Banjarnegara (Antaranews Jateng) - Media massa berperan besar dalam mendukung promosi pariwisata suatu daerah, kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) "Dieng Pandawa" Alif Faozi.
Saat ditemui di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat, Alif mengatakan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng sebelumnya masih sepi dari kunjungan wisatawan.
"Pada tahun 2006 ketika saya menggagas `community based tourism` atau pengembangan wisata berbasis masyarakat, kunjungan wisatawan ke Dieng dalam satu tahun saja hanya sekitar 260.000 orang," katanya.
Menurut dia, jumlah tersebut termasuk kunjungan wisatawan pada libur lebaran dan tahun baru sehingga tergolong sangat sedikit.
Dengan demikian, kata dia, masyarakat Dieng saat itu tidak mungkin melakukan kegiatan usaha di sektor pariwisata karena tidak ada pembelinya sehingga potensi wisata yang ada harus dipromosikan.
"Ketika potensi wisata itu kami angkat melalui `event` sebagai daya tarik, `brand`, dibantu teman-teman media massa yang mempunyai keahlian dalam `advertine` melalui tulisan-tulisan yang bagus, akhirnya Dieng menjadi ramai dikunjungi wisatawan," katanya.
Saat Dieng mulai ramai dikunjungi wisatawan, kata dia, pemberdayaan masyarakat pun meningkat.
Dalam hal ini, dia mencontohkan kegiatan usaha kecil dan menengah yang digeluti masyarakat Desa Dieng Kulon yang semula hanya satu unit, yakni UKM Tri Sakti yang didampingi Pokdarwis "Dieng Pandawa", saat sekarang sudah ada 12 UKM dengan berbagai produk yang dihasilkan.
Selain itu, kata dia, kegiatan usaha "homestay" di Dieng Kulon yang sebelumnya hanya lima rumah, sekarang sudah mencapai lebih dari 200 rumah dan dicontoh di desa-desa lain sekitar KWDT Dieng.
"Dalam penciptaan tenaga kerja, dulu di sini tidak ada pemandu wisata dan kami hanya menonton pemandu-pemandu wisata dari luar daerah. Namun sekarang, hampir 80 pemuda kami sudah menjadi pemandu wisata berlisensi," katanya.
Menurut dia, kesuksesan pagelaran "Dieng Culture Festival" yang dirintis sejak tahun 2009 tidak lepas dari pemberitaan media massa sehingga agenda wisata budaya tahunan itu menjadi bagian dari kegiatan Pesona Indonesia.
Terkait dengan hal itu, Alif mengaku setiap kali diminta Kementerian Pariwisata untuk mendampingi sejumlah daerah di Tanah Air dalam pengembangan desa wisata. Dia selalu mengimbau pelaku wisata yang didampinginya agar bergandengan dengan media massa.
"Saya selalu berpesan kepada pelaku wisata yang saya dampingi agar dekat dengan teman-teman media massa karena mereka, wartawan memiliki keahlian dalam mempromosikan pariwisata melalui berbagai tulisan atau pemberitaan," katanya.
Dia mengakui saat ini perkembangan media sosial sangat pesat sehingga dapat digunakan sebagai sarana untuk memromosikan potensi wisata suatu daerah.
Akan tetapi dalam beberapa waktu terakhir, media sosial sering disalahgunakan untuk menginformasikan sesuatu yang tidak jelas sumbernya dan kadang pula justru merugikan sektor wisata sehingga sebagian masyarakat sudah mulai bosan terhadap media sosial.
"Hal itu berbeda dengan media massa yang senantiasa memberitakan atau menginformasikan sesuatu berdasarkan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kami menilai media massa memiliki peran besar dalam perkembangan sektor pariwisata," katanya.