Magelang, Antara Jateng - Pesan bertubi-tubi agar Festival Lima Gunung XV/2016 tetap aman dari gangguan dan memperkuat martabat seniman petani yang kesehariannya bekerja keras mengelola alamnya, terus saja dilontarkan Presiden Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sutanto Mendut.
Dalam berbagai kesempatan pertemuan untuk persiapan panitia dan warga tuan rumah festival selama sekitar enam bulan terakhir, pesan tersebut seakan dibenamkannya sedalam mungkin supaya menjadi perhatian penting.
Festival Lima Gunung XV berlangsung selama 19-24 Juli 2019 di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang dengan tema besar "Pala Kependhem", sedangkan pembukaan melalui prosesi ritual dan doa di reruntuhan Candi Gunung Wukir Dusun Carikan dan Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.
Pesta kebudayaan itu, menghadirkan sekitar 50 grup kesenian baik dari berbagai kelompok seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh), desa-desa sekitar lokasi festival, maupun beberapa kelompok seniman dari beberapa kota besar yang selama ini berjejaring sanak kadang dengan komunitas tersebut.
Rangkaian agenda festival, antara lain pementasan kesenian, baik tradisional, kontemporer, maupun performa seni, pementasan musik, pameran seni rupa, peluncuran buku, kirab budaya, pidato kebudayaan, dan pameran seni instalasi berbahan alam.
Nama baik komunitas yang telah mendunia dan juga citra dusun tempat festival akan bisa merosot, sedangkan festival itu sendiri gagal membawa kenangan mengesan di hati massa, jika terjadi gangguan keamanan dalam penyelenggaraan pesta kebudayaan tersebut.
Begitu pula berbagai persiapan festival tahunan yang dikenal tanpa sponsor dan tak berembuk duit itu, menjadi sia-sia jika pesta rakyat dengan semangat sanak kadang tersebut menimpakan heboh kelas rendah karena keamanan tak terjamin.
"'Iyo ora Sus? Ciune dilereni!' (Betul tidak Sus? Minum ciu dihentikan! red)," ujar Sutanto Mendut yang kreator penting Festival Lima Gunung, ketika berbicara bergojek pada "Selamatan Warga Keron" untuk kelancaran festival, Rabu (20/7) tepat pukul 24.00 WIB, di arena utama bernama "Panggung Kimpul" Festival Lima Gunung XV/2016.
Jika ada warga tuan rumah festival yang mabuk, mereka kehilangan martabat dan kekuasaan untuk menghela oknum tamu yang mabuk di tengah keramaian pesta para seniman petani tersebut.
Sebutan "Sus" untuk seorang pemuda berkulit hitam legam yang juga salah satu pegiat Sanggar Saujana Keron bernama Susilo. Ia menjawab dengan sopan pertanyaan Sang Budayawan itu dengan logat desanya, "'Inggih Pak!' (Betul Pak!, red.)".
Pernyataan pendeknya, seakan mewakili puluhan warga yang berkenduri tengah malam itu, untuk membenarkan pemikiran sederhana tentang pentingnya di antara mereka tidak menenggak minuman beralkohol, terutama selagi dusunnya menjadi tuan rumah festival, karena akan mencoreng citra masyarakat desa secara menyeluruh di mata publik.
"Tidak ada manfaatnya merasa eksis dengan mabuk di tengah keramaian festival," kata Ketua Panitia Lokal Festival Lima Gunung XV/2016 yang juga pemimpin Sanggar Saujana Keron, Sujono.
Sebagaimana sering didengarnya tentang pernyataan dari kepolisian bahwa minuman beralkohol menjadi salah satu sumber gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, Sujono pun mengingatkan warga untuk menghindarinya, bukan hanya selama festival, tetapi juga pada hari-hari ke depan, setidaknya di dusun setempat.
Sebagai tuan rumah Festival Lima Gunung, warga setempat meraih momentum positif untuk menyampaikan pesan bahwa masyarakat desa adalah pribadi-pribadi yang sopan, ramah, tulus, dan gembira, baik dalam menyuguhkan kesenian maupun menjamu para tamu dari berbagai desa dan kota besar. Ihwal tersebut menjadi komplit dicapai masyarakat, bila tanpa aroma mabuk minuman beralkohol.
Berkali-kali pula, baik secara langsung maupun melalui grup media sosial Komunitas Lima Gunung, Sujono yang juga tokoh panutan informal warga Keron, mendapatkan pertanyaan konfirmatif dari Presiden Komunitas Lima Gunung terkait dengan antisipasi gangguan keamanan, terutama yang melibatkan ketanggapan warga.
"'Piye Jon? (Bagaimana Jon?, red.)'," tanya Sang Presiden kepada Sujono tentang kesiapan pengamanan festival.
Popularitas festival seniman petani Komunitas Lima Gunung itu, ternyata memupuk kecerdasan lokal publik untuk berinisiatif membantu pengamanan festival, termasuk mencegah adanya orang yang mabuk karena minuman beralkohol.
Sejumlah organisasi kemasyarakat di kawasan antara Gunung Merapi dan Merbabu itu, menyediakan diri untuk menurunkan anggotanya guna membantu masyarakat setempat melakukan pengamanan Dusun Keron demi kelancaran festival.
Sujono menyebut sejumlah organisasi kemasyarakatan yang terlibat dalam pengamanan festival, antara lain Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama, Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda (Kokam) Muhammadiyah, relawan "Guruh Merapi", dan Satuan Perlindungan Masyarakat Desa Krogowanan.
"Dan tentu saja dari aparat kepolisian dan TNI. Kalau totalnya bisa mencapai 400 personel untuk pengamanan festival. Mereka juga senang bila festival ini aman dan lancar, tanpa gangguan," ujarnya.
Setiap hari, Kepolisian Sektor Sawangan menurunkan empat hingga enam personel ke Keron untuk menjaga festival tetap aman dan berlangsung lancar.
"Belum yang dari TNI. Mereka juga menurunkan personel, ada juga Banser, Kokam, relawan, dan Linmas," kata Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Kepolisian Sektor Sawangan Aiptu Suyoto didampingi Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Desa Krogowanan Brigadir Junianto.
Aparat bersama relawan berkoordinasi juga untuk mengatur kelancaran lalu lintas umum kendaraan pelintas jalan beraspal hotmix di Dusun Keron selama pergelaran.
Arus komunikasi melalui radio yang dipegang mereka terkesan begitu deras untuk koordinasi pengaturan keamanan festival dan kelancaran lalu lintas umum di dusun itu.
Kepolisian juga menghendaki masyarakat beroleh kenyamanan selagi menonton kemeriahan pesta kebudayaan, sedangkan para seniman bisa menyuguhkan karya seninya masing-masing secara memikat.
"Supaya festival ini sungguh-sungguh bisa dinikmati masyarakat dengan nyaman," katanya.