Beragam kesenian ditampilkan mengiringi empat "ogoh-ogoh" yang didatangkan langsung dari Bali yang diarak bersama-sama dari kawasan Kota Lama menuju Kompleks Balai Kota Semarang, Minggu.
Beragam kesenian itu, di antaranya kesenian dari Baleganjur Peradah Kota Semarang, kesenian dari Terang Bangsa mewakili umat Kristen, kesenian yang mewakili Khonghucu, dan kelompok penghayat kepercayaan.
Tampil pula kesenian Baleganjur dari Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) dan kelompok "voorijder" dari Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Semarang yang mengiringi arak-arakan ogoh-ogoh.
Ribuan masyarakat yang terlihat memenuhi sepanjang jalan yang menjadi rute arak-arakan budaya, mulai dari kawasan Kota Lama sampai Jalan Pemuda, terutama di depan Kompleks Balai Kota Semarang.
Sesampainya di balai kota, pengunjung disuguhi Tari Garuda Murti yang menceritakan Indonesia yang dilambangkan burung garuda mengalami beberapa ujian dan cobaan, namun Pancasila tetap saksi.
Ketua Panitia Karnaval Seni Budaya dan Ogoh-Ogoh 2016 I Nengah Wirta Darmayana menjelaskan tema yang diusung dalam kegiatan pawai budaya itu adalah "Merajut Harmoni dalam Keberagaman".
Pawai budaya itu, kata dia, mengambil momentum Hari Raya Nyepi 1938 yang sekaligus menjadi sarana silaturahmi dan pengembangan kreasi seni bagi seluruh elemen masyarakat lintas etnis dan agama.
"Pawai ogoh-ogoh ini merupakan salah satu upaya memelihara kerukunan umat beragama di Kota Semarang. Diharapkan para pelaku seni juga terpantik untuk mengembangkan kreasi dan inovasi," katanya.
Tentunya, kata Nengah yang juga Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Semarang, pawai budaya itu bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Atlas.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengungkapkan ada beberapa harapan positif dari kegiatan pawai budaya dan ogoh-ogoh itu, yakni mengangkat daya tarik wisatawan ke Kota Semarang.
"'Event' semacam ini akan menjadi daya tarik. Tidak hanya bagi wisatawan lokal, tetapi juga wisatawan asing karena dari segi kualitas penyelenggaraan dan muatannya tidak kalah dengan yang di Bali," katanya.
Artinya, kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, Semarang memiliki potensi kesenian dan budaya yang berakar dari tradisi agama yang patut dilestarikan dan dikemas secara apik, menarik, dan atraktif.
"Semarang adalah kota yang kondusif. Kota yang masyarakatnya mampu hidup harmonis dalam keberagaman dan kemajemukan. Kami berharap kebersamaan dalam kemajemukan ini terus terpelihara," katanya.
Berita Terkait
Tablig akbar di UMP jadi saksi keharmonisan umat Islam
Senin, 26 Februari 2024 9:37 Wib
Saring informasi jadi kunci keharmonisan pesta demokrasi
Minggu, 28 Januari 2024 18:58 Wib
Wagub Jateng sebut Pospenas wujud keharmonisan umat beragama dan pemerintah
Senin, 21 November 2022 16:09 Wib
Wagub Jateng sebut kepala keluarga berperan besar bangun keharmonisan dan pembentukan karakter
Sabtu, 1 Oktober 2022 10:00 Wib
Perlu jaga keharmonisan antara KUHP dan undang-undang khusus
Minggu, 4 Juli 2021 17:26 Wib
Keluarga di Jateng diimbau jaga keharmonisan saat pandemi COVID-19
Kamis, 6 Agustus 2020 19:07 Wib
BIAPF 2019 usung pesan keharmonisan dalam keberagaman
Selasa, 2 Juli 2019 22:18 Wib
Pemkab Kendal jaga keharmonisan dengan para buruh
Jumat, 10 Mei 2019 10:22 Wib