"Kami sangat senang bisa turut berpartisipasi di acara ini. Selain dapat memperkenalkan kesenian kami pada masyarakat Bali, sekaligus sebagai bentuk pendekatan budaya," kata Kepala Bidang Seni dan Nilai Tradisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Joni Sumiyanto di sela-sela pementasan tersebut.

Ia mengemukakan tari Soreng merupakan tarian khas Kabupaten Magelang yang berkembang hanya di daerah lereng Gunung Merbabu.

"Tari ini merupakan tari keprajuritan yang menggambarkan perebutan kekuasaan Kasultan Pajang antara Adipati Haryo Penangsang dari Kadipaten Jipan Panulan dengan Joko Tingkir atau Hadiwijoyo dari Kadipaten Pajang," ucapnya sembari mengatakan sekarang Kadipaten Jipan Panulan merupakan suatu daerah di sekitar Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Haryo Penangsang sendiri digambarkan mempunyai watak yang kurang baik dan menyombongkan diri karena kekuatan, kekuasaan dan kepandaian yang dimiliki (adigang, adigung dan adiguna)

Pada pementasan yang ditampilkan ini, dikisahkan suatu hari seorang pekatik atau abdi perawat kuda berlari dengan telinga terpotong melapor kepada Haryo Penangsang.

Melihat kejadian tersebut Haryo yang sedang berlatih perang menjadi emosi dan menuju Kali Bengawan Solo untuk berperang dengan tentara dari Kadipaten Pajang. Dalam peperangan yang sengit itu akhirnya Haryo Penangsang gugur di tengah-tengah medan perang.

Para seniman dari Dusun Ngeles, Desa Jogonayang, Kabupaten Magelang yang membawakan tari Soreng itu cukup membius penonton yang memadati Gedung Wantilan Taman Budaya.

Penonton terlihat tidak beranjak dari tempat duduk hingga pementasan berakhir. Murni, salah satu penonton mengatakan senang menyaksikan pementasan tari itu.

"Awalnya saya tonton lucu, namun di tengah-tengah ceritanya menegangkan karena ada peperangannya," kata Murni.

(Ni Luh Rhismawati)

Pewarta : -
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024