"Prosesi ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan tiap tanggal 12 Maulud (Rabiul Awal) berdasarkan kalender Aboge (Alif Rebo Wage). Tahun ini, prosesi jamasan jatuh pada hari Rabu (15/1)," kata Kepala Desa Kalisalak, Sutrisno, di Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen, Banyumas, Senin.
Menurut dia warga setempat telah mempersiapkan berbagai acara menjelang prosesi jamasan yang akan dimulai pada hari Selasa (14/1) malam.
"Rangkaian kegiatan dimulai Selasa malam yang akan diisi dengan tahlil dan pengajian, keesokan harinya jamasan di Langgar Jimat Kalisalak, dan malam harinya pergelaran wayang kulit," katanya.
Menurut dia, prosesi jamasan pusakan peninggalan Raja Amangkurat I atau yang dikenal dengan Jamasan Jimat Kalisalak ini rencananya akan dihadiri Bupati Banyumas dan pembesar dari Keraton Surakarta.
Berdasarkan catatan Antara, jamasan ini ditujukan untuk mencuci barang-barang peninggalan Raja Amangkurat I yang dikabarkan sempat singgah di Desa Kalisalak dalam perjalanannya menuju Batavia untuk meminta bantuan VOC lantaran dikejar pasukan Trunojoyo yang memberontak sekitar 1676-1677.
Sejumlah barang milik Amangkurat I ditinggalkan di Desa Kalisalak agar tidak membebani perjalanannya.
Oleh warga setempat, barang-barang peninggalan Amangkurat I disimpan di sebuah bangunan yang dikenal dengan nama Langgar Jimat Kalisalak dan setiap bulan Maulud dikeluarkan untuk dijamas serta dihitung jumlahnya.
Penjamasan tersebut dilakukan dengan jeruk nipis serta sinar matahari, dan beberapa jimat dijamas menggunakan air yang diambil dari sumur Tegal Arum, di Slawi, Kabupaten Tegal.
Konon, Amangkurat I menggunakan air sumur Tegal Arum untuk menjamas pusakanya secara pribadi saat dalam perjalanan ke Batavia.
Amangkurat I adalah Raja Mataram yang bertahta pada 1646-1677. Ia adalah anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo dan Raden Ayu Wetan (Kanjeng Ratu Kulon), putri keturunan Ki Juru Martani yang merupakan saudara dari Ki Ageng Pemanahan.
Sosok yang memiliki nama kecil Mas Sayidin, yang ketika menjadi putera mahkota diganti dengan gelar Pangeran Arya Mataram atau Pangeran Ario Prabu Adi Mataram tersebut berusaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram.
Prosesi jamasan di Langgar Jimat Kalisalak ini selalu mendapat perhatian dari masyarakat untuk menyaksikannya karena mereka meyakini fenomena yang muncul dalam penjamasan ini sebagai suatu pertanda zaman.