Wajah Baru Kota Semarang di Bawah Hendi
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, yang menggantikan Soermamo HS pada 2013 karena terjerat kasus korupsi, berlari cepat membenahi wajah kota yang sudah lama tidak mencerminkan sebuah kota besar. Tertinggal dibandingkan dengan Bandung dan Surabaya.
Keseriusan membenahi itulah yang ikut mendorong banyak investor masuk ke Semarang. Selain investasi industri manufaktur dan perdagangan, industri jasa juga merebak. Paling mencolok adalah bertumbuhnya hotel berbintang dan apartemen.
Bandung di bawah kepemimpinan Ridwal Kamil dan Surabaya yang dikomando Rismaharani sukses membenahi kota yang lebih hijau, tertata, dan manusiawi. Sejumlah ruang publik, termasuk fasilitas koneksi internet, misalnya, disediakan di taman-taman. Isu lingkungan menjadi sentra dalam membangun kota.
Fungsi taman-taman ini sangat penting, setidaknya untuk ruang berkumpul publik. Juga bisa menjadi katarsis bagi warga kota yang setiap harinya menjalani hidup penuh dengan tekanan.
Namun, terlalu spekulatif bila kita menilai bahwa pembangunan yang belakangan ini gencar dilakukan oleh Hendi -- demikian Wali Kota Semarang biasa disapa -- meniru model Surabaya, Bandung, atau kota-kota besar lainnya.
Bekas SPBU di Jalan Pandanaran, misalnya, bakal menjadi tetenger (landmark) baru di jalan protokol tersebut.Taman Pandaran tersebut juga bakal menjadi oasis di sepanjang Jalan Pandanaran sudah terlalu banyak bangunan gedung bertingkat. Tak jauh dari taman baru ini, Taman KB yang sudah lama dibenahi membuahkan hasil ganda. Para PKL bisa berjualan, namun kondisi taman ini lebih tertata.
Bukan hanya taman di tengah kota yang disentuh Hendi. Pria kelahiran 1971 ini juga mempercantik taman-taman di kawasan pinggiran, misalnya, di Kecamatan Banyumanik. Meskipun belum rampung 100 persen, taman ini setiap hari selalu ramai dimanfaatkan oleh warga.
Jalan-jalan di kawasan pinggiran juga dibenahi. Selain dilebarkan, juga dibeton, seperti tampak di Jalan Durian Banyumanik dan Mangunharjo. Dua sungai besar yang membelah Kota Semarang, Banjirkanal Barat dan Timur juga direvitalisasi. Sungai Banjirkanal Barat kini menjadi sungai yang nyaman dipandang. Bahu/tepi sungai disulap menjadi lintasan jalan kaki (jogging track) dan tempat bersantai. Ini menjadi pilihan baru bagi warga yang ingin "outing" pada malam hari.
Di bidang transportasi publik, Hendi juga membenahinya. Sejumlah shelter dibangun untuk mendukung penambahan bus Trans Semarang. Tujuannya untuk mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi. Oleh karena itu, tarifnya pun terjangkau, Rp3.500 untuk umum, sedangkan pelajar hanya Rp1.000.
Tak lama lagi kita bakal menyaksikan wajah baru kawasan GOR Trilomba Juang Mugas. Pasar-pasar konvensional seperti Pasar Bulu segera selesai renovasinya. Wajah Pasar Bulu tampak lebih megah dan modern. Pasar Peterongan yang kini semakin kedodoran menampung kegiatan jual-beli juga bakal direnovasi. Pun pasar-pasar konvensioanl lainnya.
Akan tetapi, Pasar Johor, pasar terbesar di Semarang ini tampaknya belum bisa disentuh. Padahal, revitalisasi pasar sudah demikian mendesak. Memasuki pasar yang diarsiteki Herman Thomas Karsten ini terasa sesak, pengap, kumuh, dan semrawut. Pasar yang berdiri pada 1933 ini tergolong bangunan cagar budaya.
Beberapa kali wacana revitalisasi dilontarkan, namun upaya itu terpental karena banyak penentangnya. Sejumlah pedagang memprotes. Begitu pula para pecinta bangunan tua. Mereka mengkhawatirkan ciri khas bangunan bersejarah ini bakal musnah bila dimasuki investor bermodal besar.
Rasanya tidak mungkin terus membiarkan Pasar Johar seperti sekarang ini. Sama tidak mungkinnya terus membiarkan PKL menggelar dagangan di Jalan Kartini.
Oleh karena itu, Hendi yang selama setahun terakhir ini telah menunjukkkan dirinya seorang pekerja dengan fokus hasil, ditantang untuk menyiapkan konsep revitalisasi Pasar Johar.
Hendi memiliki kesempatan besar menorehkan sejarah sebagai pemimpin yang sukses merenovasi Pasar Johar tanpa mengubah karakter bangunan aslinya bila dalam Pemilihan Wali Kota Semarang 2015 ini ia kembali terpilih.
Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Hendi. Namun selama setahun lebih menjadi wali kota, apa yang dilakukannya mampu membangkitkan kembali optimisme warga dalam menatap masa depan kota ini. ***
Keseriusan membenahi itulah yang ikut mendorong banyak investor masuk ke Semarang. Selain investasi industri manufaktur dan perdagangan, industri jasa juga merebak. Paling mencolok adalah bertumbuhnya hotel berbintang dan apartemen.
Bandung di bawah kepemimpinan Ridwal Kamil dan Surabaya yang dikomando Rismaharani sukses membenahi kota yang lebih hijau, tertata, dan manusiawi. Sejumlah ruang publik, termasuk fasilitas koneksi internet, misalnya, disediakan di taman-taman. Isu lingkungan menjadi sentra dalam membangun kota.
Fungsi taman-taman ini sangat penting, setidaknya untuk ruang berkumpul publik. Juga bisa menjadi katarsis bagi warga kota yang setiap harinya menjalani hidup penuh dengan tekanan.
Namun, terlalu spekulatif bila kita menilai bahwa pembangunan yang belakangan ini gencar dilakukan oleh Hendi -- demikian Wali Kota Semarang biasa disapa -- meniru model Surabaya, Bandung, atau kota-kota besar lainnya.
Bekas SPBU di Jalan Pandanaran, misalnya, bakal menjadi tetenger (landmark) baru di jalan protokol tersebut.Taman Pandaran tersebut juga bakal menjadi oasis di sepanjang Jalan Pandanaran sudah terlalu banyak bangunan gedung bertingkat. Tak jauh dari taman baru ini, Taman KB yang sudah lama dibenahi membuahkan hasil ganda. Para PKL bisa berjualan, namun kondisi taman ini lebih tertata.
Bukan hanya taman di tengah kota yang disentuh Hendi. Pria kelahiran 1971 ini juga mempercantik taman-taman di kawasan pinggiran, misalnya, di Kecamatan Banyumanik. Meskipun belum rampung 100 persen, taman ini setiap hari selalu ramai dimanfaatkan oleh warga.
Jalan-jalan di kawasan pinggiran juga dibenahi. Selain dilebarkan, juga dibeton, seperti tampak di Jalan Durian Banyumanik dan Mangunharjo. Dua sungai besar yang membelah Kota Semarang, Banjirkanal Barat dan Timur juga direvitalisasi. Sungai Banjirkanal Barat kini menjadi sungai yang nyaman dipandang. Bahu/tepi sungai disulap menjadi lintasan jalan kaki (jogging track) dan tempat bersantai. Ini menjadi pilihan baru bagi warga yang ingin "outing" pada malam hari.
Di bidang transportasi publik, Hendi juga membenahinya. Sejumlah shelter dibangun untuk mendukung penambahan bus Trans Semarang. Tujuannya untuk mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi. Oleh karena itu, tarifnya pun terjangkau, Rp3.500 untuk umum, sedangkan pelajar hanya Rp1.000.
Tak lama lagi kita bakal menyaksikan wajah baru kawasan GOR Trilomba Juang Mugas. Pasar-pasar konvensional seperti Pasar Bulu segera selesai renovasinya. Wajah Pasar Bulu tampak lebih megah dan modern. Pasar Peterongan yang kini semakin kedodoran menampung kegiatan jual-beli juga bakal direnovasi. Pun pasar-pasar konvensioanl lainnya.
Akan tetapi, Pasar Johor, pasar terbesar di Semarang ini tampaknya belum bisa disentuh. Padahal, revitalisasi pasar sudah demikian mendesak. Memasuki pasar yang diarsiteki Herman Thomas Karsten ini terasa sesak, pengap, kumuh, dan semrawut. Pasar yang berdiri pada 1933 ini tergolong bangunan cagar budaya.
Beberapa kali wacana revitalisasi dilontarkan, namun upaya itu terpental karena banyak penentangnya. Sejumlah pedagang memprotes. Begitu pula para pecinta bangunan tua. Mereka mengkhawatirkan ciri khas bangunan bersejarah ini bakal musnah bila dimasuki investor bermodal besar.
Rasanya tidak mungkin terus membiarkan Pasar Johar seperti sekarang ini. Sama tidak mungkinnya terus membiarkan PKL menggelar dagangan di Jalan Kartini.
Oleh karena itu, Hendi yang selama setahun terakhir ini telah menunjukkkan dirinya seorang pekerja dengan fokus hasil, ditantang untuk menyiapkan konsep revitalisasi Pasar Johar.
Hendi memiliki kesempatan besar menorehkan sejarah sebagai pemimpin yang sukses merenovasi Pasar Johar tanpa mengubah karakter bangunan aslinya bila dalam Pemilihan Wali Kota Semarang 2015 ini ia kembali terpilih.
Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Hendi. Namun selama setahun lebih menjadi wali kota, apa yang dilakukannya mampu membangkitkan kembali optimisme warga dalam menatap masa depan kota ini. ***