"Jadi, untuk masuk melewati pintu ini harus menempelkan e-KTP untuk diverifikasi. Kalau verifikasinya cocok, baru bisa membuka," katanya saat memamerkan karyanya itu, di Semarang, Selasa.
Pintu elektronik via e-KTP itu adalah salah satu hasil penelitian yang dipamerkan pada "Pameran Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Karya Dosen dan Balitbangda" di Hotel Crowne Plaza Semarang.
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Telekomunikasi, Polines itu, mengatakan proses pembuatan pintu elektronik tersebut cukup murah karena peralatan yang digunakan sederhana.
"Alat-alat yang dipakai, antara lain 'microcontroller', 'NFC shield' untuk membaca 'chip' di e-KTP, 'Etherned Shield' untuk menghubungkan alat ke 'database'. Ya, kapasitasnya disesuaikan," katanya.
Untuk lebih menjamin keamanan, kata dia, proses verifikasi keamanan pintu elektronik karyanya itu ditambahkan pendeteksian sidik jari sehingga tidak bisa hanya dengan menggunakan e-KTP.
Makanya, kata dia, ada satu alat lagi yang ikut dipasang, yakni modul "fingerprint" yang digunakan untuk memverifikasi sidik jari untuk lebih mengoptimalkan keamanan akses dari pintu elektronik itu.
Ia mengatakan pembukaan pintu elektronik itu harus melewati dua proses verifikasi, yakni e-KTP dan sidik jari yang sebelumnya sudah diprogram sesuai dengan batasan pengakses yang diinginkan.
Wahyu mengakui sejauh ini pintu elektronik karyanya itu masih dalam tahap rancang bangun, namun jika semuanya sudah sempurna siap diaplikasikan untuk kalangan perusahaan, perbankan, dan industri.
"Pintu elektronik ini cocok diaplikasikan untuk ruang-ruang pimpinan, ruang direktur, dan berbagai ruang yang diatur dengan akses terbatas. Bisa untuk perhotelan, perbankan, dan sebagainya," katanya.
Apalagi, kata dia, pembuatan pintu elektronik via e-KTP itu juga cukup murah di kisaran Rp3 juta-Rp4 juta/unitnya dengan kapasitas rekam data sampai 70 orang, bergantung "microcontroller" yang digunakan.