanya.
Ia menyampaikan syukur alhamdulillah dengan usulan masyarakat Desa Tlahab ditanggapi Pemkab Temanggung yang mengusahakan anggaran untuk membangun jalur lingkar yang bisa memperlancar arus lalu lintas, artinya jalur utama untuk naik dan jalur baru untuk turun sehingga kendaraan searah tidak berpapasan.
Jalur lingkar sepanjang 1,3 kilometer ini sebelumnya merupakan jalan setapak selebar satu meter, dan kini dilebarkan menjadi empat meter. Areal untuk pelebaran jalan ini merupakan hibah dari para petani.
"Alhamdulillah, ada kesadaran tinggi dari masyarakat sehingga mereka mengikhlaskan sebagian lahannya untuk pelebaran jalan," katanya.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada TNI yang telah menyelenggarakan kegiatan TMMD di desanya sehingga pembuatan jalan tembus untuk usaha tani sekaligus sebagai jalur wisata bisa terlaksana.
"Selain saling bersilaturahmi antara warga dengan TNI, harapan kami dari TMMD ini segala sarana prasarana infrastruktur bermanfaat bagi warga desa. Kebetulan ada wahana wisata Posong, maka hal ini nanti bisa menjadi multidimensi yang mendukung para pemuda, khususnya untuk menggali potensi yang ada di desa kami," katanya.
Dandim 0706/Temanggung Letkol Inf Albertus Yostina David Alam mengatakan jalan yang dibangun itu sepanjang 1.341 meter, lebar tiga meter, tebal 20 centimeter.
"Jalan akses ke objek wisata Posong tersebut dibangun dengan blok trasah. Kondisi jalan sebelumnya berupa jalan usaha tani yang sempit dan lebarnya tidak sama," katanya.
Menurut dia hal tersebut menjadi salah satu kendala ke Posong, kadang-kadang orang yang mau berwisata ke sana berpapasan dan dapat mengganggu petani yang sedang mengangkut hasil panen atau mengangkut pupuk.
"Melalui TMMD ini dibuat satu jalan lagi melingkar sehingga bisa dua arah, bisa naik bisa turun dari arah Posong sehingga tidak mengganggu aktivitas petani," katanya.
Dengan program itu, diharapkan petani tidak terganggu oleh aktivitas wisata di Posong, sedangkan dari segi ekonomi juga lebih menggairahkan kepariwisataan di Posong.
"Jadi kegiatan TMMD ini memperlancar akses wisata ke posong. Istilahnya sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Jalan petani sendiri naik turunnya lancar dan untuk wisata juga bisa bertambah lancar," katanya.
Dalam kegiatan fisik, katany,a selain membangun jalan, TMMD reguler kali ini juga membuat talud di enam titik, membuat gorong-gorong tujuh unit, dan pembuatan drainase.
Tumbuhkan kegotongroyongan
Ketua Tim Pengawasan dan Evaluasi TMMD Reguler Ke-104 Tahun Anggaran 2019 Brigjen TNI Joko Warsito menyebut Program TMMD menumbuhkan semangat kegotongroyongan masyarakat.
"Secara umum gotong-royong sudah kita tinggalkan karena kehidupan kita sangat individual, terutama di kota. Hal ini kalau dibiarkan nanti sedikit demi sedikit masyarakat di sini juga akan individual," katanya.
Ia mengatakan hal itu usai meninjau pembuatan jalan trasahan di lokasi TMMD Reguler Ke-104 Tahun Anggaran 2019 di lereng Gunung Sindoro di Desa Tlahab.
"Melalui program ini kita bersama bergotong-royong . Gotong-royong ini merupakan budaya dasar bangsa kita, tidak boleh hilang maka harus kita pupuk. Kita lihat langsung gotong-royong mereka semua, bahkan ada yang menghibahkan tanahnya untuk jalan, mereka ikhlas dan tidak ada konflik," katanya.
Ia menuturkan Temanggung sebagai daerah yang sangat sejuk, baik manusia maupun alamnya, sehingga tercipta suasana aman, damai, bergotong-royong, saling bantu, antara tentara, polisi, masyarakat dan pemerintah.
