Kadispenad: Helikopter TNI AD Jatuh bukan karena Kelebihan Penumpang
"Oh tidak. Aspek (jatuhnya heli) banyak. Jadi saya kira, kalau tidak salah 14 penumpang masih bisa, masih muat," kata dia, di sela-sela diskusi di Kartika Media Center TNI AD, Senen, Jakarta Pusat, Kamis.
Namun demikian, Markas Besar TNI AD masih menginvestigasi kejatuhan helikopter Bell 412 ED nomor registrasi HA 5171 yang tersambar petir di Poso, Sulawesi Tengah. Oleh sebab itu, butuh waktu lama untuk menemukan hasil investigasi tersebut.
"Saya belum bisa pemutakhiran data yang lebih jauh karena proses sedang berjalan. Proses pemeriksaan investigasi sedang berjalan. Mohon sabar saja, tapi saya yakin dalam waktu dekat kami akan keluarkan statement itu tentu kami akan berkoordinasi dengan Mabes TNI," kata dia.
Ia menyebutkan, helikopter itu juga dipasang peralatan antipetir di atasnya karena dalam standar penerbangan heli dan pesawat wajib dipasang penangkal petir.
"Tentu itu sudah ada dalam spesifikasi standar yang ada. Saya kira kalau yang berkaitan di sana (heli jatuh) belum bisa beri pernyataan," tandasnya.
Helikopter Bell 412EP nomor registrasi HA 5171 itu jatuh di Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (20/3) sekitar pukul 17.55 WITA. Helikopter buatan Amerika Serikat itu ditumpangi 13 orang dan diduga disambar petir karena cuaca buruk.
Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal TNI Tatang Sulaiman, sebelumnya menyatakan, 13 penumpang yang gugur itu dalam status perbantuan pada Operasi Tinombala di Poso untuk menangkap kelompok Santoso.
Para korban helikopter itu mendapatkan kenaikan pangkat satu tingkat secara anumerta dan tanda jasa Bintang Bhayangkara Nararya, karena dinilai gugur dalam penugasan, yaitu Operasi Tinombala.
Mereka adalah Brigadir Jenderal TNI Anumerta Ontang Roma, Brigadir Jenderal TNI Anumerta Saiful Anwar, Brigadir Jenderal TNI Anumerta Heri S, Kolonel CPM Anumerta Teddy Alex, Letnan Kolonel Infantri Anumerta Rasyid, Mayor CKM Anumerta dr Yanto, Mayor CPN Anumerta Agung K, Kapten CPN Anumerta Wiradhy, Letnan Satu CPN Anumerta Tito, Sersan Kepala Anumerta Bagus R, Sersan Satu Anumerta Karmin, Prajurit Kepala Anumerta Bangkit, dan Prajurit Kepala Anumerta Kiki.
Namun demikian, Markas Besar TNI AD masih menginvestigasi kejatuhan helikopter Bell 412 ED nomor registrasi HA 5171 yang tersambar petir di Poso, Sulawesi Tengah. Oleh sebab itu, butuh waktu lama untuk menemukan hasil investigasi tersebut.
"Saya belum bisa pemutakhiran data yang lebih jauh karena proses sedang berjalan. Proses pemeriksaan investigasi sedang berjalan. Mohon sabar saja, tapi saya yakin dalam waktu dekat kami akan keluarkan statement itu tentu kami akan berkoordinasi dengan Mabes TNI," kata dia.
Ia menyebutkan, helikopter itu juga dipasang peralatan antipetir di atasnya karena dalam standar penerbangan heli dan pesawat wajib dipasang penangkal petir.
"Tentu itu sudah ada dalam spesifikasi standar yang ada. Saya kira kalau yang berkaitan di sana (heli jatuh) belum bisa beri pernyataan," tandasnya.
Helikopter Bell 412EP nomor registrasi HA 5171 itu jatuh di Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (20/3) sekitar pukul 17.55 WITA. Helikopter buatan Amerika Serikat itu ditumpangi 13 orang dan diduga disambar petir karena cuaca buruk.
Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal TNI Tatang Sulaiman, sebelumnya menyatakan, 13 penumpang yang gugur itu dalam status perbantuan pada Operasi Tinombala di Poso untuk menangkap kelompok Santoso.
Para korban helikopter itu mendapatkan kenaikan pangkat satu tingkat secara anumerta dan tanda jasa Bintang Bhayangkara Nararya, karena dinilai gugur dalam penugasan, yaitu Operasi Tinombala.
Mereka adalah Brigadir Jenderal TNI Anumerta Ontang Roma, Brigadir Jenderal TNI Anumerta Saiful Anwar, Brigadir Jenderal TNI Anumerta Heri S, Kolonel CPM Anumerta Teddy Alex, Letnan Kolonel Infantri Anumerta Rasyid, Mayor CKM Anumerta dr Yanto, Mayor CPN Anumerta Agung K, Kapten CPN Anumerta Wiradhy, Letnan Satu CPN Anumerta Tito, Sersan Kepala Anumerta Bagus R, Sersan Satu Anumerta Karmin, Prajurit Kepala Anumerta Bangkit, dan Prajurit Kepala Anumerta Kiki.