"Tetap berjalan (program buy back). Tapi masing-masing BUMN harus melakukan analisis secara total," kata Rini usai menyaksikan penandatanganan sinergi PT PGN, PT Pelni dan PT ASDP Indonesia Ferry dalam memanfaatkan gas bumi untuk transportasi laut, di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis.
Menurut Rini, saat ini BUMN yang sudah siap melakukan buy back dalam jumlah yang sangat besar, seperti Bank BRI, Bank BNI, Bukit Asam, Waskita Karya.
"Mereka siap masuk, tapi disesuaikan dengan Price Earning (PE). Berapa besar turunnya. Ada perusahaan yang turun 45 persen, tapi sudah naik baru lima persen. Ini harus dianalisis," ujarnya.
Ia menambahkan, sesuai dengan tujuannya buy back selain untuk meningkatkan kembali harga saham, juga untuk keperluan lain seperti dalam rangka menyerap saham ESOP (employee stock owner programme).
"Sumber dana buy back selain dari BUMN yang bersangkutan, juga ditopang oleh BUMN Asuransi dan dana pensiun yang menginvestasikan dananya di saham BUMN," ujarnya.
Program buy back diumumkan Pemerintah, setelah pada Senin (24/8) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI merosot tajam sebesar 172,224 poin atau 3,97 persen ke posisi 4.163,729 poin.
Namun setelah pengumuman buy back, harga saham pada beberapa hari berikutnya langsung mengalami peningkatan, meskipun tetap berfluktuasi.
Menurut catatan, 16 BUMN yang diarahkan untuk buy back yaitu Bank BTN, Bank BRI, Bank Mandiri, Semen Baturaja, Jasa Marga, Wijaya Karya, Bank BNI, Krakatau Stell.
Selanjutnya Garuda Indonesia, Adhi Karya, Perusahaan Gas Negara, Kimia Farma, Semen Gresik, Aneka Tambang, Indo Farma, Timah, dan Bukit Asam.