"Ibu-ibu saja ada yang kerja, mereka bekerja lahir dari kesadaran, mereka senang dengan program ini," ujarnya.
Bupati Temanggung M. Al Khadziq mengatakan Pemerintah Kabupaten Temanggung berterima kasih pada TNI karena dengan program TMMD bisa menutup ruang anggaran kabupaten yang sesungguhnya sempit.
Pemkab Temanggung menyiapkan anggaran Rp750 juta untuk program itu, tetapi sesungguhnya, setelah dibantu TNI, nilainya menjadi berkali-kali lipat, lebih dari lima kali lipat dari anggaran yang disiapkan itu.
Ungkapan terima kasih kepada TNI atas manfaat hasil TMMD yang dirasakan masyarakat lereng Gunung Sindoro itu, patut dilayangkan.
Program untuk mewujudkan kemanunggalan TNI dan masyarakat di kawasan itu, menjadikan kepentingan petani setempat dan kepariwisataan beroleh akses yang memadai.
Batu-batu yang sudah menjadi kecil itu kemudian diusung kaum perempuan menggunakan ember dibawa ke kelompok yang lain untuk ditata satu per satu dengan rapi dan rata sesuai ketinggian benang yang menjadi patokan.
Demikian salah satu kegiatan pembuatan jalan tembus dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler Ke-104 Tahun Anggaran 2019 di Desa Tlahab, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung.
Pembuatan jalan batu atau trasahan menjadi pilihan masyarakat di lereng Gunung Sindoro tersebut, dari pada dilakukan pengecoran, karena jalan batu merupakan salah satu kearifan lokal, tentang keramahan terhadap lingkungan.
Setiap hari ratusan prajurit dan masyarakat bersama-sama melakukan kerja bakti, membuat jalan usaha tani yang juga bermanfaat untuk akses ke kawasan wisata alam Posong tersebut.
Kepala Desa Tlahab Irwan menuturkan pembuatan jalan tembus ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ekonomi masyarakat.
Sebelum ada pembuatan jalan tembus, setiap kali wisatawan akan berkunjung ke Posong jika berpapasan dengan mobil pengangkut pupuk atau hasil panen petani maka mengalami kesulitan untuk lewat.
Jika terjadi papasan maka salah satu mobil harus berhenti di salah satu tempat yang ruas jalannya cukup lebar agar kedua kendaraan roda empat bisa lewat.
Ia mengatakan dengan dibangunnya jalan tembus atau jalan lingkar ini maka arus mobil dibuat satu arah sehingga tidak akan berpapasan dan kendaraan wisatawan maupun kendaraan petani. Semua kendaraan bisa berjalan dengan lancar.
"Sebelum dibangun jalan lingkar menuju wisata Posong, di satu sisi memang benar ada tambahan pendapatan kontribusi masuk ke desa, tetapi di sisi lain kami selaku kepala desa selalu berbenturan dengan masyarakat, khususnya petani soal pemanfatan jalan tersebut," katanya.
Ia menyampaikan syukur alhamdulillah dengan usulan masyarakat Desa Tlahab ditanggapi Pemkab Temanggung yang mengusahakan anggaran untuk membangun jalur lingkar yang bisa memperlancar arus lalu lintas, artinya jalur utama untuk naik dan jalur baru untuk turun sehingga kendaraan searah tidak berpapasan.
Jalur lingkar sepanjang 1,3 kilometer ini sebelumnya merupakan jalan setapak selebar satu meter, dan kini dilebarkan menjadi empat meter. Areal untuk pelebaran jalan ini merupakan hibah dari para petani.
"Alhamdulillah, ada kesadaran tinggi dari masyarakat sehingga mereka mengikhlaskan sebagian lahannya untuk pelebaran jalan," katanya.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada TNI yang telah menyelenggarakan kegiatan TMMD di desanya sehingga pembuatan jalan tembus untuk usaha tani sekaligus sebagai jalur wisata bisa terlaksana.
"Selain saling bersilaturahmi antara warga dengan TNI, harapan kami dari TMMD ini segala sarana prasarana infrastruktur bermanfaat bagi warga desa. Kebetulan ada wahana wisata Posong, maka hal ini nanti bisa menjadi multidimensi yang mendukung para pemuda, khususnya untuk menggali potensi yang ada di desa kami," katanya.
Dandim 0706/Temanggung Letkol Inf Albertus Yostina David Alam mengatakan jalan yang dibangun itu sepanjang 1.341 meter, lebar tiga meter, tebal 20 centimeter.
"Jalan akses ke objek wisata Posong tersebut dibangun dengan blok trasah. Kondisi jalan sebelumnya berupa jalan usaha tani yang sempit dan lebarnya tidak sama," katanya.
Menurut dia hal tersebut menjadi salah satu kendala ke Posong, kadang-kadang orang yang mau berwisata ke sana berpapasan dan dapat mengganggu petani yang sedang mengangkut hasil panen atau mengangkut pupuk.
"Melalui TMMD ini dibuat satu jalan lagi melingkar sehingga bisa dua arah, bisa naik bisa turun dari arah Posong sehingga tidak mengganggu aktivitas petani," katanya.
Dengan program itu, diharapkan petani tidak terganggu oleh aktivitas wisata di Posong, sedangkan dari segi ekonomi juga lebih menggairahkan kepariwisataan di Posong.
"Jadi kegiatan TMMD ini memperlancar akses wisata ke posong. Istilahnya sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Jalan petani sendiri naik turunnya lancar dan untuk wisata juga bisa bertambah lancar," katanya.
Dalam kegiatan fisik, katany,a selain membangun jalan, TMMD reguler kali ini juga membuat talud di enam titik, membuat gorong-gorong tujuh unit, dan pembuatan drainase.
Tumbuhkan kegotongroyongan
Ketua Tim Pengawasan dan Evaluasi TMMD Reguler Ke-104 Tahun Anggaran 2019 Brigjen TNI Joko Warsito menyebut Program TMMD menumbuhkan semangat kegotongroyongan masyarakat.
"Secara umum gotong-royong sudah kita tinggalkan karena kehidupan kita sangat individual, terutama di kota. Hal ini kalau dibiarkan nanti sedikit demi sedikit masyarakat di sini juga akan individual," katanya.
Ia mengatakan hal itu usai meninjau pembuatan jalan trasahan di lokasi TMMD Reguler Ke-104 Tahun Anggaran 2019 di lereng Gunung Sindoro di Desa Tlahab.
"Melalui program ini kita bersama bergotong-royong . Gotong-royong ini merupakan budaya dasar bangsa kita, tidak boleh hilang maka harus kita pupuk. Kita lihat langsung gotong-royong mereka semua, bahkan ada yang menghibahkan tanahnya untuk jalan, mereka ikhlas dan tidak ada konflik," katanya.
Ia menuturkan Temanggung sebagai daerah yang sangat sejuk, baik manusia maupun alamnya, sehingga tercipta suasana aman, damai, bergotong-royong, saling bantu, antara tentara, polisi, masyarakat dan pemerintah.
"Ibu-ibu saja ada yang kerja, mereka bekerja lahir dari kesadaran, mereka senang dengan program ini," ujarnya.
Bupati Temanggung M. Al Khadziq mengatakan Pemerintah Kabupaten Temanggung berterima kasih pada TNI karena dengan program TMMD bisa menutup ruang anggaran kabupaten yang sesungguhnya sempit.
Pemkab Temanggung menyiapkan anggaran Rp750 juta untuk program itu, tetapi sesungguhnya, setelah dibantu TNI, nilainya menjadi berkali-kali lipat, lebih dari lima kali lipat dari anggaran yang disiapkan itu.
Ungkapan terima kasih kepada TNI atas manfaat hasil TMMD yang dirasakan masyarakat lereng Gunung Sindoro itu, patut dilayangkan.
Program untuk mewujudkan kemanunggalan TNI dan masyarakat di kawasan itu, menjadikan kepentingan petani setempat dan kepariwisataan beroleh akses yang memadai.